Pembahasan KOLONISASI FUNGI SELAMA PROSES DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina PADA BERBAGAI

daun-daun dengan kandungan polifenol rendah dan nisbah C : N rendah Dix dan Webster, 1995. Dekomposisi maksimum akan terjadi selama pasokan nitrogen dan karbon dan unsur hara penting lainnya terutama fosfor yang terdapat pada substrat atau tanah berlimpah Waksman, 1952 diacu oleh Moore-Landecker, 1990. Dalam dekomposisi serasah ketersediaan nitrogen dapat digunakan sebagai indikator kecepatan proses mineralisasi. Serasah dengan pasokan nitrogen yang baik nisbah C : N, 30 : 1 seperti jenis tumbuhan legum akan cepat terdekomposisi dan apabila pasokan nitrogen sedikit nisbah C : N, lebih besar 200 : 1 seperti pada kayu proses dekomposisi berlangsung lambat Pugh, 1974. Fosfor dalam tanah berada dalam bentuk organik dan anorganik. Fosfor yang terikat dalam bahan organik baru menjadi tersedia bagi tumbuhan setelah bahan organik tersebut mengalami dekomposisi. Fosfor organik lebih terikat kuat dalam kondisi masam daripada dalam kondisi alkali. Fosfor organik berada dalam bentuk inositol, asam nukleat dan fosfolipid Ismunadji dkk., 1991. Ketersediaan unsur hara yang berbeda pada tahap yang berbeda dalam proses dekomposisi serasah daun diperkirakan merupakan faktor utama yang berperan dalam suksesi mikroorganisme pada serasah. Konsentrasi unsur-unsur hara pada bahan organik sangat mempengaruhi kecepatan dekomposisi serasah dan jumlah unsur hara yang dilepaskan selama dekomposisi. Di antara unsur hara non struktural pada kayu, nitrogen mempunyai peran penting walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil yaitu, kira-kira 0.03 โ€“ 0.1 . Pada kondisi seperti ini berbagai jenis fungi tetap dapat berperan dalam proses dekomposisi serasah, karena fungi mempunyai suatu mekanisme yang efisen dalam melakukan metabolisme Levi dkk., 1968. Kecepatan pelapukan kayu mempunyai korelasi positif dengan jumlah nitrogen yang terkandung pada kayu. Pada percobaan in-vitro didapatkan, bahwa pada kayu yang dilapukkan, fungi melakukan autolisis dan menggunakan kembali nitrogen yang terdapat pada miseliumnya atau yang berasal dari lisis fungi lain selama pelapukan. Pada kondisi ini fungi menggunakan nitrogen yang banyak untuk metabolisme. Nitrogen memberikan kontibusi pada Basidiomycota yang melapukkan kayu, sebagai senyawa yang ada dalam makanan conserve. Untuk pembentukan sporofor pada beberapa keadaan, digunakan sumber N lainnya seperti jenis-jenis bakteri penambat nitrogen. Dari data hasil studi Aho dkk., 1974 diketahui bahwa aktivitas nitrogenase pada kayu teras pohon konifer hidup yang mengalami pelapukan dan beberapa kelompok jenis bakteri, dapat berperan dalam pengaturan denitrogen anaerobik. Data percobaan ini juga mendukung, bahwa pertumbuhan fungi pelapuk kayu teras cocok pada konsentrasi O 2 yang rendah sekali. Selain itu, tiamin adalah vitamin penting yang dibutuhkan oleh kebanyakan fungi pelapuk kayu.

6.1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi terhadap kadar unsur hara N, P dan C serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi. 6.1.3 Hipotesis Tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi berpengaruh terhadap kuantitas unsur hara N, P dan C yang terdapat pada serasah daun A. marina.

6.2. Bahan dan Metode

6.2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan di kawasan hutan mangrove Perum Perhutani Desa Blanakan Kec. Blanakan BKPH Pamanukan KPH Purwakarta, di LaboratoriumTanah Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor dan di Laboratorium Kimia Tanah Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2003 sampai bulan September 2004. 6.2.2. Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak terbagi dalam RAL yang terdiri atas : tingkat salinitas 10 ppt, 10 โ€“ 20 ppt, 20 โ€“ 30 ppt dan 30 ppt sebagai petak utama dan lama masa dekomposisi Serasah yang belum mengalami proses dekomposisi sebagai kontrol, 15 hari, 30 hari, 45 hari, 65 hari, 75 hari, 90 hari, 105 hari, 120 hari dan 135 hari sebagai anak petak.

6.2.3. Penentuan Kadar Unsur Hara N, P dan C Serasah daun A. marina

Penentuan kadar nitrogen total dilakukan dengan menggunakan metode Kjelldhal. Nitrogen organik dan anorganik didestruksi dengan H 2 SO 4 pekat. Dalam destruksi nitrogen diubah menjadi garam amonium sulfat, kemudian didestilasi dengan penambahan NaOH 50 untuk melepas NH4 - yang ditangkap dengan larutan asam borat. Jumlah N diketahui setelah titrasi destilat dengan HCl yang telah dibakukan sampai terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah muda. Penetapan kadar nitrogen dilakukan dengan Rumus 4 Kadar N dalam daun = 100 x b 14 x 0,02 x a 4 dengan pengertian : a = selisih volume ml b = bobot kering dalam 0,1 gram tepung daun 0,02 = normalitas HCl 14 = bobot atom nitrogen Adapun penentuan kadar unsur fosfor dilakukan dengan cara memasukkan 5 gram contoh serasah daun kering udara, yang berukuran lebih kecil dari dua milimeter ke dalam botol kocok. Selanjutnya pada contoh serasah ditambahkan 12,5 ml HCl 25 persen dan dengan menggunakan mesin pengocok suspensi dikocok selama 30 menit. Suspensi ini selanjutnya disaring melalui kertas saring berlipat dan filtrat ditampung dalam labu ukur 100 ml, kemudian dihimpitkan hingga tanda tera. Sebanyak 5 ml filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan dihimpitkan hingga tanda tera. Alikuot yang sudah mengalami pengenceran dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Larutan PB dan PC ditambahkan secara berturut-turut, dikocok dan dibiarkan 15 menit. Fosfor ditetapkan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 m ยต . Selanjutnya dibuat larutan blanko dan larutan baku untuk fosfor. Adapun kadar fosfor dihitung dari larutan baku. Penetapan kadar fosfor dilakukan dengan Rumus 5 P ppm = P dalam Larutan ppm x 10 x 50 x 100 x 100 + KA 5 5 5 5 100 Dengan pengertian : KA = Kadar Air