13 jaringan transportasi yang baik akan membuat kawasan perumahan kelas atas
bersambung dengan kawasan CBD. Sedang lahan yang aksesnya kurang baik, akan dihuni oleh kelompok bawah yang letaknya diluar lingkaran kawasan grosir dan
industri. Kedua teori terakhir ini belum mampu menjelaskan hubungan fungsional
antara ekonomi perkotaan disatu pihak dengan ekonomi pedesaan di pihak lain. Disamping itu teori-teori diatas belum mampu menjelaskan faktor-faktor yang biasa
disebut faktor non ekonomi seperti zoning.
2.5 Teori Alfred Weber
Teori Weber biasa disebut teori biaya terkecil. Dalam teori tersebut Weber mengasumsikan bahwa; pertama, daerah yang menjadi objek penelitian adalah
daerah yang terisolasi. Konsumennya terpusat pada lokasi- lokasi tertentu dan semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.
Kedua, sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas. Ketiga, barang-barang lain seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia secara terbatas pada
sejumlah tempat. Keempat, tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang mobilitasnya tinggi.
Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri yaitu : biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan kekuatan aglomerasi. Biaya trasportasi
diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat barang, sehingga titik lokasi yang membuat biaya terkecil adalah bobot total pergerakan
pengumpulan berbagai input dan pendistribusian yang minimum. Dipandang dari
14 segi tata guna lahan, model Weber berguna untuk merencanakan lokasi industri
dalam rangka mensuplai pasar wilayah, pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model ini fungsi tujuan biasanya meminimkan ongkos transportasi sebagai fungsi
jarak dan berat barang yang harus diangkut input dan output.
2.6 Land Rent Lokasi dan Sektor Ekonomi
Barlowe 1978 menggambarkan hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara berbagai kompetisi penggunaan kegiatan. Sektor-sektor
yang komersial dan strategis mempunyai land rent yang tinggi. Sehingga sektor- sektor tersebut berada dikawasan strategis. Sebaliknya, sektor-sektor yang kurang
mempunyai nilai komersil, nilai land rent-nya semakin kecil. Land rent disini diartikan sebagai locational rent. Kalau digambarkan secara grafis, sektor-sektor
yang strategis fungsinya lebih curam. Sebaliknya sektor yang kurang strategis fungsinya lebih mendatar.
Gambar di bawah menjelaskan hubungan antara land rent dengan lokasi kegiatan ekonomi. Sebagai contoh, sektor A paling komersial maka kurvanya lebih
curam, sehingga land-nya rent lebih tinggi, yaitu OE. Dalam gambar, lokasi OP paling cocok untuk sektor A, sedang daerah lokasi PP bisa saling bersubsitusi
dengan sektor B yang relatif kurang komersial dibandingkan sektor A. Diluar OP tidak cocok untuk sektor A. Sebagai contoh sektor perbankan jelas tidak layak
ditempatkan di kawasan yang sepi tetapi lebih cocok di kawasan komersial. Di lain pihak di daerah OP bagi sektor selain sektor A, jelas kurang optimal
penggunaannya ditinjau dari segi lokasi
15 Land Rent
E F
A
G B C
H D
PusatO P P jarak dari pusat Gambar 1. Hubungan Antara Land Rent, Jarak dari Pusat Pada Berbagai Sektor
Ekonomi Sumber : Anwar, 1993
.
2.7 Land Rent dan Pasar Lahan