Cerita Rakyat Jenis-Jenis Tradisi Lisan

Perkembangan Tradisi Lisan dalam Masyarakat slang berasal dari kosakata dan idiom yang digunakan oleh para penjahat dan gelandangan. Pada saat ini, slang disebut juga cant. Contoh ragam bahasa cant banyak digunakan oleh kelompok pengguna narkoba. Misalnya, penggunaan istilah nyipek meng- hisap ganja, ganjis, ganja, cimeng pil ekstasi, putauw heroin, sakauw ketagihan narkoba, dan bong alat penghisap heroin. Selain itu, cant juga banyak digunakan di kalangan para penjahat dan pencopet. Cant di kalangan para penjahat disebut juga argot. Misalnya, penggunaan istilah jengkol untuk menyebut kacamata yang akan menjadi sasaran penjambretan dan rumput untuk menyebutkan polisi di kalangan para penjahat di Jakarta. Ragam bahasa cant juga digunakan oleh para wanita pekerja seks komersial PSK di Jawa Tengah dengan cara menambahi suku kata se pada akhir setiap suku kata dalam suku kata yang mereka ucapkan. Misalnya, kata kowe kamu setelah diimbuhi suku kata se menjadi kosewese.

c. Bahasa Pedagang Shoptalk

Bahasa pedagang adalah ragam bahasa yang digunakan di kalangan pedagang untuk melakukan transaksi. Di Jakarta, bahasa pedagang yang digunakan di pasar-pasar berasal dari istilah yang dipinjam dari bahasa Mandarin dari suku bangsa Hokkian. Misalnya, istilah-istilah harga suatu barang, seperti jigo dua puluh lima rupiah, cepek seratus rupiah, dan cetiau sejuta.

d. Kolokuial Colloquial

Kolokuial adalah bahasa-bahasa sehari-hari yang menyimpang dari bahasa konvensional. Misalnya, bahasa sehari-hari yang digunakan para remaja di Jakarta, seperti jomblo tidak punya pacar, tajir kaya, dan jutek judes, garing membosankan, jaim jaga wibawa, jayus kuno, culun lugu, dan jeti juta. Fungsi kolokuial digunakan untuk menambah keakraban dalam pergaulan remaja.

e. Sirkomlokusi Circumlocution

Sirkomlokusi adalah ungkapan tidak langsung yang digunakan untuk menyebutkan suatu benda atau suatu tempat. Contoh sirkomlokusi adalah penyebutan istilah harimau yang hidup di suatu hutan dengan istilah eyang kakek dalam masyarakat Jawa dan datuk kakek di kalangan masyarakat Jambi. Penggunaan sirkomlokusi nama binatang tersebut digunakan untuk menghindari terkaman harimau apabila seseorang akan berjalan melewati hutan. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, harimau di hutan tidak akan menerkam manusia apabila dipanggil kakek. Masyarakat Jawa meyakini bahwa seorang kakek tidak akan melukai dan membunuh cucunya sendiri. Di kalangan orang Bali juga terdapat