Paradigma Baru TINJAUAN PUSTAKA

9 • masa prasyarat untuk lepas landas ke arah pertumbuhan yang berkesinambungan • masa kematangan • dan masa konsumsi massa yang tinggi. Namun Rostow menekankan tahapan ini tidak melulu deskriptif, artinya negara maju telah melalui masa prasyarat untuk lepas landas kearah pertumbuhan yang berkesinambungan, sementara negara terbelakang sedang berada pada masa masyarakat tradisional.

2.3 Paradigma Baru

Pergeseran paradigma pembangunan diartikan sebagai perubahan-perubahan fundamental dalam cara pandang dan praksis pembangunan akibat adanya perubahan, baik internal maupun eksternal serta perubahan bobot relatif yang akan diberikan masyarakat terhadap keyakinannya untuk berbagai aspek pembangunan. Seers Seers dalam Winoto 1999 meyakini bahwa pada akhir tahun 70-an telah terjadi pergeseran paradigma dari cara pandang pembangunan yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang bersandarkan investasi dan tekhnologi luar dengan korbanan ketergantungan ke arah pembangunan pada suatu kondisi yang menyandarkan diri pada self reliance. Paradigma baru pembangunan ini lebih diarahkan kepada terjadinya pemerataan equity yang lebih baik, pertumbuhan eficiency dan keberlanjutan sustainability dalam pembangunan ekonomi. Menurut Anwar 1999 paradigma 10 pembangunan ini dapat mengacu kepada apa yang disebut dalil kedua fundamental ekonomi kesejahteraan The Second fundamental of Walfare Economics, dimana dalil ini menyatakan bahwa sebenarnya pemerintah dapat memilih target pemerataan ekonomi yang diinginkan melalui transfer, perpajakan dan subsidi, sedangkan ekonomi selebihnya dapat diserahkan melalui mekanisme pasar. Dengan demikian penterjemahan dari dalil tersebut pada paradigma baru pembangunan adalah dengan dikembangkan hal-hal berikut : 1. Pembangunan lebih berorientasi pada pembangunan spatial pada tingkat wilayah dan lokal dengan mengutamakan sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas masyarakat lokal. 2. Pada dasarnya Indonesia merupakan negara agraris dimana kegiatan pertanian merupakan sektor ekonomi basis dalam masyarakat, maka dengan menekankan kepada pembangunan sektor pertanian dan perdesaan, berarti mengarahkan pembangunan kepada kepentingan masyarakat kebanyakan Indonesia. Terutama dalam rangka mengurangi pengangguran dan setengah pengangguran, pengentasan kemiskinan sehingga kebijakan ini dari segi pemerataan dalam pembangunan dapat tercapai. 3. Diberlakukannya otonomi daerah desentralisasi. Dari konsep ekonomi, efisiensi Pareto dalam alokasi sumberdaya dapat dilakukan dengan memadukan kebijakan pemerintah pada suatu batas tertentu seperti target pemerataan melalui transfer, perpajakan dan subsidi; sedangkan proses selanjutnya diserahkan pada mekanisme pasar 11 4. Dengan menurunnya skala ekonomi di kawasan perkotaan yang umumnya berlokasi di daratan menyebabkan paradigma pembangunan sebagian dapat bergeser dari orientasi pada daratan kepada orientasi kearah maritim sehingga tidak terjadi pengurasan yang berlebihan pada sumberdaya daratan.

2.4 Teori Lokasi Von Thunen, Burges dan Homer Hoyt