40 menunjukkan angka yang lebih kecil yang berarti adalah lebih merata, namun
kondisinya adalah merata dalam skala kepemilikan yang kecil-kecil seperti di Jawa Timur rumah tangga yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar pada tahun 2003
mencapai 72,60 . Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun ada pemerataan aset, namun dengan skala kepemilikan yang kecil maka economies of scale tidak akan
tercapai, sehingga hasil usaha tani pada kondisi tersebut adalah merugi.
3.6 Fragmentasi Lahan dan Kepemilikan Lahan
Dalam satu hektar lahan dimiliki oleh beberapa kepala keluarga dan kepemilikan yang terpencar-pencar untuk daerah Jawa lebih tinggi dari daerah
lainnya. Semakin terfragmentasinya lahan dan kepemilikan lahan maka dari sisi ekonomi biaya persatuan unit hektarnya akan jadi lebih besar sehingga dalam
kegiatan perekonomian akan sulit untuk bersaing. Karena hal ini berlawanan dengan kondisi hukum ekonomi Economies of scale yaitu apabila biaya rata-ratanya lebih
besar dari biaya marginalnya maka pengembangan aktifitas usaha tani akan lebih menguntungkan, sehingga dalam skala kepemilikan yang terpencar-pencar dan kecil
perlu dilakukan kesatuan manajemen pengelolaan untuk menekan pembiayaan
41
Tabel 1. Nilai Rataan Berbobot dari Variabel-Variabel Karakteristik Kepemilikan Usaha Pertanian di Beberapa Wilayah
Kabupaten Skala Kepemilikan
Penguasaan Lahan haKK
Indeks Fragmentasi Pemilikan Lahan
PersilKK Indeks
Fragmentasi Lahan
Persilha Sumatera
Deli Serdang 0.918
1,962 2,136
Simalungun 0,490
1,867 3,810
Musi Banyuasin 1,087
1,227 1,129
Ogan Komering Ulu 0,644
1,529 2,376
Lampung Tengah 0,566
2,100 3,712
Lampung Utara 0,915
2,033 2,222
Jawa Garut
0,210 2,241
10,657 Subang
0,592 1,966
3,318 Lamongan
0,297 2,269
7,645 Nganjuk
0,565 2,367
4,188 Sulawesi
Bone 0,937
1,958 2,091
Bulukumba 1,061
4,105 3,869
Sumber: Saefulhakim, 1997
3.7 Aspek Property Right Lahan
Secara umum, keberadaan suatu kepemilikan harus mempunyai pengakuan akan hak milik atau dengan bahasa lain disebut property right. Property right ini
dapat bebrbentuk pengukuhan kekuasaan dengan menegaskan hak – hak atas individu melalui dokumentasi legal, dimana hak – hak tersebut dapat dilaksanakan Hak – hak
lahan yang didokumentasikan menyatakan bahwa keadaan lahan dimana pemilik dapat mengancam orang lain yang melanggar atau menjadi saingan dalam
mengklaim lahan tersebut, maka orang yang mencoba menggunakan lahan tersebut dapat dikenakan ancaman hukuman. Pada keadaan lahan mengalami perbaikan dan
peningkatan nilai, property right ini dapat dijadikan tameng bagi pemiliknya jika para spekulator berusaha untuk memiliki lahan tersebut.
Apabila terdapat kekurang jelasan atau tidak adanya hak–hak formal sama sekali, maka hak-hak atas lahan tidak dapat ditransfer. Keadaan tersebut
mengakibatkan, pertama-tama dengan tidak adanya hak untuk menjual atau
42 mentransfer lahan, maka pemilik lahan tidak dapat mewujudkan nilai atas lahan.
Kedua, jika nilai lahan semakin meningkat, pengguna lahan mungkin tidak dapat menahan tekanan para spekulator lahan untuk mengambil lahan yang bersangkutan,
tindakan ini juga sering dilakukan oleh petani- petani kaya di pedesaan. Ketiga, lahan yang tidak jelas haknya tidak akan dapat dijual di pasar lahan secara terbuka,
yang berarti lahan tidak akan mendapatkan nilai tambah dalam penggunaannya. Keempat, tidak adanya lhak atas lahan berarti bahwa penguasa atas lahan tidak dapat
menggunakan lahan tersebut sebagai agunan jika ia mengajukan pinjaman kepada lembaga perkreditan formal. Dengan adanya tekanan penduduk yang bertumbuh
terus, maka property right yang lebih tegas dan jelas sampai mencapai pemilikan yang ekslusif dan nantinya akan mengarah kepada pemilikan individual.
Adapun persyaratan dalam memenuhi hak- hak atas lahan adalah : 1. Hak–hak harus dispesifikasikan secara penuh. Hal ini berarti pemiliknya
harus dapat dibeda – bedakan secara jelas. Demikian juga pembatasan – pembatasan terhadap hak – hak kepemilikan dan sanksi – sanksi terhadap
pelanggaran hak –hak tersebut. 2. Suatu property right harus mengandung arti bahwa kepemilikan harus
ekslusif. Ekslusifitas ini menentukan siapa – siapa saja, jika ada, yang boleh menggunakan sumberdaya atau barang yang dimilikinya dan apa persyaratan
yang dapat dipergunakan. 3. Pemilik lahan mempunyai hak untuk mentransfer barang miliknya.
4. Property right secara efektif harus dapat dipaksakan, karena tanpa adanya kekuatan untuk memaksa, property right tidak dianggap bermanfaat.
43
.BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian