Pengaruh Persepsi Terhadap Kesejahteraan Guru PAUD dengan Minat Menjadi Guru Pada Mahasiswa PG PAUD FIP UNNES

(1)

P

PENGAR

GURU

PA

JURUSAN

RUH PER

U PAUD

ADA MA

Untuk M P

N PENDID

FA

UNIV

RSEPSI T

DENGA

AHASISW

S

Memperole Pada Univer I 1

DIKAN GU

AKULTAS

VERSITAS

TERHAD

AN MINA

WA PG P

SKRIPSI

eh Gelar Sar rsitas Neger Oleh Ida Susiani 1601408027

URU PEND

ILMU PE

S NEGERI

2013

DAP KES

AT MEN

PAUD FI

rjana Pendi i Semarang

DIDIKAN A

NDIDIKA

I SEMARA

SEJAHT

NJADI GU

P UNNE

idikan g

ANAK US

AN

ANG

TERAAN

URU

ES

IA DINI

N


(2)

(3)

(4)

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2013

Ida Susiani NIM. 1601408027


(5)

Semua orang memiliki hak untuk sejahtera, tetapi tidak setiap orang membangun kemampuan untuk menyejahterakan diri. (Nn)

Hanya seseorang yang mengabdikan dirinya untuk suatu alasan dengan seluruh kekuatan dan jiwanya yang bisa menjadi seorang guru sejati. (Albert Einstein)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Kedua orangtuaku Teman-teman PG PAUD

Seseorang yang senantiasa memberiku semangat

Almamaterku


(6)

rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD DENGAN MINAT MENJADI GURU PADA MAHASISWA PG PAUD FIP UNNES”.

Penulis skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Apabila dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulis berikutnya sangat diharapkan.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat dilupakan begitu saja. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Drs. Harjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kapada penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

2. Edi Waluyo S.Pd, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan dan semangat kepada penulis selama menempuh studi di Jurusan PG PAUD


(7)

memberikan bimbingan dan pengarahan hingga selesainya skripsi ini

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama studi di Kampus Unnes ini

6. Rekan-rekan mahasiswa PG PAUD yang telah bersedia membantu dalam penyusunan skripsi ini

7. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan motivasi serta doa dalam penyusunan skripsi ini

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moral maupun materi dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Februari 2013

Penulis


(8)

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.

Persepsi merupakan suatu proses pengamatan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan melalui panca indera menjadi sebuah pengertian yang menjadi dasar bagi pengalaman dan pengetahuannya. Kesejahteraan merupakan kondisi dimana seseorang merasa aman, sentosa, makmur serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya disertai dengan apresiasi sosial dimana ia hidup. Minat pada dasarnya suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru pada mahasiswa PG PAUD FIP UNNES. Populasi dari penelitian ini merupakan mahasiswa PG PAUD FIP UNNES angkatan 2008-2011 yang berjumlah 171 mahasiswa dengan sampel yang diambil sejumlah 102 responden. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif persentase dengan analisis regresi sederhana.

Hasil dari analisis diperoleh nilai R sebesar 0,729 dengan taraf signifikansi 0,005 ini berarti bahwa antara persepsi terhadap kesejahteraan guru dengan minat menjadi guru pada mahasiswa PG PAUD FIP UNNES memiliki hubungan. Persepsi terhadap kesejahteraan guru dengan minat menjadi guru mempunyai pengaruh yang signifikan, dengan nilai Rsquare sebesar 53,2% artinya pengaruh antara persepsi tehadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru pada mahasiswa PG PAUD FIP UNNES dipengaruhi sebesar 53,2% dan sisanya 46,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap kesejahteraan guru mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap minat menjadi guru. Oleh karena itu jika pandangan terhadap kesejahteraan seorang guru PAUD lebih dinaikkan lagi maka minat mahasiswa untuk menjadi guru juga akan ikut naik. Maka mahasiswa disarankan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan guru –guru PAUD yang bekerja pada lemabaga PAUD dimana lembaganya sudah lebih maju/besar (daerah perkotaan) dan sekiranya gaji yang diterima jauh lebih besar dibanding dengan lembaga PAUD yang masih bersakala kecil (daerah pedesaan). Dengan memiliki pandangan bahwa semakin sejahteranya guru-guru PAUD yang bekerja di lembaga PAUD yang lebih maju/besar tersebut maka minat menjadi guru PAUD pada diri individu tersebut akan bertambah. Karena mahasiswa akan berpandangan bahwa nantinya jika menjadi guru PAUD maka hidupnya akan sejahtera.

Kata Kunci ; Persepsi, kesejahteraan guru, minat viii


(9)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi ... 9

2.1.1 Pengertian Persepsi ... 9

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 10

2.1.3 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi ... 12

2.1.4 Proses Terjadinya Persepsi ... 13

2.1.5 Model Pengukuran Persepsi ... 14

2.2 Kesejahteraan Guru ... 16 ix


(10)

2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat ... 23

2.3.2 Unsur-unsur Minat ... 25

2.4 Kerangka Berfikir ... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 29

3.2 Variabel Penelitian ... 30

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian ... 30

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.6 Uji Normalitas Data ... 37

3.7 Teknik Analisis Data ... 38

3.8 Uji Hipotesis ... 41

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 42

4.1.1 Analisis Deskriptif ... 42

4.1.1.1 Deskripsi Persepsi Terhadap Kesejahteraan Guru ... 42

4.1.1.2 Deskripsi Minat Menjadi Guru ... 46

4.1.2 Uji Prasyarat Regresi... 49

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 49

4.1.2.2 Uji Hipotesis ... 51

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Gambaran Persepsi Terhadap Kesejahteraan Guru ... 53

4.2.2 Gambaran Minat Menjadi Guru ... 57


(11)

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 63

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 71


(12)

3.2 Tabel Perhitungan Proporsi Sampel dalam Perwakilan Tiap Angkatan ... 33

3.3 Tabel Nilai Skor Jawaban ... 35

3.4 Tabel Klaisifikasi Kategori Tingkatan tiap Variabel ... 39

4.1 Tabel Distribusi Persepsi Terhadap Kesejahteraan Guru... 43

4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Kebutuhan Fisiologis Dasar ... 44

4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Kebutuhan Egoistik ... 45

4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Kebutuhan Sosial ... 45

4.5 Tabel Distribusi Minat Menjadi Guru ... 46

4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Pengetahuan dan Informasi tentang Guru . 48 4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Perasaan Senang Terhadap Profesi Guru .. 49

4.8 Tabel Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Sminorv ... 50

4.9 Tabel Hasil Uji Normalitas (Summary) ... 51


(13)

4.1 Diagram Persentase Persepsi Terhadap Kesejahteraan Guru PAUD ... 43

4.2 Diagram Persentase Minat Menjadi Guru ... 47

4.3 Grafik Histogram Normalitas Data ... 49

4.4 Grafik Normal P-P Plot ... 50


(14)

Lampiran Skala Untuk Uji Coba ... 72

Lampiran Skala Untuk Penelitian ... 76

Lampiran Hasil Uji Coba ... 80

Lampiran Hasil Penelitian ... 92

Lampiran Daftar Mahasiswa PAUD ... 111


(15)

1   

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut perubahan di berbagai bidang, dari ilmu pengetahuan, teknologi, hingga sistem komunikasi. Informasi dari satu tempat ke tempat lain bergerak dengan cepat dan arusnya pun sulit bahkan tidak bisa dibendung. Dalam bidang pendidikan pun demikian pemerintah masih terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan agar lebih baik.

Pendidikan menurut (UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003) merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang dikhususkan untuk anak-anak usia dini yaitu anak dengan usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia diatasnya sehingga pendidikan untuk anak usia dini tersebut perlu untuk dikhususkan. Suyanto (2003) menyatakan pendidikan anak usia dini ini diberikan dengan tujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar


(16)

kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa.

Guru PAUD merupakan guru yang mengajar dalam bidang anak usia dini. Pendidikan usia dini merupakan pendidikan dasar untuk membentuk kemampuan anak. Oleh karena itu apa yang diajarkan didalamnya akan sangat berpengaruh terhadap masa depannya. Sebagai guru PAUD pastilah dituntut untuk bisa mengerti akan kebutuhan anak agar dalam menjalankan perannya dapat menyiapkan lingkungan belajar yang patut dan menyenangkan bagi anak. Peraturan Pemerintah tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 29 menyatakan, sebagai pendidik PAUD harus memiliki : (1). kualifikasi pendidikan akademik minimal diploma IV (DIV) atau sarjana (S1), (2). mempunyai latar belakang tinggi di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi, (3). dan sertifikat profesi guru untuk PAUD.

Guru sebagai social worker (pekerja sosial) sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, kebutuhan masyarakat akan guru belum seimbang dengan sikap sosial masyarakat terhadap profesi guru. Pada beberapa tahun lalu profesi guru merupakan profesi yang kurang diminati oleh masyarakat. Berbeda bila dibandingkan dengan penghargaan mereka terhadap profesi lain, seperti dokter, pengacara, dan sebagainya. Mereka lebih memilih pekerjaan yang dianggapnya lebih baik dari pada profesi guru, karena dianggapnya profesi guru merupakan pekerjaan yang hanya mendapatkan gaji kecil, tidak sebanding dengan pengorbanannya.


(17)

Dalam Kompas edisi 5 Maret 2012, Kadek Hendrayadi warga Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, menerima gaji Rp 400.000 per bulan dengan mengajar 50 anak per kelas dan masih harus bersedia menggantikan guru lainnya jika berhalangan hadir. Masih banyak kita menemukan gaji guru di bawah upah standar, terutama guru honorer dan guru swasta. Sementara kita mengharapkan jaminan mutu yang baik, sulit rasanya bagi guru untuk konsentrasi dengan upah yang tidak seimbang.

Rendahnya pengakuan masyarakat terhadap guru, menurut Budi Waluyo (Tunjangan Sertifikasi dan Kinerja Guru) disebabkan beberapa faktor yaitu: (1). Adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapa pun dapat menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan, walaupun tidak mengerti didaktik metodik. (2). Kekurangan tenaga guru di daerah terpencil memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai kewenangan profesional untuk menjadi guru. (3). Banyak tenaga guru sendiri yang belum menghargai profesinya sendiri, apalagi berusaha mengembangkan profesi tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas nampak jelas bahwa guru merupakan suatu jabatan atau profesi yang menuntut suatu keahlian khusus. Memang tidak setiap orang bisa menjadi guru, karena harus didukung dengan komponen-komponen yang menunjang profesi tersebut, seperti kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Juga untuk menjadi guru dibutuhkan keahlian khusus, maka ia


(18)

harus lulus pendidikan keguruan atau pendidikan profesi dan harus lulus ujian sertifikasi, baik ujian tertulis, kinerja maupun portofolio.

Keberadaan guru sudah seharusnya mendapatkan prioritas dalam pembangunan bangsa, dalam hal ini juga diperlukan pengakuan bahwa profesi guru merupakan profesi terhormat sehingga mampu sejajar dengan profesi-profesi lainnya. Disamping membutuhkan pengakuan, kesejahteraan guru juga perlu diperhatikan, karena setiap orang pasti mengharapkan akan kesejahteraan dalam kehidupannya, begitu juga dengan seorang yang berprofesi menjadi guru dengan kesejahteraan yang baik seorang guru tidak lagi bersusah payah untuk mencari penghasilan tambahan di luar profesinya sebagai guru. Mulyasa dalam Tilaar (2003), mengungkapkan bahwa proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekruitmen guru, pembinaan, dan peningkatan karir guru.

Pemerintah mulai menyadari peranan tenaga guru dalam mengantarkan generasi muda untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif sehingga mampu mewujudkan suatu kesejahteraan bersama. Berbagai upaya terhadap tenaga guru sebenarnya telah dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia, melalui berbagai bentuk kebijakan. Ditetapkannya Undang Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen merupakan dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga kependidikan sebagai tenaga profesional, seperti profesi-profesi yang lainnya. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1


(19)

menyatakan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Dengan ditetapkannya Undang Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, menimbulkan peningkatan terhadap profesi guru. Serta diberlakukannya sertifikasi untuk guru masyarakat mulai banyak yang memperhatikan berprofesi sebagai guru.

Dalam wawancara saya terhadap beberapa mahasiswa PAUD FIP UNNES tentang profesi guru, (Ningsih) mengatakan bahwa profesi guru merupakan profesi yang bagus, profesi guru cukup banyak menarik banyak peminat, terutama dikalangan generasi muda. Profesi guru tersebut tidak menyita banyak waktu, sehingga masih bisa meluangkan waktu untuk keluarga. Minat menjadi guru ini juga berkaitan dengan adanya program sertifikasi guru yang dilakukan oleh pemerintah, beberapa diantaranya mengatakan bahwa minat mereka masuk Jurusan PG PAUD FIP UNNES adalah untuk menimba ilmu dan kemudian akan merealisasikan ke dalam wujud nyata, dengan mendirikan sebuah lembaga PAUD secara mandiri dengan bekal hasil belajarnya di bangku kuliah.

Mengenai kesejahteraan guru PAUD mereka menyatakan bahwa kesejahteraan guru PAUD masih kurang diperhatikan oleh pemerintah. (Soraya) menyebutkan berdasarkan informasi yang diterima dari guru-guru PAUD yang berada di daerahnya, gaji guru PAUD masih dibawah UMR,


(20)

berkisar antara 200-300 per bulan. Kebanyakan dari guru PAUD saat ini adalah bukan dari orang yang memang benar-benar dari bidangnya, bahkan hanya lulusan SMP, atau SMA. Mahasiswa tersebut berharap dengan belajar di Jurusan PAUD FIP UNNES ini dapat menggantikan guru PAUD yang bukan berasal dari bidangnya. Sehingga dapat memberikan pendidikan kepada anak didik sesuai dengan ilmu yang telah didapatnya dari bangku kuliah. Selain itu masih jarangnya lembaga PAUD di daerah- daerah terpencil mendorong mahasiswa untuk menjadi pelopor pendirian dan pengembangan lembaga PAUD.

Dalam perkembangannya hal tersebut mendorong terbentuknya persepsi pada mahasiswa bahwa nantinya belajar di Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FIP UNNES akan mempunyai masa depan yang cerah. Pada proses persepsi ini terjadi penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi. Lebih jelasnya stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera (Walgito,2004:88). Stimulus yang berupa objek profesi dan kesejahteraan guru diindera oleh alat indera kemudian diinterpretasikan oleh individu dengan dipengaruhi faktor pengalaman, pengetahuan dan perasaan.

Berkaitan dengan penelitian ini, penelitian yang sejalan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Bisri Musthofa (2009) meneliti Korelasi Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Guru Dan Motivasi Berprestasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi seseorang terhadap suatu hal


(21)

mempunyai korelasi dengan prestasinya, dapat diasumsikan pula, bahwa terdapat korelasi signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap profesi guru dengan prestasi studinya. Penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Fauziah Ahmad dan Jamaluddin Aziz (2009) meneliti tentang Students’ Perception of the Teachers’ Teaching of Literature Communicating and Understanding Through the Eyes of the Audience. Penelitian ini tujuannya adalah mengetahui persepsi siswa atas kinerja seorang guru dalam mengajar di dalam kelas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa guru yang baik dalam mengajar sebaiknya yang melibatkan kooperatifan siswa, dan suasana kelas yang nyaman akan menghasilkan kegiatan belajar yang maksimum.

Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Ali Muhson (2006) meneliti tentang Sikap Mahasiswa FISE UNY Terhadap Profesi Guru dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dan teman sebaya memiliki pengaruh langsung yang positif terhadap sikap mahasiswa tentang profesi guru. Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Persepsi Terhadap Kesejahteraan Guru PAUD dengan Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa PG PAUD FIP UNNES”.

1.2 Rumusan Masalah :

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1.2.1 Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD? 1.2.2 Bagaimana minat mahasiswa untuk menjadi guru?


(22)

1.2.3 Bagaimanakah hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat mahasiswa menjadi guru ?

1.2.4 Adakah pengaruh antara persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru pada mahasiswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan

guru PAUD.

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana minat mahasiswa untuk berprofesi menjadi guru.

1.3.3 Untuk mengetahui adanya hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru.

1.3.4 Untuk mengetahui adanya pengaruh antara persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai wacana tambahan, masukan, maupun sebagai referensi bagi penelitian berikutnya, khususnya penelitian tentang hubungan antara persepsi terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru pada mahasiswa PG PAUD FIP UNNES.


(23)

1.4.2 Manfaat praktis, bagi mahasiswa penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kesejahteraan guru PAUD menurut persepsi mahasiswanya, dengan harapan dapat mendukung minat mahasiswa terhadap profesi guru.


(24)

10   

2.1. Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Seringkali orang menganggap bahwa persepsi menyajikan satu pencerminan yang sempurna mengenai relitas atau kenyataan. Persepsi bukanlah cermin. Bimo Walgito (2004 :87) menyatakan persepsi didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses yang diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diinderanya itu. Stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang diri individu sendiri. Stimulus yang datang lebih besar dari luar individu yang bersangkutan. Persepsi merupakan aktivitas yang terjadi dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Davidoff dan Rogers dalam walgito (2004:89) menyatakan didalam persepsi dapat dikemukakan perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin berbeda antara individu satu dengan individu yang lain.

Slameto (1995:102) mengatakan persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan tersebut dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba,perasa, dan pencium.


(25)

David, Jonathan dan Anne (1992:52) mengambarkan persepsi sebagaimana kesan yang dibuat, prasangka yang mempengaruhinya, jenis informasi yang dipakai untuk kesan tersebut, dan bagaimana akuratnya kesan itu. Individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek yang dapat bersifat positif/ negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Persepsi yang terjadi akan membentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu didalam situasi yang tertentu pula. Persepsi menjadi proses pengaturan dan penerjemahan informasi sensorik oleh otak (Wade dan Tavris 2007:228).

Berdasarkan beberapa definisi tentang persepsi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pengamatan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan melalui panca indera menjadi sebuah pengertian yang menjadi dasar bagi pengalaman dan pengetahuannya.

2.1.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi dalam Persepsi

Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang dengan melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Pengetahuan dan pengalaman berpengaruh terhadap persepsi seseorang, dimana pengetahuan dan pengalaman yang berbeda akan membedakan antara orang yang satu dengan orang yang lain dalam menginterpretasikan dan merespon sesuatu. Jadi persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor pribadi dan sosial. Terbentuknya persepsi pada diri individu dipengaruhi oleh banyak hal.


(26)

David Krech dan Richard S. dalam Rakhmat (2000:55), membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi menjadi 2 yaitu :

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain termasuk apa yang kita sebut sebagi faktor-faktor personal.

b. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu.

Lebih lanjut Walgito (2004) mengatakan bahwa faktor-faktor penentu persepsi adalah :

2.1.2.1 Faktor Internal

Adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Sumbernya dapat berasal dari segi kejasmanian dan psikologis. Adapun yang dimaksud sumber kejasmanian adalah apabila sistem fisiologis terganggu maka itu akan berpengaruh dalam persepsi. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber psikologis antara lain berhubungan dengan pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan dan motivasi.

2.1.2.2 Faktor Eksternal

Yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi ialah faktor stimulus atau objek dan lingkungan. Adapun yang dimaksud dengan faktor stimulus atau objek ialah objek tersebut harus mempunyai kejelasan dan kekuatan.


(27)

Faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek atau stimulus. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau diberi respons. Individu akan mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya.

2.1.3 Faktor- faktor yang Berperan dalam Persepsi

Seperti yang telah dipaparkan di depan bahwa dalam persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan faktor- faktor yang berperan dalam persepsi Walgito (2004:89) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berperan dalam persepsi yaitu :

2.1.3.1 Objek yang dipersepsi

Objek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau resseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

2.1.3.2 Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.


(28)

2.1.3.3 Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

2.1.4 Proses Terjadinya Persepsi

Mengingat bahwa terjadinya persepsi berhubungan dengan pencapaian pengetahuan khusus tentang objek-objek atau kejadian-kejadian pada saat tertentu, maka ia timbul apabila stimuli mengaktivasi indera. Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Proses terbentuknya persepsi melalui 3 tahap, yaitu tahap fisik (alam), fisiologis, dan psikologis. Penjabarannya adalah sebagai berikut: Mulanya objek mengenai stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, di dengar atau yang diraba, proses ini disebut sebagai proses psikologis.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, didengar atau diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses


(29)

ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.

Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi.

Dari definisi diatas dan tinjauan tentang profesi guru dan kesejahteraan guru, dapat disimpulkan bahwa definisi persepsi tentang profesi guru dan kesejahteraan guru adalah pengamatan atau penilaian terhadap profesi guru melalui berbagai informasi yang diperoleh. Pengetahuan dan informasi yang diperoleh tersebut kemudian akan diproses diotak yang nantinya akan menimbulkan pemahaman terhadap profesi guru maka akan menimbulkan respon atau tanggapan terhadap profesi guru tersebut.

Respon yang ditimbulkan dapat berupa respon positif maupun respon negatif. Apabila seseorang merespon positif profesi guru tersebut, maka ia cenderung akan menerima dan menganggap bahwa profesi guru merupakan suatu profesi yang mulia, sehingga ia akan menjadi lebih tertarik terhadap profesi guru. Begitu pula sebaliknya, bila seseorang mempunyai respon negatif terhadap profesi guru maka ia tidak akan tertarik terhadap


(30)

pekerjaan menjadi guru tersebut sehingga tidak terlalu tertarik dengan profesi guru.

2.1.5 Model Pengukuran Persepsi

Menurut Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. (Sugiono, 2009 ).

Kriteria pengukuran persepsi yakni :

a. Persepsi positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner > T mean.

b. Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean.

Ada sejumlah kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam mempersepsikan suatu stimulus/objek tertentu. Kesalahan persepsi tersebut antara lain :

2.1.5.1 Stereotyping

Adalah mengkategorikan atau menilai seseorang hanya atas dasar satu atau beberapa sifat dari kelompoknya. Stereotip seringkali didasarkan atas jenis kelamin, keturunan, umur, agama, kebangsaan, kedudukan atau jabatan.

2.1.5.2 Hallo effect

Adalah kecenderungan menilai seseorang hanya atas dasar salah satu sifatnya. Misalnya anak yang lincah/banyak bermain dianggap lebih mudah


(31)

terkena penyakit daripada anak yang lebih banyak diam atau santai. Padahal tidak ada hubungannya antara kelincahan dengan suatu penyakit.

2.1.5.3 Projection

Merupakan kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas dasar perasaan atau sifatnya. Oleh karenanya projection berfungsi sebagai suatu mekanisme pertahanan dari konsep diri seseorang sehingga lebih mampu menghadapi yang dilihatnya tidak wajar (Azzahy, 2008 ) dalam Suparyanto.

2.2 Kesejahteraan Guru

2.2.1. Pengertian Kesejahteraan Guru

Konsep kesejahteraan dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Dalam aspek jasmaniah kesejahteraan lebih berkaitan dengan faktor ekonomi atau materi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia sejatinya berarti aman, sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan). Anoraga (2006:23) menyebutkan bahwa seseorang akan merasa sejahtera kehidupannya baik lahir maupun batin apabila kebutuhannya terpenuhi, sebaliknya apabila kebutuhannya tidak terpenuhi maka orang tersebut akan merasa kurang sejahtera kehidupannya.

Syafi’i (2009) menyebutkan bahwa hidup sejahtera adalah ukuran terpenuhinya standar hidup minimal disertai apresiasi dalam sistem sosial dimana ia hidup. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa mereka dapat hidup sejahtera apabila segala kebutuhan mereka dapat dipenuhi.


(32)

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan merupakan kondisi dimana seseorang merasa aman, sentosa, makmur serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya disertai dengan apresiasi sosial dimana ia hidup.

Kesejahteraan seorang guru sudah seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih besar dari pemerintah, karena guru merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai kemajuan bangsa melalui pendidikan. Dengan kesejahteraan yang baik seorang guru tidak perlu mencari penghasilan tambahan diluar profesinya sebagai guru.

Kesejahteraan guru tidak terlepas kaitannya dari segi financial/gaji guru, upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas dan gaji guru sebenarnya telah termuat dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang tercantum pada pasal 40 ayat 1 butir a, menyebutkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai. Dalam penjelasan pasal-pasal tersebut yang dimaksud dengan penghasilan yang pantas dan memadai adalah penghasilan yang mencerminkan martabat guru sebagai pendidik yang profesional diatas kebutuhan hidup minimum secara wajar baik sandang, pangan, dan papan. Sedangkan yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai antara lain jaminan kesehatan, pendidikan, rekreasi dan jaminan hari tua.

Berdasarkan teori yang menyebutkan bahwa kesejahteraan seseorang akan tercapai apabila kebutuhan-kebutuhan hidupnya terpenuhi, selanjutnya Anoraga (2006:19) membagi jenis kebutuhan manusia menjadi tiga yaitu :


(33)

Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan fisik atau biologis seperti makan, minum, tempat tinggal, hiburan, dan kebutuhan lain yang sejenis. Kebutuhan fisiologis dasar seorang guru akan dapat terpenuhi dengan adanya kompensasi/ gaji yang pantas dan memadai. Berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan maka guru berhak memperoleh penghasilan (gaji) yang meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus.

2.2.1.1 Kebutuhan- kebutuhan Sosial

Manusia dikatakan makhluk sosial, ia memerlukan persahabatan dan tidak akan bahagia jika ia ditinggalkan sendirian untuk jangka waktu yang lama. Manusia selalu membutuhkan untuk berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Kebutuhan sosial seorang guru dapat terpenuhi dengan adanya wadah organisasi profesi guru tersebut, seorang guru akan dapat mengembangkan hubungan sosialnya baik dengan relasi/ rekan seprofesi maupun diluar profesinya sebagai guru secara aktif.

2.2.1.2 Kebutuhan-kebutuhan Egoistik 2.2.1.2.1 Prestasi

Salah satu kebutuhan manusia yang terkuat adalah kebutuhan untuk merasa berprestasi, untuk merasa bahwa pekerjaan yang ia lakukan itu adalah penting. Kebutuhan prestasi bagi guru merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi, karena sebagai guru seharusnya selalu mengembangkan prestasinya. Pengembangan prestasi seorang guru dapat terpenuhi dengan adanya kemudahan yang diberikan pemerintah untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang


(34)

lebih tinggi. Selain itu seorang guru juga diberikan kebebasan untuk dapat menulis dan membuat tulisan ilmiah sebagai pengembangan prestasinya.

2.2.1.2.2 Otonomi

Seseorang menginginkan adanya kebebasan, menginginkan semacam kreatifitas dan variasi didalam menjalankan pekerjaannya, inisiatif dan imajinasi mencerminkan keinginan seseorang untuk independen, bebas menentukan apa yang ia inginkan. Setiap guru diberikan kebebasan untuk dapat berserikat dalam organisasi profesi dan mengeluarkan pendapat. Dengan adanya kebebasan tersebut seorang guru akan merasa nyaman dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik tanpa ada paksaan atau kekangan dari pihak-pihak tertentu.

2.2.1.2.3 Pengetahuan

Keinginan akan pengetahuan merupakan dorongan dasar dari setiap manusia. Manusia tidak hanya ingin tahu apa yang terjadi, tetapi juga ingin mengetahui mengapa sesuatu terjadi. Mereka ingin tahu apa yang terjadi saai ini dan memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Menjadi seorang ahli dalam suatu bidang memberi mereka perasaan puas, dan ini merupakan salah satu bentuk pemuasan egoistiknya. Kebutuhan pengetahuan bagi seorang guru merupakan kebutuhan yang penting dan dapat dianggap sebagai kebutuhan utama. Karena sebagi seorang pendidik guru seharusnya mempunyai pengetahuan yang luas sehingga mampu memberikan informasi-informasi pengetahuan bagi peserta didiknya. Kebutuhan akan pengetahuan bagi seorang guru dapat terpenuhi dengan adanya seminar-seminar pendidikan yang dapat menambah pengetahuan dan referensi guru sebagai pendidik dan pengajar.


(35)

2.2.2 Peningkatan Kesejahteraan Guru

Dengan diterbitkannya Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, dan Permendiknas Nomor 40 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan, maka sertifikasi guru sudah mempunyai landasan hukum untuk segera dilaksanakan secara bertahap dimulai pada tahun 2007. Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional, mulai menyelenggarakan program sertifikasi guru. Tujuan diadakannya sertifikasi adalah untuk meningkatkan kualitas guru yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.

Peningkatan kualifikasi guru disamping untuk meningkatkan kompetensinya, sehingga layak untuk dijadikan guru profesional juga dimaksudkan agar guru yang bersangkutan dapat mengikuti uji sertifikasi setelah memperoleh ijazah S1 / D4 serta mengikuti pendidikan profesi. Selain bertujuan meningkatkan mutu guru dan peningkatan kesejahteraan guru, lewat sertifikasi ini diharapkan seorang guru menjadi pendidik yang profesional, berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan dengan pemilikan sertifikat pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi.

Adapun manfaat uji sertifikasi antara lain sebagai berikut:

2.2.2.1 Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.

2.2.2.2 Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.


(36)

2.2.2.3 Menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.

2.2.2.4 Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku. 2.2.3 Tunjangan-tunjangan

Tunjangan profesi diperlukan sebagai syarat mutlak sebuah profesi agar penyandang profesi itu dapat hidup layak memadai. Hingga saat ini guru dan dosen masih tergolong kelompok yang berpenghasilan rendah. Salah satu bentuk peningkatan kesejahteraan guru adalah berupa tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Dengan tegas dirumuskan dalam pasal 53, Dalam UU Guru dan Dosen bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada dosen yang diangkat oleh pemerintah dan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang memiliki sertifikat pendidik yang besarnya setara dengan gaji satu kali gaji pokok yang diangkat oleh pemerintah pada tingkatan, masa kerja dan kualifikasi yang sama.

Undang-Undang Guru dan Dosen menyatakan bahwa sertifikasi sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya. Sesuai dengan UU pasal 52 ayat 1 berbunyi :

“Penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain yang berupa tunjangn profesi, tunjangan fungsional,


(37)

tujangan khusus, tunjangan kehormatan, serta maslahat yang terkait dengan tugas sebagai dosen yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi ”.

Yang dimaksud dengan gaji pokok adalah satuan penghasilan yang ditetapkan berdasar pengkat, golongan, dan masa kerja. Berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 ditentukan bahwa gaji pokok minimal seorang pegawai negeri sipil adalah tidak kurang dari 600 ribu rupiah (golongan 1a), sedangkan untuk guru sekitar 800 ribu rupiah (golongan 111a), dan bagi dosen adalah tidak kurang dari 1 juta rupiah (golongan 111b). Tunjangan yang melekat pada gaji merupakan tambahan penghasilan sebagai komponen kesejahteraan yang ditentukan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga. Tunjangan bagi istri ditetapkan sebesar 10% dari gaji pokok dengan ketentuan apabila suami/istri kedua-duanya berkedudukan sebagai pegawai negeri sipil. Bagi anak sebesar 2% dengan jumlah tanggungan 2 orang anak termasuk 1 orang anak angkat yang belum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri dan menerima beasiswa.

Sedangkan tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada dosen yang memiliki sertifikat pendidik sebagai pengharagaan atas profesionalitasnya. Tunjangan profesi tersebut diperlukan sebagai syarat mutlak sebuah profesi agar penyandang profesi itu dapat hidup layak dan memadai, besarnya yaitu setara dengan satu kali gaji pokok. Tunjangan khusus merupakan tunjangan yang diberikan kepada dosen sebagai kompensasi atau kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan tugas didaerah khusus, bersarnya satu kali gaji pokok. Sedangkan maslahat tambahan adalah tambahan kesejahteraan yang


(38)

diperoleh dalam bentuk asuransi, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.

2.3 Minat Menjadi Guru 2.3.1 Pengertian Minat

Menurut Slameto (2003:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Tu’u (2004:79) mengatakan minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Seorang mahasiswa yang menaruh minat pada profesi guru PAUD, cenderung akan lebih memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan profesi guru PAUD.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kesediaan jiwa atau timbulnya keinginan untuk menerima dan atau melaksanakan aktivitas yang diekspresikan dengan perasaan senang pada obyek atau aktivitas yang bersangkutan dengan apa yang diminatinya itu. Minat menjadi guru berarti rasa senang seseorang terhadap pekerjaan dan merasa terikat pada pekerjaan tersebut tanpa ada orang lain yang menyuruh.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Menurut Crow & crow dalam abror (1993:58) disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut:


(39)

2.3.2.1 Faktor Intern

Yang termasuk faktor intern yang dapat mempengaruhi minat antara lain:

a. The Factor Of Inner Urgers

Faktor ini adalah faktor dorongan dari dalam. Faktor ini dititik beratkan pada kebutuhan biologis. Minat individu timbul dalam usaha individual untuk memenuhi fisik atau jasmaniah. Faktor ini akan menumbuhkan minat seseorang apabila ada dorongan dari dalam dirinya sendiri bukan dari orang lain.

Dari faktor tersebut minat bekerja menjadi guru akan timbul pada diri seseorng bukan karena dorongan dari orang lain tetapi tumbuh atas kesadarannya sendiri karena ia merasa membutuhkan profesi tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik atau biologisnya.

b. Emotional Factor

Dalam faktor ini dinyatakan bahwa suatu aktifitas yang dilaksanakan oleh inidividu yang dapat dicapai dengan sukses akan menyebabkan person yang menyenangkan. Hal ini akan berakibat pula bisa menambah atau memperbesar minat dalam hal tersebut. Sebaliknya apabila individu menemui kegagalan dapat mengakibatkan perasaan yang kecewa, tak puas dan akhirnya dapat pula menghilangkan atau mengurangi minat . Faktor emosional ini akan mempengaruhi minat apabila sesuatu yang ia kerjakan atau lakukan berhasil maka dari keberhasilannya itu akan mendorong seseorang untuk menekuni bidang tersebut.


(40)

2.3.2.2 Faktor Ekstern

Yang termasuk faktor ekstern yaitu The Faktor Of Social Motive, faktor ini adalah motif dari lingkungan dan hubungan sosial. Lingkungan hidup dimana individual tinggal bersama teman-temannya.

Minat sebagai guru misalnya di lingkungan keluarga dimana sebagian besar keluarganya bekerja sebagi guru, maka ia akan mempunyai minat untuk dapat bekerja sebagia guru juga. Hal ini dapat terjadi karena sebelum ia terjun menjadi guru ia sudah mendapat gambaran atau pengetahuan tentang guru dari lingkungannya.

2.3.3 Unsur-unsur Minat

Menurut Bigot dalam Abror (1993:112), minat mengandung unsur-unsur : kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Unsur kognisi merupakan pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang di minati, dan minat terhadap suatu obyek di tandai dengan adanya kesadaran terhadap obyek yang diminatinya. Pengetahuan dan informasi mengenai profesi guru merupakan salah satu unsur minat seseorang untuk menjadi guru. Apabila seseorang telah mempunyai pengetahuan dan informasi tentang profesi guru, misalnya dengan membaca artikel tentang profesi guru, dari internet, maupun informasi dari orang lain maka orang tersebut dimungkinkan akan tertarik untuk menjadi guru dan akan menyiapkan diri untuk menjadi guru dengan sebaik-baiknya.

Minat mengandung unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang).


(41)

Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi yang diwujudkan dalam bentuk adanya kemauan dan hasrat terhadap suatu obyek yang diminati. Kemauan tersebut kemudian direalisasikan sehingga memiliki wawasan terhadap suatu bidang atau obyek yang diminati.

Apabila unsur kognisi dan unsur konasi beriring sejalan secara bersama-sama serta saling mendukung, maka akan menumbuhkan minat seseorang yang lebih tinggi untuk melakukan sesuatu yang mereka senangi, misalnya obyek yang di minati seseorang adalah menjadi guru, maka konsentrasi dan perhatiannya terpusat pada hal-hal yang berhubungan dengan profesi keguruan. Sebaliknya, apabila unsur kognisi dan unsur konasi tidak saling mendukung atau hanya salah satu unsur saja yang ada dalam diri seseorang, maka tidak akan menumbuhkan minat yang tinggi.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa minat menjadi guru akan timbul karena adanya informasi dan pemahaman mengenai profesi guru yang diikuti oleh perasaan senang terhadap profesi guru, sehingga timbul kemauan untuk melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini adalah kemauan untuk menjadi guru. Oleh karena itu, dalam penelitian ini minat menjadi guru diukur melalui komponen-komponen sebagai berikut :

1) Adanya informasi mengenai profesi guru 2) Adanya pemahaman mengenai profesi guru 3) Perasaan senang terhadap profesi guru 4) Kemauan untuk menjadi guru.


(42)

2.4 Kerangka Berfikir

Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan penting untuk meningkatkan ilmu, pengetahuan, keterampilan dan penerapan konsep diri. Keberhasilan proses pembelajaran dapat tercermin dari peningkatan mutu lulusan yang dihasilkan. Untuk itu, perlu diadakan peran aktif seluruh komponen pendidikan terutama guru yang berfungsi sebagai fasilitator. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu untuk menjadi guru yang professional maka seorang calon guru harus menempuh jenjang pendidikan terlebih dahulu setidaknya D4/ S1, hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Faktor intern (cita-cita) menjadi seorang guru akan melahirkan dorongan yang luas pada diri individu untuk dapat menekuni profesi sebagai guru. Profesi guru akan menjadi profesi yang menarik bagi generasi muda jika diimbangi dengan imbalan atau penghargaan atas kerja tersebut. Profesi guru akan menjadi prioritas pilihan para pencari kerja, ketika profesi tersebut dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Seseorang berprofesi sebagai guru memiliki tujuan untuk mencapai kesejahteraan, karena dengan berprofesi sebagai guru ia berhak memperoleh penghasilan dan dengan pengahasilannya tersebut ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Syafi’I (2009) menyebutkan bahwa hidup sejahtera adalah terpenuhinya standar hidup minimal disertai apresiasi dalam sistem sosial dimana ia hidup. Apresiasi sosial berhubungan dengan integritas guru, dan sistem pendidikan guru. Dalam hal ini seseorang yang berprofesi sebagai guru haruslah menempuh jenjang


(43)

pendidikan terlebih dahulu, karena status kependidikan mempunyai peranan dalam menunjang tingkat kesejahteraan seseorang yang berprofesi sebagai guru. Status kependidikan diperlukan untuk mendapatkan pengakuan bahwa seseorang tersebut telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.

Dari penjelasan diatas melahirkan persepsi yang berbeda dari masing-masing individu. Apabila persepsi seseorang terhadap kesejahteraan guru berupa positif, maka ia akan cenderung bersikap dan bertingkah laku positif terhadap profesi guru dan tertarik dengan profesi guru atau berkeinginan untuk menjadi guru. Sebaliknya apabila persepsi seseorang terhadap kesejahteraan guru berupa negatif, maka ia cenderung bertingkah laku negatif yang menunjukkan ketidaktertarikannya terhadap profesi guru dan tidak akan memilih guru sebagai pilihan profesinya. Secara garis besar kerangka berfikir dalam penelitian ini dituangkan dalam dalam gambar sebagai berikut:

kesejahteraa

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Persepsi mahasiswa

terhadap

kesejahteraan guru

Minat mahasiswa menjadi guru (Y)


(44)

30   

Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini metode penelitian meliputi pendekatan penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, serta analisis data .

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang bermaksud menerangkan kebenaran (Rachman, 1999:2). Penemuan kebenaran meliputi kegiatan penelitian yang dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu data yang terkumpul berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik. Dengan pendekatan ini diharapkan pengaruh persepsi terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru pada mahasiswa PG PAUD FIP UNNES dapat terdeskripsikan.


(45)

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Semua objek yang menjadi sasaran penelitian disebut sebagai gejala. Variabel merupakan gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun dalam tingkatan (Sutrisno, 2004:250).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif, metode deskriptif bertugas menerangkan gejala, untuk menerangkan gejala ini maka disediakan suatu bagian statistik yang disebut statistik deskriptif (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang terdiri dari, satu variabel independen dan satu variabel dependen. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah “persepsi terhadap kesejahteraan guru PAUD sebagai variabel independen dan minat menjadi guru sebagai variabel dependen”. 3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Devininsi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2005: 74). Definisi variabel penelitian diperlukan untuk menghindari salah penafsiran yang berbeda terhadap variabel-variabel penelitian. Definisi operasional variabel penelitian merupakan batasan atau spesifikasi dari variabel-variabel penelitian yang secara konkret berhubungan dengan realita yang akan diukur dan merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam suatu penelitian.


(46)

Dalam penelitian ini batasan operasionalnya adalah sebagai berikut: 3.2.2.1 Persepsi

Persepsi adalah proses pengamatan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan melalui panca indera menjadi sebuah pengertian yang menjadi dasar bagi pengalaman dan pengetahuannya. Persepsi yang terjadi akan membentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu didalam situasi yang tertentu pula.

3.2.2.2 Kesejahteraan Guru

Konsep kesejahteraan dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Dalam aspek jasmaniah kesejahteraan lebih berkaitan dengan faktor ekonomi atau materi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia sejatinya berarti aman, sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan). Anoraga (2006:23) menyebutkan bahwa seseorang akan merasa sejahtera kehidupannya baik lahir maupun batin apabila kebutuhannya terpenuhi, sebaliknya apabila kebutuhannya tidak terpenuhi maka orang tersebut akan merasa kurang sejahtera kehidupannya.

3.2.3.3 Minat Menjadi Guru

Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat menjadi guru adalah adanya perasaan tertarik atau suka terhadap profesi guru yang timbul dari dalam, tanpa dipengaruhi atau ada paksaan dari luar diri individu.


(47)

3.2 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:18). Kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakan dengan kelompok subjek lain. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan PG PAUD FIP UNNES. Karakteristik yang ditetapkan dalam pengambilan populasi adalah mahasiswa reguler jurusan PG PAUD FIP UNNES yang masih aktif dalam perkuliahan, yaitu angkatan 2008-2011 dengan jumlah 171 mahasiswa.

Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa Per-angkatan

Kelas Jumlah mahasiswa (populasi)

Reguler angkatan 2008 27

Reguler angkatan 2009 54

Reguler angkatan 2010 40

Reguler angkatan 2011 50

Jumlah 171

3.3.1 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan sifat populasi. Mengingat populasi bersifat homogen maka teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak terhadap anggota populasi yang bersifat homogen. Sampel yang diambil besarnya yaitu 60% dari masing-masing kelas mahasiswa yang ada.


(48)

Untuk mempermudah pengambilan sampel dari populasi sebesar 171 mahasiswa, dalam menentukan perwakilan tiap angkatan peneliti menggunakan cara undian (random). Adapun jumlahnya sesuai dengan ketentuan 60% dari jumlah masing-masing mahasiswa per-angkatan. Jumlah sampel yang diambil pada masing-masing angkatan adalah sebanyak 60% dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Perhitungan Proporsi Sampel dalam Perwakilan tiap Angkatan Kelas Jumlah

mahasiswa (populasi)

Jumlah sampel yang akan diambil

Reguler angkatan 2008 27 (60% x 27) = 16 Reguler angkatan 2009 54 (60% x 54) = 32 Reguler angkatan 2010 40 (60% x 40) = 24 Reguler angkatan 2011 50 (60% x 50) = 30

Jumlah 171 102

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian disamping perlu menggunakan metode yang tepat juga perlu memiliki teknik pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang obyektif (Rachman, 1999:77).

Metode pengumpulan data merupakan faktor yang cukup penting yang mempengaruhi hasil suatu penelitian. Hal ini karena dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan dapat diperoleh data yang tepat, relevan dan akurat.


(49)

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan adalah dengan menggunakan skala. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang diisi langsung oleh responden. Bentuk pernyataan yang digunakan adalah pernyataan yang jawabannya dan isiannya telah dibatasi atau ditentukan, sehingga subjek tidak dapat memberikan respon seluas-luasnya.

Angket adalah jumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih disebut angket tertutup. (Arikunto, 2002:128).

Data yang diperoleh dari angket tidak dapat langsung terdeskripsikan. Agar dapat membaca hasilnya, maka peneliti harus menganalisanya terlebih dahulu dengan cara memberikan skor untuk masing –masing butir pertanyaan. Pemberian skor berdasarkan skala interval dengan metode likert. Skala likert memiliki lima kategori kesetujuan dan memiliki interval skor 1-5. Akan tetapi dalam penelitian ini untuk menghindari jawaban ragu-ragu maka nilai yang ada ditengah dihilangkan sehingga intervalnya menjadi 1-4. Untuk jawaban yang mendukung dari tiap butir pernyataan diberi skor tertinggi dan untuk jawaban yang tidak mendukung diberi skor terendah. Adapun pemberian skor tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :


(50)

Tabel 3.3 Nilai Skor Jawaban

o lternatif Jawaban kor Item (+) kor Item (-) esuai (S)

Sangat Sesuai (SS)

Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS) 4 3 2 1 1 2 3 4

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.5.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrumen (Arikunto,2006). Suatu instrumen valid atau shahih manakala mempunyai tingkat validitas yang tinggi, mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Adapun teknik uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson, dengan rumus :

Keterangan :

r = koefisien korelasi product moment ∑ = jumlah skor tiap item

∑ = jumlah skor total item ∑ xy = jumlah perkalian X dan Y

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

xy

r

ΣΥ

ΝΣΥ

ΣΧ

ΝΣΧ

ΣΥ

ΣΧ

ΝΣΧΥ

=


(51)

N = jumlah responden

Berdasarkan uji coba angket penelitian persepsi terhadap kesejahteraan guru PAUD dan minat menjadi guru yang berjumlah 28 butir pertanyaan, setelah diuji cobakan pada 25 responden kemudian dianalisis menggunakan uji validitas product moment. Dari butir pernyataan angket tersebut pada taraf kesalahan 5% dengan n = 25 diperoleh = 0.401 untuk validitas persepsi terhadap kesejahteraan guru dan nilai = 0,532 untuk validitas minat menjadi guru. Hasil yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dari (n = 25) yaitu 0,396 yang berarti valid. Sehingga angket yang akan diajukan ke responden mempunyai kevalidan yang teruji.

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen sudah cukup baik (Arikunto, 2006). Untuk mengetahui reliabel tidaknya digunakan rumus alpha cronbach. Adapun rumusa alpha adalah

Keterangan :

= reliabilitas instrumen K = banyaknya butir pertanyaan

⎟⎟

⎜⎜

Σ

=

22

11

1

1

k

k

t b

r

σ

σ


(52)

∑ = jumlah varian butir = jumlah varian total

Alasan menggunakan formula koefisien reliabilitas alpha karena datanya berupa rating scale (1,2,3,4) dan bisa digunakan untuk jumlah item ganjil maupun genap. Besar kecilnya koefisien mengidentifikasikan kuat dan lemahnya hubungan yang ada, r hitung yang besarnya lebih dari r tabel menunjukkan bahwa instrumen semakin reliabel. Sedangkan jika r hitung yang besarnya kurang dari r tabel berarti instrumen semakin berkurang reliabilitasnya.

Hasil dari perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan harga r kritik product moment dengan taraf nyata 5%. Jika hitung lebih kecil dari tabel instrument dikatan tidak reliable (Arikunto 2006:196). Berdasarkan hasil uji coba angket pada 25 responden kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus alpha diperoleh = 0,557 untuk persepsi terhadap kesejahteraan guru dan diperoleh nilai = 0,605 untuk minat menjadi guru. Hasil tersebut lebih besar dari nilai kritik tabel dan pada taraf kesalahan 5% dengan n= 25 diperoleh nilai kritik tabel sebesar 0,542. Karena koefisien reliabilitas lebih besar dari nilai kritik tabel, maka angket tersebut dikatakan reliabel.

3.6 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sampel telah distribusi normal atau tidak. Sampel yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat


(53)

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.

Untuk menguji normalitas data digunakan One Sample Kolmogorov-Sminorv Test (dengan program SPSS). Diantaranya adalah sampel yang akan dipakai untuk analisis harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan tingkat signifikansi α = 5% (0,05), jika signifikansi < 0,05 maka distribusi data dapat dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika signifikansi > 0,05 maka distribusi data dapat dikatakan normal.

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut (Sugiyono, 2009) analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah data yang diperoleh, sehingga didapat suatu kesimpulan. Data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat digunakan langsung, namun perlu diolah lebih lanjut agar dapat memberikan keterangan yang dapat dipahami.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah

3.7.1 Analisis Deskriptif Persentase

Metode statistik deskriptif dengan menggunakan persentase dan tabel. Statistik Deskriptif yaitu proses pengumpulan dan peringkasan data serta upaya untuk menggambarkan berbagai karakteristik yang penting pada data yang telah diorganisir tersebut. Selain itu digunakan deskriptif presentase


(54)

untuk mendeskripsikan tiap-tiap indikator dalam setiap variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

DP = %

Keterangan :

DP = Deskriptif Presentase N = Jumlah nilai maksimum n = Jumlah nilai yang diperoleh

Menurut Ridwan (2009) langkah-langkah menggunakan rumus analisis deskriptif presentase adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan presentase tertinggi = 4:4 x 100% = 100% 2. Menetapkan presentase terendah = 1:4 x 100% = 25% 3. Menetapkan rentangan presentase = 100% - 25% = 75% 4. Menetapkan kelas interval = 4

5. Interval = 75% : 4 = 18,75 %

Tabel 3.4 Klasifikasi Kategori Tingkatan dalam bentuk Presentase Tiap Variabel

No Interval Kategori

81,25% < % 100% Sangat Tinggi

62,75% < % 81,25% Tinggi

43,75% < % , % Rendah

25% < % , % Sangat Rendah


(55)

Regresi adalah pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan bentuk hubungan atau fungsi. Analisis regresi mempelajari hubungan ketergantungan antara satu variabel tak bebas (dependen) dengan satu variabel bebas (independen) dengan tujuan untuk meramalkan nilai rata-rata dari variabel tak bebas, apabila variabel bebasnya sudah diketahui. Kedua variabel biasanya bersifat kausal atau mempunyai hubungan sebab akibat yaitu saling berpengaruh. Sehingga dengan demikian, regresi merupakan bentuk fungsi tertentu antara variabel tak bebas Y dengan variabel bebas X. bentuk persamaan hubungan antara X dan Y dapat dinyatakan sebagai berikut Y = f(X).

Bentuk hubungan yang paling sederhana antara variabel X dengan variabel Y adalah berbentuk garis lurus atau berbentuk hubungan linier yang disebut dengan regresi linier sederhana atau sering disebut regresi linier saja dengan persamaan matematikanya adalah sebagai berikut:

Yi = A + B Xi

Keterangan:

Y = taksiran (dugaan nilai Y untuk harga X yang diketahui terlebih dahulu)

A = konstanta regresi (Y)

B = koefisien regresi, yang mengukur kenaikan y akibat kenaikan dalam X


(56)

3.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada suatu penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat mahasiswa menjadi guru. Makna dari adanya hubungan positif ini adalah semakin baik kesejahteraan seorang guru PAUD, maka semakin positif sikap mahasiswa untuk menjadi guru. Hipotesis yang kedua adalah ada pengaruh antara persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru dengan minat menjadi guru.


(57)

43   

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran setiap indikator dalam variabel penelitian, sehingga dapat diperoleh pula gambaran tentang variabel yang diteliti. Gambaran ini diperoleh berdasarkan skor yang diperoleh dari jawaban angket yang diisi oleh responden, ynag kemudian dikonsultasikan dengan tabel kategori masing-masing variabel.

4.1.1.1 Deskripsi Persepsi Terhadap Kesejahteraan Guru

Persepsi terhadap kesejahteraan guru dalam penelitian ini diukur berdasarkan 3 indikator. Yaitu kebutuhan fisiologis dasar, kebutuhan egoistik dan kebutuhan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor sebesar 68.2%, setelah dikonsultasikan dengan tabel kategori, skor tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa PG PAUD FIP UNNES terhadap kesejahteraan guru PAUD masih rendah. Hasil analisis deskriptif untuk variabel persepsi terhadap kesejahteraan guru adalah sebagai berikut:


(58)

Interval

81,25% < 62,75% <

43,75%

25% < %

Dari tab termasu dalam k kategori dalam k UNNES sebagaim tentang pada ga 0 20 40 60

Tabel 4.1 D Persentase

< % 100% 81,25% % < %

%

Juml

bel tersebut uk dalam ka kategori Tin i rendah. Da kategori san S memiliki p mana hasil persepsi ma ambar beriku .00 .00 .00 .00

Sangat T 13.

Distribusi Per Kat

Sangat

% Tin

Ren Sangat lah dapat diketa ategori Sang nggi, sebany ari hasil ters ngat rendah pandangan y dari peneli ahasiswa ter ut: Tinggi Tingg 73 52. rsepsi Terhad tegori t Tinggi nggi ndah t Rendah ahui bahwa gat Tinggi,

yak 31 resp ebut tidak a h. Secara um

yang baik ter itian diatas. rhadap kesej gi Rend .94 30. dap Kesejah Persepsi T Frekuen 14 54 31 0 102 sebanyak 1 54 responde ponden (30,3 ada responde mum mahas rhadap kesej . Untuk leb ahteraan gur ah Sang Rend .39 0.0 hteraan Guru Terhadap Ke Guru nsi 4 responden en (52,94%) 39%) terma en (0%) yang

siswa PG P ejahteraan gu bih jelasnya ru PAUD da

gat  ah 00 u esejahteraan Persentase 13,37% 52,94% 30,39% 0.00% 100% n (13,37%) ) termasuk asuk dalam g termasuk PAUD FIP uru PAUD, a deskripsi apat dilihat n


(59)

Gambar 4.1 Diagram Persentase Tentang Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesejahteraan Guru PAUD

Gambaran dari masing-masing indikator dalam variabel persepsi terhadap kesejahteraan guru PAUD adalah sebagai berikut:

a. Aspek Kebutuhan Fisiologis Dasar

Dalam penelitian ini, aspek kebutuhan fisiologis dasar diukur dengan 5 butir soal. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh untuk indikator kebutuhan fisiologis dasar adalah sebesar 65,0%, setelah dikonsultasikan dengan tabel kategori, maka skor tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa PG PAUD FIP UNNES memiliki pandangan yang baik terhadap kebutuhan fisiologis dasar seorang guru PAUD. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi aspek kebutuhan fisiologis dasar :

4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Kebutuhan Fisiologis Dasar

Interval Frekuensi Persentase

1,25% < % 100% 7 6,86 %

2,75% < % 81,25% 50 49,02 %

3,75% < % , % 41 40,20 %

5% < % , % 0 0,00%

b. Aspek Kebutuhan Egoistik

Dalam penelitian ini, aspek kebutuhan egoistik diukur dari 2 butir soal. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh 70,0%, setelah dikonsultasikan dengan tabel kategori, maka skor


(60)

tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa PG PAUD FIP UNNES memiliki pandangan yang baik dalam hal kebutuhan egoistik seorang guru PAUD. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi aspek kebutuhan Egoistik :

4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Kebutuhan Egoistik

Interval Frekuensi Persentase

1,25% < % 100% 31 30,39%

2,75% < % 81,25% 19 18,63%

3,75% < % , % 46 45,10%

5% < % , % 0 0,00%

c. Indikator Kebutuhan Sosial

Dalam penelitian ini, indikator kebutuhan sosial diukur dari 2 butir soal. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh untuk indikator kebutuhan sosial adalah sebesar 74,3%, setelah dikonsultasikan dengan tabel kategori, maka skor tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa PG PAUD FIP UNNES memiliki pandangan yang positif terhadap kebutuhan sosial seorang guru PAUD. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi aspek kebutuhan Sosial :

4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Kebutuhan Sosial

Interval Frekuensi Persentase

1,25% < % 100% 17 16,67%

2,75% < % 81,25% 66 64,71%


(61)

5% < % , % 0 0,00%

4.1.1.2 Deskripsi Minat Menjadi Guru

Minat menjadi guru dalam penelitian ini diukur berdasarkan 2 indikator, yaitu indikator pengetahuan dan informasi tentang guru yang dimiliki seseorang, indikator ini mengandung unsur kognisi. Kognisi adalah pengetahuan dan informasi yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu yang di minatinya. Indikator perasaan senang terhadap profesi guru, indikator ini mengandung 2 unsur yaitu unsur emosi dan konasi. Unsur emosi adalah perasaan senang terhadap objek yang diminati, dalam hal ini perasaan senang terhadap profesi guru, sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi yang diwujudkan dalam bentuk adanya kemauan atau hasrat seseorang terhadap sesuatu yang diminati.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor untuk variabel minat menjadi guru adalah sebesar 72,2%, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, skor tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum, minat mahasiswa PG PAUD FIP UNNES untuk menjadi guru PAUD masih rendah. Hasil analisis deskriptif untuk variabel minat menjadi guru dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Minat Menjadi Guru

Interval Persentase Keterangan Minat Menjadi Guru

Frekuensi Persentase 81,25% < % 100% Sangat Tinggi 29 28,43%


(62)

62,75% 81 43,75%

25% < %

Dari tab yang m (49,02% rendah minatny PG PAU deskrips berikut: 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 % < 1,25% % < %

Jum

bel dapat dili inatnya untu %) memiliki untuk menj ya untuk men

UD FIP UN si tentang m

Gambar 4 Sangat Ting

28.43

Ti

Re

Sanga mlah

ihat bahwa t uk menjadi

minat tingg adi guru, se njadi guru s NNES dalam minat menja 4.2 Diagram ggi Tingg 3 49.0 inggi endah at Rendah

erdapat 29 m guru PAUD gi, 19 mahas

erta terdapat angat rendah m kategori t adi guru PA

m Persentase i Rend 02 18 50 19 4 102 mahasiswa at D sangat ting siswa atau 1

t pula 4 mah h. Secara um tinggi/baik. AUD dapat Minat Menj dah San Ren 8.63 4 tau 28,43% ggi, 50 resp 8,63% mem hasiswa (3,9 mum minat

Untuk lebih t dilihat pad

jadi Guru ngat   ndah 3.92 49,02% 18,63% 3,92% 100% mahasiswa onden atau miliki minat 92%) yang mahasiswa h jelasnya, da gambar


(63)

Gambaran masing-msing indikator dalam variabel minat menjadi guru PAUD adalah sebagai berikut:

a. Indikator Pengetahuan dan Informasi Tentang Guru

Indikator ini ditunjukkan dengan adanya informasi dan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa tentang profesi guru. Indikator ini terdiri dari 3 butir soal. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh untuk indikator pengetahuan dan informasi tentang guru adalah sebesar 70,0% dan apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, maka skor tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa PG PAUD FIP UNNES memiliki pengetahuan dan informasi yang baik mengenai profesi guru. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi aspek pengetahuan dan informasi tentang guru :

4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Pengetahuan Dan Informasi Tentang Guru

Interval Frekuensi Persentase

1,25% < % 100% 30 29,41%

2,75% < % 81,25% 47 46,08%

3,75% < % , % 11 10,78%

5% < % , % 14 13,73%

b. Indikator Perasaan Senang Terhadap Profesi Guru

Indikator ini ditunjukkan dengan adanya perasaan senang terhadap profesi guru. Indikator ini terdiri dari 12 butir soal. Hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh untuk indikator perasaan senang terhadap profesi guru adalah sebesar 72,7%. Dan apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori,


(64)

maka skor tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa PG PAUD FIP UNNES minatnya untuk menjadi guru tinggi/ baik, hal ini ditunjukkan dengan indikator perasaan senang terhadap profesi guru yang nialinya tinggi. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi aspek perasaan senang terhadap profesi guru :

4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Aspek Perasaan Senang Terhadap Profesi Guru

Interval Frekuensi Persentase

1,25% < % 100% 27 26,47%

2,75% < % 81,25% 51 50,00%

3,75% < % , % 19 18,63%

5% < % , % 5 4,90%

4.1. 2 Uji Prasyarat Regresi 4.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat regresi yang digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data digunakan diagram Normal P-P Plot, untuk menghindari ketidaktelitian dalam membaca diagram Normal P-P Plot maka digunakan pula uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Sminorv. Berikut adalah hasil uji statistik non parametrik Kolmogorov-Sminorv dan diagram Normal P-P Plot.


(65)

Gambar 4.3 Grafik Histogram Normalitas Data

Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot

Berikut adalah hasil dari uji normalitas One Sample Kolmogorov-Sminorv Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas

Regression Standardized Residual 3 2 1 0 -1 -2 -3

Frequency

20 15 10 5 0 Histogram

Dependent Variable: MINAT MENJADI GURU Mean =8. 43E-16 Std. Dev. =0.995 N =102

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Ex

pe

ct

ed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Regression

Standardized Residual


(66)

Berdasarkan tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal. Begitu juga grfik normal P-P Plot yang menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, yang berarti bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Hal ini diperkuat dengan hasil uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Sminorv dimana signifikansi yang diperoleh > 0,05, yakni sebesar 0,138. Ini menunjukkan bahwa data residual berdistribusi normal.

4.1.2.2 Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dirumuskan. Oleh sebab itu, jawaban sementara ini harus diuji kebenarannya secara empirik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik regresi sederhana. Hasil pengujan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

102 102 24.5490 43.3039 4.39313 8.36043 .069 .115 .069 .064 -.064 -.115 .699 1.156 .713 .138 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTE RAAN GURU PAUD MINAT MENJADI GURU

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(67)

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas

Uji hipotesis yang pertama dalam penelitian ini adalah “ terdapat hubungan positif persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru pada mahasiswa PG PAUD FIP UNNES”. Berdasarkan hasil uji, persamaan garis regresi dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : Y = 1,388 + 9,237. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X1 sebesar 1,388 yang berarti apabila nilai persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD (X1) meningkat 1 maka nilai minat menjadi guru akan meningkat sebesar 1,388. Artinya nilai hubungan antara persepsi terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru pada mahasiswa PG PAUD FIP UNNES sebesar 1,388.

