Khazanah Antropologi SMA 1
Selain klasifikasi ragam bahasa tersebut, terdapat beberapa penggolongan ragam bahasa atau dialek yang dikemukakan oleh
beberapa ahli linguistik. Menurut Pateda terdapat beberapa jenis ragam bahasa berdasarkan tempat, waktu, pemakai, pemakaian, situasi, dan
statusnya. Menurut Sadtono terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi pembentukan variasi bahasa, yaitu faktor geografi, faktor
sosial, dan faktor register yang menggambarkan ragam bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat keformalan suatu situasi, profesi,
dan sarana bahasa.
B. Pengaruh antara Bahasa dan Dialek dalam Masyarakat
Sampai saat ini para ahli bahasa belum memperoleh rumusan yang jelas serta tegas mengenai batas-batas yang dapat membedakan antara
bahasa dan dialek yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Panitia Atlas Bahasa-Bahasa Eropa dialek adalah sistem kebahasaan yang
dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang mempergunakan sistem bahasa yang berlainan,
meskipun erat hubungannya. Di dalam analisis ilmu bahasa, dialek bersinonim dengan istilah logat, yakni cara berbicara yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok penutur bahasa yang membedakannya dari cara berbicara atau berkomunikasi yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang pemakai bahasa lainnya.
Menurut Meillet ciri utama sebuah dialek adalah perbedaan dalam kesatuan serta kesatuan dalam perbedaan. Selain itu, terdapat dua ciri
lain yang melekat pada dialek, antara lain 1.
dialek ialah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip
dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama; 2.
dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.
Menurut Claude Fauchet, dialek pada mulanya ialah mots de leur terroir
kata-kata di atas tanahnya yang di dalam perkembangannya menunjuk kepada suatu bahasa daerah yang layak dipergunakan di dalam
karya-karya sastra dan bahasa daerah. Di dalam perkembangannya, salah satu dialek bahasa daerah
tersebut mulai diterima sebagai bahasa baku oleh berbagai daerah pemakai dialek-dialek karena adanya unsur subjektif maupun objektif.
Beberapa faktor yang menentukan diterimanya suatu dialek bahasa daerah menjadi bahasa baku atau negara adalah faktor politik,
kebudayaan, ekonomi, dan ilmiah.
Selain itu, munculnya bahasa baku tersebut didorong oleh adanya kebutuhan dari beberapa kelompok masyarakat yang saling terpisah untuk
bisa saling berkomunikasi. Dengan demikian, bahasa baku adalah satu bahasa atau dialek yang dipilih oleh berbagai kelompok masyarakat untuk
Keterkaitan antara Bahasa dan Dialek dalam Masyarakat
Sumber: Masa Menjelang Revolusi
Gambar 11.2 Pada masa penjajahan, ragam bahasa baru juga dapat dihasilkan dari aktivitas
perkebunan
saling berkomunikasi. Dipilihnya suatu dialek menjadi bahasa baku disebabkan karena bahasa atau dialek tersebut dianggap lengkap kosa
katanya oleh masyarakat pemakainya. Bentuk dan pemakaian bahasa baku ini akan menjadi model percontohan bagi seluruh rakyat. Di dalam
praktiknya, seseorang yang akan berbahasa akan menyesuaikan diri dengan orang yang akan diajak bicara. Selain itu, seseorang penutur bahasa tersebut
biasanya akan mencoba untuk menyesuaikan diri dengan bentuk serta pemakaian bahasa yang telah dipakai secara luas di dalam masyarakat.
Dengan demikian, di dalam penggunaan bahasa, terjadi proses tarik- menarik antara pemakaian bahasa standar dengan bahasa lokal.
Di dalam sejarahnya, bahasa Melayu bukanlah bahasa etnik besar di tanah air
ini. Penuturnya sangat jauh dibanding penutur bahasa etnis lainnya seperti
bahasa Jawa dan Sunda. Menurut Anton Moeliono, pada tahun 1928 populasi orang
Indonesia yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa ibu sebanyak 4,9
persen, sedangkan bahasa Jawa dan Sunda berturut-turut 47,8 persen dan 14,5
persen. Akan tetapi, dalam perkembang- annya, bahasa Melayu mampu menggeser
bahasa etnik yang kecil dan mengantikan bahasa etnik yang benar.
awasan Kebhinekaan
Karena di antara bahasa daerah atau dialek-dialek lokal tersebut terdapat salah satu bahasa daerah yang dibakukan atau diangkat menjadi
bahasa nasional maka dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa nasional, bahasa daerah atau dialek-dialek lokal tersebut akan mewarnai
atau memengaruhi pertumbuhan bahasa nasional tersebut. Selain memiliki beragam bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu suatu suku
bangsa, bangsa Indonesia juga memiliki bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan yang diangkat dari bahasa
Melayu. Di dalam penggunaan bahasa Indo- nesia, setiap ragam bahasa daerah me-
mengaruhi pemakaian bahasa Indonesia sehingga terjadi inferensi dari bahasa daerah
ke dalam bahasa Indonesia karena setiap suku memiliki ciri khas di dalam penggunaan
bahasa Indonesianya yang disebut ciri-ciri etnik bahasa Indonesia.
Karena adanya ciri-ciri etnik di dalam penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional maka di berbagai daerah di Indo- nesia dikenal adanya bahasa Indonesia
berdialek bahasa daerah. Misalnya, bahasa Indonesia dialek Aceh, bahasa Indonesia
dialek Minangkabau, bahasa Indonesia dialek