Persepsi Masyarakat terhadap Masalah Pertanahan di Perkotaan.

90 Harga lahan Bumi dan bangunan di Kota Bekasi pada tahun 2003 dan 2004 mengalami perubahan. Harga lahan Bumi di beberapa kecamatan di Kota Bekasi mengalami kenaikan, meskipun kenaikannya berbeda-beda setiap kecamatan. Kenaikan harga lahan Bumi yang terbesar adalah di Kecamatan Bekasi Selatan sebesar Rp 35,79 ribu per m 2 , yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp 292,79 ribu per m 2 meningkat menjadi Rp 328,58 ribu per m 2 pada tahun 2004. Sedangkan di Kecamatan Medan Satria hanya mengalami kenaikan sebesar Rp 2,75 ribu per m 2 , yang berarti di Kecamatan Medan Satria merupakan kenaikan yang paling rendah dibandingkan dengan di kecamatan lainnya. Pada tahun 2003 harga lahan per m 2 di Kecamatan Medan Satria sebesar Rp 288,61 ribu,- meningkat menjadi Rp 291,36 ribu per m 2 pada tahun 2004. Harga Bangunan dari sepuluh kecamatan di Kota Bekasi pada tahun 2003 dan 2004 sebagian besar mengalami penurunan, meskipun ada tiga kecamatan yang mengalami kenaikan yaitu Kecamatan Jatisampurna dengan kenaikan sebesar Rp10,46 ribu per m 2 , Kecamatan Bekasi Selatan kenaikannya sebesar Rp 7,13 ribu per m 2 . Adapun penurunan yang paling besar yaitu dari Kecamatan Bekasi Timur dengan penurunannya sebesar Rp 9,21 ribu per m 2 yang pada tahun 2003 harga bangunan per m 2 sebesar Rp 443,86 ribu,- menurun menjadi Rp 434,66,- di tahun 2004.

7.3 Persepsi Masyarakat terhadap Masalah Pertanahan di Perkotaan.

Masalah pertanahan di perkotaan dapat muncul akibat perilaku 91 masyarakatnya terhadap lahan. Perilaku yang cenderung menilai fungsi lahan dari sisi ekonomi semata, akan mengakibatkan timbulnya masalah pertanahan, seperti: spekulasi lahan, lahan terlantar, lahan kosong, konversi lahan pertanian, serta penggunaan maupun distribusi kepemilikan yang tidak seimbang.

7.3.1 Persepsi Responden terhadap Batas Maksimum Luas Kepemilkan Lahan untuk Rumah

Tabel 20. Batas maximal kepemilikan lahan untuk rumah Level of Effect Column Estimate Standard Error Wald Stat. p odds ratio Interc 1 0.84774 0.307312 7.60974 0.005805 Pendapatan 3-5 Juta 2 2.02640 0.419728 23.30850 0.000001 7.58671 5 Juta 3 2.06414 0.418878 24.28297 0.000001 7.87850 1 Juta 4 -2.78984 0.779393 12.81289 0.000344 0.06143 1.00000 0.000000 Dari hasil analisis di atas menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan 3 – 5 juta dan di atas 5 juta memberikan hasil estimate yang signifikan dan posisit if. Sementara untuk responden dengan pendapatan dibawah satu juta memberikan hasil estimate yang signifikan dan negative. Hal ini menunjukkan bahwa untuk Responden dengan penghasilan di atas 3 juta berpersepsi bahwa batas maksimum luas kepemilikan lahan untuk rumah adalah di atas 500 m 2 atau sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Namun bagi bagi Responden dengan penghasilan kecil berpersepsi bahwa batas maksimum kepemilkan luas lahan untuk rumah adalah maksimal 500 m 2 92

7.3.2 Pengetahuan Tentang Tata Ruang Tabel 21. Peluang Responden Mengetahui Tata ruang

Level of Column Estimate Standard Wald p odds ratio Effect Effect Error Stat. 1 0.61386 0.313217 3.84106 0.050012 Pendidikan Sarjana 2 1.33027 0.352647 14.22993 0.000162 3.78208 SMP 3 -0.20859 0.529722 15.50545 0.000082 0.81173 Pendapatan 3-5 Juta 4 0.11721 0.375218 0.09758 0.754759 1.12435 5 Juta 5 0.74553 0.421522 3.12814 0.076952 2.10755 1 Juta 6 -0.15082 0.636506 5.61465 0.017811 0.86000 Dari hasil analisis statistik yang dilakukan untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai Tata Ruang disekitar kediaman mereka, didapat bahwa variabel responden dengan tingkat pendapatan dibawah 1 juta memberikan hasil yang signifikan, dan negatif dan tingkat pendidikan sarjana memberikan hasil yang signifikan dan positif dan untuk tingkat pendidikan SMP memberikan hasil signifikan dan negative. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin kecil income seseorang semakin tidak peduli mereka terhadap perencanaan peruntukan ruang 93

7.3.3 Persepsi Responden terhadap Tarif Pajak Sebagai Pengendalian Permasalahan Lahan Perkotaan

Tabel 21. Persepsi Responden terhadap PBB Progresif bagi Spekulan Level of Column Estimate Standard Wald p odds ratio Effect Error Stat. Interc 1 -1.2069 0.398602 916.7752 0.000000 Pendidikan Sarjana 2 -0.7080 0.336570 442.5281 0.000000 0.49262 SMP 3 1.2061 3.34044 Pekerjaan Pegawai 4 -0.5947 0.396384 225.0768 0.000000 0.55174 Informal 5 1.1501 3.15835 Pendapatan 3-5 Juta 6 -1.0619 0.519602 4.1764 0.040990 0.34581 5 Juta 7 -1.5660 0.587317 7.1091 0.007670 0.20889 1 Juta 8 1.1542 0.950793 1.4737 0.224758 3.17160 Dari hasil analisis dengan menggunakan model logit didapatkan estimasi dengan hasil yang signifikan dan negatif bagi responden dengan latar belakang pendidikan sarjana –0,71 jenis pekerjaan pegawai dan responden dengan penghasilan diatas 5 juta –1,56 dan diantara 3 – 5 juta –1,06. Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa pelaku spekulasi dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, income yang tinggi, serta bekerja sebagai pegawai dalam hal ini baik pegawai swasta maupun pegawai negeri, justru merupakan pihak yang paling tidak setuju dengan pengenaan tarif PBB progresif bagi pelaku spekulasi. Ketidak setujuan mereka apabila kita hubungakan dengan latar belakang pelaku spekulasi, 94 ternyata adalah mereka yang mempunyai income dan pendidikan tinggi serta mempunyai pekerjaan sebagai pegawai.

7.3.4 Persepsi Responden terhadap Tarif Pajak Progresif bagi Spekulan

Tabel 22. Persepsi Responden terhadap PBB Lahan Pertanian Effect Level of Effect Colu mn Estimate I. Standard Error Wald Stat. p odds ratio Intercept 1 -0.55683 0.439087 33.90820 0.000000 Pendidikan Sarjana 2 -0.59948 0.414380 2.09293 0.147982 0.54910 SMP 3 -1.80680 0.609471 8.78848 0.003031 0.16418 Pendapatan 3-5 Juta 4 -0.10169 0.426730 0.05679 0.811641 0.90331 5 Juta 5 1.35828 0.445755 5.63644 0.017591 2.88140 1 Juta 6 -0.38885 0.625198 0.38683 0.533970 0.67784 Lama tinggal 11-20 th 7 -1.08837 0.431818 6.35258 0.011721 0.33677 10 Th 8 -1.21781 0.430604 7.99837 0.004682 0.29588 Dari hasil di atas menunjukkan responden dengan latar belakang pendidikan SMP, lama tinggal sampai 20 tahun di Kota Bekasi masing-masing memberikan hasil estimasi yang signifikan dan negatif, sementara untuk responden dengan tingkat penghasilan di atas 5 juta memberikan hasil estimate yang signifikan dan positif. Hal ini berarti bahwa untuk tingkat pendidikan SMP dan lama tinggal di Kota Bekasi sampai 20 tahun, berpeluang untuk setuju terhadap pengurangan tarif pajak PBB untuk lahan pertanian. Sementara responden dengan tingkat pendapatan di atas 5 juta berpeluang untuk berpersepsi bahwa tarif PBB adalah sama dengan yang diberlakukan sekarang. 95

