Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
Mongoloid berkembang di Maluku dan Papua, sedangkan ras Melayu Mongoloid menyebar di Indonesia bagian barat. Ras-
ras tersebut tersebar dan membentuk berbagai suku bangsa di Indonesia.
d. Kemajemukan Berdasar Budaya dan Adat Istiadat
Menurut van Vollenhoven, masyarakat Indonesia di- kelompokkan menjadi 23 suku bangsa yang memiliki sistem
budaya dan adat yang berbeda-beda. 23 suku bangsa tersebut, antara lain
1 Aceh;
2 Gayo-Alas dan Batak;
3 Nias dan Batu;
4 Minangkabau;
5 Mentawai;
6 Sumatra Selatan;
7 Enggano;
8 Melayu;
9 Bangka dan Belitung;
10 Kalimantan; 11 Sangir Talaud;
12 Gorontalo; 13 Toraja;
14 Sulawesi Selatan; 15 Ternate;
16 Ambon dan Maluku; 17 Kepulauan Barat Daya;
18 Irian; 19 Timor;
20 Bali dan Lombok; 21 Jawa Tengah dan Jawa Timur;
22 Surakarta dan Yogyakarta; 23 Jawa Barat.
Berdasarkan penelitian antropolog J.M Melalatoa, di In- donesia terdapat kurang lebih 500 suku bangsa. Menurut
Zulyani Hidayah, di Indonesia terdapat kurang lebih 656 suku bangsa. Di antara suku-suku bangsa tersebut suku bangsa Jawa
merupakan suku bangsa terbesar dengan jumlah penduduk sebesar 90 juta jiwa. Namun, terdapat pula suku bangsa yang
terdiri atas 981 jiwa, yaitu suku bangsa Bgu di pantai utara Provinsi Papua.
Budaya dan adat istiadat suku-suku bangsa di indonesia tersebut mempunyai berbagai perbedaan. Suku-suku bangsa
yang sudah banyak bergaul dengan masyarakat luar dan bersentuhan dengan budaya modern seperti suku Jawa,
Mingkabau, Batak, Aceh, dan Bugis memiliki budaya lokal
Khazanah Antropologi SMA 1
yang berbeda dengan suku-suku bangsa yang masih tertutup atau terisolir seperti suku Dayak di pedalaman Kalimantan dan
suku Wana di Sulawesi Tengah. Menurut Bruner, struktur masyarakat majemuk di Indo-
nesia menunjukkan adanya kebudayaan dominan yang disebabkan oleh dua hal, sebagai berikut.
a. Faktor Demografis
Di Indonesia, kesenjangan jumlah penduduk yang sangat timpang terjadi antara Pulau Jawa dan luar Jawa. Meskipun
luas, Pulau Jawa hanya delapan persen dari seluruh wilayah Indonesia. Sekitar 70 persen penduduk Indonesia tinggal di
Pulau Jawa sehingga secara demografis penduduk Pulau Jawa lebih dominan dibandingkan dengan di Pulau luar Jawa.
b. Faktor Politis
Dominasi etnik tertentu dalam struktur pemerintahan In- donesia mengakibatkan banyak sekali kebijakan-kebijakan dari
pemerintah pusat yang cenderung dianggap tidak adil sebab seringkali menguntungkan golongan tertentu sehingga me-
nimbulkan ketidakpuasan bagi kelompok lainnya. Selain itu, kegagalan mengartikulasikan kepentingan politik lokal dan
tersumbatnya komunikasi politik menyebabkan terjadinya konflik sosial antaretnis.
Dengan struktur sosial yang bersifat majemuk maka masyarakat Indonesia selalu menghadapi permasalahan konflik
etnik, diskriminasi sosial, dan terjadinya disintegrasi masyarakat. Diferensiasi sosial yang melingkupi struktur
sosial kemajemukan masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1 Diferensiasi yang disebabkan oleh per-
bedaan adat istiadat custom differentia- tion
yang timbul karena perbedaan etnik, budaya, agama, dan bahasa.
2 Diferensiasi struktural structural dif-
ferentiation yang disebabkan oleh per-
bedaan kemampuan untuk mengakses sumber ekonomi dan politik antaretnik
sehingga menyebabkan kesenjangan sosial antara etnik yang berbeda dalam
masyarakat. Kemajemukan dan heterogenitas
masyarakat Indonesia harus dikembangkan menjadi sebuah model keberagaman budaya
untuk mencegah timbulnya konflik-konflik sosial akibat perbedaan sistem nilai dan
budaya antarkelompok masyarakat di Indo- nesia.
ersona
Koentjaraningrat 1923–2002 ada-
lah Bapak Antropo- logi Indonesia yang
dilahirkan di Yogya- karta pada tanggal
15 Juni 1923. Koentjaraningrat
adalah peletak dasar pengembangan disiplin ilmu antropologi di Indonesia.
Setelah lulus sarjana bahasa Indonesia dari UI, ia melanjutkan pendidikan hingga
meraih gelar doktor antropologi dari Uni- versitas Indonesia pada tahun 1958. Ia
telah banyak menghasilkan karya-karya berupa buku, antara lain Manusia dan
Kebudayaan di Indonesia, Pengantar Ilmu Antropologi dan Kebudayaan,
Mentalitas, dan Pembangunan.