Uji hipotesis yang kedua adalah “terdapat pengaruh positif persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD dengan minat menjadi guru pada mahasiswa PG PAUD FIP UNNES”. Koefisien determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi. Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari variabel minat menjadi guru (Y) yang dijelaskan oleh variabel independennya, persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan

Model Summaryb

.729a .532 .527 5.74968 .000

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Sig. F Change Change Statistics

Predictors: (Constant), PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD

a.

Dependent Variable: MINAT MENJADI GURU b.


(68)

guru PAUD (X). berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai R square sebesar 53,2% artinya minat menjadi guru pada mahasiswa PG PAUD FIP UNNES dipengaruhi sebesar 53,2% oleh faktor persepsi tehadap kesejahteraan guru PAUD dan sisanya 46,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

4.2 Pembahasan

Pembahasan merupakan jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian, dimana jawaban ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas. Hasil penelitian tersebut kemudian dikaitkan dengan teori –teori yang berkaitan dengan hal-hal yang dibahas tersebut.

4.2.1 Gambaran Persepsi Mahasiswa PG PAUD FIP UNNES Terhadap Kesejahteraan Guru PAUD

Pengukuran persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD menggunakan 11 butir soal setelah diujikan diperoleh 9 item valid, dan 2 butir soal tidak valid. Dari hasil tersebut diperoleh koefisien validitas tertinggi sebesar 0,557 Reliabilitas alpha untuk skala persepsi terhadap kesejahteraan guru diperoleh sebesar 0,542 yang berarti reliabel karena r11 > r tabel sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian.

Dari hasil analisis maka dapat digambarkan deskriptif persentase untuk persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD sebesar 68,2% dengan kategori tinggi. Dari hasil tersebut dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden mempunyai pandangan positif terhadap kesejahteraan guru


(69)

PAUD. Karena lebih dari 50% responden memberikan jawaban yang menyatakan bahwa kesejahteraan guru PAUD dalam kategori tinggi. Hal ini membuktikan secara umum mahasiswa berpandangan positif terhadap kesejahteraan guru PAUD, artinya kesejahteraan guru PAUD berada dalam keadaan sejahtera.

Dalam skala persepsi mahasiswa terhadap kesejahteraan guru PAUD ini menggunakan 3 aspek, dari ketiga aspek tersebut hanya 1 aspek yang termasuk dalam kategori rendah. Yaitu aspek kebutuhan egoistik. Aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Aspek Kebutuhan Fisiologis Dasar

Aspek ini diukur dengan menggunakan skala sejumlah 5 butir soal. Dengan indikasi meliputi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok (makan dan minum) dalam keluarga, kebutuhan tempat tinggal /kondisi fisik rumah, adanya fasilitas-fasilitas komunikasi serta transportasi yang dimiliki, dan juga gaji pokok/ tunjangan-tunjangan yang diterima dari profesinya sebagai guru. Dalam aspek ini sebanyak 50 responden atau 49,02% memberikan jawaban dengan kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden memiliki pandangan bahwa menjadi seorang guru PAUD, gaji yang diterima dari profesinya tersebut cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika dilihat dalam kenyataan yang ada dilapangan sebagian besar guru PAUD sudah memiliki tempat tinggal yang layak utuk dijadikan tempat tinggal, alat transportasi (sepeda motor) dan juga alat komunikasi seperti handphone.


(70)

Maslow (2004) menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan sehingga penuh makna dan memuaskan. Kebutuhan yang menempati urutan utama adalah kebutuhan dasar fisiologis, karena kebutuhan ini mencakup makan, minum, dan tempat tinggal. Dimana manusia sangat membutuhkan makan dan minum untuk tetap dapat bertahan hidup, dan tempat tinggal sebagai tempat perlindungan diri.

Diantara 5 butir soal yang digunakan untuk mengukur indikator kebutuhan fisiologis dasar, hasilnya untuk butir soal yang menyatakan tentang gaji guru PAUD mampu memenuhi kebutuhan hidup adalah paling rendah. Hal ini diindikasikan mahasiswa menganggap guru PAUD belum memperoleh gaji atau kompensasi yang optimal. Akan tetapi gaji yang diterima setiap guru PAUD berbeda masing-masing tergantung dari tempatnya bekerja. Lain halnya dengan guru yang sudah mempunyai pangkat atau golongan (PNS).

Gaji masih menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seseorang semangat dalam bekerja. Sehingga meskipun gaji yang diterima tidak terlalu besar ia akan tetap menekuni pekerjaan tersebut, sebagai salah satu cara agar kebutuhan fisiologis dasarnya terpenuhi. Selain itu, profesi guru juga merupakan pekerjaan yang aman dan tetap, sehingga tidak mudah di geser dan diganti.

b. Aspek Kebutuhan Egoistik Terpenuhi

Aspek ini diukur dengan skala sejumlah 2 item, dengan indikator yaitu prestasi yang meliputi pengembangan diri, mengikuti seminar pendidikan, pendidikan yang telah ditempuh (S1). Otonomi yang meliputi kebebasan dalam


(1)

HASIL ANALISIS REGRESI SEDERHANA

Descriptive Statistics

43.3039 8.36043 102

24.5490 4.39313 102

MINAT MENJADI GURU PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 .729

.729 1.000

. .000

.000 .

102 102

102 102

MINAT MENJADI GURU PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD

MINAT MENJADI GURU PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD

MINAT MENJADI GURU PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

MINAT MENJADI

GURU

PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTE RAAN GURU


(2)

Variables Entered/Removed

PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD a

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: MINAT MENJADI GURU b.

Model Summaryb

.729a .532 .527 5.74968 .000

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Sig. F Change Change Statistics

Predictors: (Constant), PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD

a.

Dependent Variable: MINAT MENJADI GURU b.

ANOVAb

3753.700 1 3753.700 113.546 .000a

3305.878 100 33.059

7059.578 101

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD a.

Dependent Variable: MINAT MENJADI GURU b.


(3)

Coefficientsa

9.237 3.247 2.845 .005

1.388 .130 .729 10.656 .000

(Constant)

PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN GURU PAUD Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: MINAT MENJADI GURU a.

Residuals Statisticsa

28.6651 57.8067 43.3039 6.09634 102

-2.401 2.379 .000 1.000 102

.572 1.487 .772 .229 102

28.7844 58.0750 43.3214 6.08499 102

-15.25595 14.62105 .00000 5.72114 102

-2.653 2.543 .000 .995 102

-2.696 2.564 -.001 1.004 102

-15.74650 14.86280 -.01747 5.83054 102

-2.785 2.639 -.002 1.013 102

.011 5.766 .990 1.362 102

.000 .117 .010 .015 102

.000 .057 .010 .013 102

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: MINAT MENJADI GURU a.


(4)

Charts

Regression Standardized Residual

3 2 1 0 -1 -2 -3

Freq

uency

20

15

10

5

0

Histogram

Dependent Variable: MINAT MENJADI

GURU

Mean =8. 43E-16 Std. Dev.

=0.995 N =102


(5)

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expected Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Regression

Standardized Residual


(6)

 

 

 

Regression Standardized

Predicted Value

3 2 1 0 -1 -2 -3

Regression Studentized R

esi

dual

3 2 1 0 -1 -2 -3

Scatterplot


Dokumen yang terkait

Guru paud

0 17 10

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP MINAT MENJADI GURU Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Undang-Undang Guru Dan Dosen Terhadap Minat Menjadi Guru Pada Mahasisw

0 2 18

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP MINAT MENJADI GURU Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Undang-Undang Guru Dan Dosen Terhadap Minat Menjadi Guru Pada Mahasiswa Progr

0 2 11

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESI GURU DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP MINAT MENJADI GURU AKUNTANSI PADA MAHASISWA PROGAM STUDI Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dan Prestasi Belajar Terhadap Minat Menjadi Guru Akuntansi Pada Maha

0 0 18

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESI GURU DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP MINAT MENJADI GURU AKUNTANSI PADA MAHASISWA PROGAM STUDI Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dan Prestasi Belajar Terhadap Minat Menjadi Guru Akuntansi Pada Maha

1 8 10

Pengaruh persepsi mahasiswa FKIP tentang kesejahteraan guru terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru : studi kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 146

Pengaruh Lingkungan dan Minat Menjadi Guru terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Akuntansi FE Unnes.

0 0 1

Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Persepsi Mahasiswa tentang Profesionalisme Guru terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Guru.

0 0 1

Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Kesejahteraan Guru dan Prestasi BelajarTerhadap Minat Menjadi Guru Ekonomi Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNS

0 1 13

Pengaruh persepsi mahasiswa FKIP tentang kesejahteraan guru terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru : studi kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 144