7.3.5 Persepsi Responden terhadap Sanksi bagi Pelaku Penelantar Lahan

Dari hasil di atas menunjukkan responden dengan latar belakang tingkat pendapatan antara Rp 3-5 juta memberikan hasil yang signifikan dan negatif sebesar –1,53. Hasil estimasi yang signifikan dan positif terdapat pada responden dengan tingkat pendapatan dibawah Rp 1 juta 0,73 dan lama tinggal di Kota Bekasi 10-20 tahun 0,87. Hal ini berarti bahwa untuk tingkat pendapatan dibawah Rp 1 juta dan lama tinggal di Kota Bekasi antara 10 sampai 20 tahun, berpeluang untuk berpersepsi sebaiknya sanksi yang diberlakukan untuk lahan terlantar adalah dikenakan pajak PBB yang tinggi. Sedangkan responden dengan tingkat pendapatan di atas 5 juta berpeluang untuk berpersepsi bahwa bagi pelaku yang menelantarkan lahannya cukup diberi peringatan. Tabel 23. Persepsi Responden Terhadap Tindakan bagi Pemilik yang Menelantarkan Lahan Level of Effect Column Estimate Standard Error Wald Stat. p odds ratio Interc 1 -0.07682 0.271582 40.89878 0.000000 Pendapatan 3-5 Juta 2 -1.53509 0.581783 6.96215 0.008325 0.2154371 5 Juta 3 -0.33653 0.418127 0.64777 0.420912 0.7142478 1 Juta 4 0.73330 0.364977 4.03677 0.044519 2.0819408 lama tinggal 10-20 th 5 0.86841 0.280277 9.60004 0.001946 2.3831127 10 Th 6 -0.49358 0.283246 3.03665 0.081404 0.6104348 Scale 1.00000 0.000000 99 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. Bahan Pelatihan Pemodelan Wilayah : Analisis Kuantifikasi Hayashi I. Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Anwar, A. 1990. Beberapa Aspek Ekonomi Sumberdaya Lahan. Bahan Kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam. PWD – PPS IPB Bogor Anwar, A. 1999. Peranan Pembangunan Sektor Pertanian Dan Perdesaan dalam Memulihkan dan Memberi Landasan Kuat Kepada Perekonomian Nasional. Makalah Seminar PSP - LP IPB Bogor Anwar, A. 1990. Beberapa Konsepsi Alokasi Sumberdaya Alam untuk Penentuan Kebijaksanaan Ke Arah Pembangunan Yang Berkelanjutan. Bahan Kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam. PWD – PPS IPB Bogor Barlowe, Raleigh. 1978. Land Resource Economics. The Economics of Real Estate. Third Edition. Prentice – Hall, Inc , Engelwood Cliffs, New Jersey USA Baswir, R., Hudiyanto, R. Andriono, M. Yana Aditya, D.P Sambodo. 1999. Pembangunan Tanpa Perasaan. Evaluasi Pemenuhan Hak Ekonomi Sosial Budaya Orde Baru. Pustaka Pelajar, IDEA dan Elsam. Jakarta BPS Kabupaten Bogor 1999. Kabupaten Bogor Dalam Angka. BPS Bogor BPS Kabupaten Bogor 1999. Kecamatan Ciampea Dalam Angka 1999 – 2000. BPS Bogor Dicken P, Lloyd P, E. 1990. Location in Space Theoritical and Practice in Economic Geography. New York USA. Harper Collins Publisher ________, 1998. Garis – Garis Besar Haluan Negara . 1998 100 Harvey, Jack. 1996. Urban Land Economics. Macmillan Press Ltd. Hounsmills Bangistoke, Hampsire RG 216 SX and London Idawati, R. 1999. Analisis Penentuan Harga Tanah Pemukiman. Tesis S-2. PPS – PWD IPB Bogor Jhingan, M.L. 1998. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Edisi ke enam belas. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta _______, 1994. Kompas, 8 Mei 1994, Jakarta Hal 1 Nasoetion, L. I. 2000. Pemberdayaan Peran Badan Pertanahan Nasional Dalam Mengelola Sengketa Agraria. Prosiding Lokakarya Pusat Kajian Agraria Lembaga Penelitian IPB Bogor Pakpahan, A. dan A. Anwar. 1989. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah. Jurnal Agro Ekonomi vol 8 no 1. 1989. Pusat Penelitian Agro Ekonomi Badan Penelitian Pengembangan Pertanian Profil Desa Kelurahan Desa Tegalwaru 2000. Kecamatan Ciampea. Kabupaten Bogor. Prophinsi Jawa Barat Tahun 2000 Profil Desa Kelurahan Desa Bojongrangkas 2001. Kecamatan Ciampea. Kabupaten Bogor. Prophinsi Jawa Barat Tahun 2001 Suparmoko, M. dan Irawan. 1992. Ekonomika Pembangunan. Edisi 6. BPFE Yogyakarta Saefulhakim, R.S. dan L.I. Nasoetion. Kebijaksanaan Pengendalian Konversi Sawah Beririgasi Tekhnis. Makalah Pada Prosiding No 12 Penelitian Tanah Todaro, M.P. 1999. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi Keenam Terjemahan PT. Erlangga Jakarta Wafda, R 2005. Masalah Pertanahan Sebagai Penghambat Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Disertasi S-3. PWD-IPB Winoto, J. 1998. Bahan Kuliah Perencanaan Ekonomi Regional dan Perdesaan. PWD – IPB Bogor 60 96

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN