Tabel 8. Jumlah koloni rata-rata x 10
6
cfuml tiap jenis bakteri tiap 15 hari dan frekuensi kolonisasinya pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi selama 165 hari di lingkungan dengan salinitas 30 ppt
Lama masa dekomposisi hari No.
Jenis bakteri 15
30 45
60 75
90 105 120 135 150 165
Total Jumlah
koloni rata-
rata Jumlah
peng- amatan
kali Jumlah
kemun- culan
koloni kali
Freku- ensi
koloni- sasi
a
1. Bacillus licheniformis 0,67
12,67 139
7 11,67 171,01 15,55
11 5
45.5 2. Pseudomonas diminuta
0,33 19
7,33 0,67
45,33 42 114,66 10,42
11 6
54.5 3. Bacillus pasteurii
13,33 12,33
25,66 2,33
11 2
18.2 4. Bacillus subtilis
42,67 21 17,33 43,67 30,67 193,33 92,67
441,34 40,12 11
7 63.6
5. Bacillus mycoides 3,67
1,33 26,33 31,33
2,85 11
3 27.3
6. Bacillus laterosporus 1,67
0,33 2
0,18 11
2 18.2
7. Kurthia gibsonii 1,33 0,67 25,67 5,33
6,33 7,33 46,66
4,24 11
6 54.6
8. Listeria denitrificans 21,67
10,33 8
40 3,64
11 3
27.3 9. Micrococcus varians
1,33 0,33 19,33
3 4,33
28,32 2,57
11 5
45.5 10. Bacillus megaterium
2,67 0,33
3 0,27
11 2
18.2
903,98 82,17
a
: Jumlah kemunculan koloni kali Jumlah pengamatan x 100
V. KOLONISASI FUNGI SELAMA PROSES DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina PADA BERBAGAI
TINGKAT SALINITAS
5.1. Pendahuluan
5.1.1. Latar Belakang
Fungi merupakan satu di antara berbagai kelompok mikroorganisme yang memainkan peran sangat penting dalam proses dekomposisi serasah bahan-
bahan tumbuhan. Selain fungi, kelompok mikroorganisme dan organisme lain seperti bakteri, cacing, kepiting dan lain-lain, serta faktor lingkungan juga ikut
mengambil bagian dalam proses dekomposisi serasah tersebut. Fungi memainkan peran penting dalam ekosistem mangrove terutama dalam
hubungannya dengan bakteri untuk mempercepat dekomposisi serasah daun Fell dkk., 1975. Fungi merupakan pengurai utama dalam dekomposisi daun-
daun mangrove karena mempunyai kemampuan untuk menguraikan selulosa dan lignin. Seperti diketahui selulosa dan lignin secara bersama merupakan
komponen utama penyusun dinding sel di daun. Nakagiri dkk., 1996 mengemukakan bahwa dalam ekosistem mangrove
terdapat beranekaragam jenis fungi yang meliputi suku Ascomycotina, Basidomycotina, Deuteromycotina dan Mastigomycotina. Di antara bermacam
kelompok jenis fungi ini, ada yang mempunyai kemampuan mendekomposisi ranting, akar tunjang prop root, serasah daun, dan bagian-bagian pohon
lainnya. Selain itu jenis-jenis fungi tersebut juga berperan dalam kelangsungan ekosistem mangrove.
Dari hasil penelitian Ito dan Nakagiri 1997 diketahui bahwa pada rizosfer Sonneratia alba terdapat 9 jenis fungi yang terdiri atas : Acremonium sp.,
Alternaria alternata, Cylindrocarpon destractans, Fusarium moniliforme, Pestalotiopsis sp.1 Pencillium sp. 1, Trichoderma harzianum, dan 2 jenis tidak
teridentifikasi. Adapun pada rizosfer A. marina ditemukan 10 jenis fungi, yaitu : Aspergillus aculeatus, Engyodontium album, Gliomastix murorum, Pencillium sp.
2, Pencillium sp. 3, Pencillium sp. 4, Trichoderma aureoviride, Trichoderma harzianum, Virgaria nigra, dan 1 jenis tidak teridentifikasi.
Kuthubutheen 1984 menggunakan teknik pencucian dan observasi langsung, untuk mengetahui fungi yang terdapat pada daun mangrove A. alba
dan R. mucronata. Dengan teknik pencucian didapatkan marga-marga fungi sebagai berikut : Aspergillus, Choanephora, Cladosporium, Curvularia, Fusarium,
Nigrospora, Penicillium, Pestalotiopsis, Trichoderma dan Zygisporium. Adapun marga dan jenis-jenis fungi yang didapatkan dengan cara observasi langsung
jumlahnya lebih kecil dibanding marga-marga fungi yang didapatkan dengan teknik pencucian, antara lain : Cladosporium oxysporum , Corynespora cassicolla,
Fusarium, Penicillium, Pestalotiopsis guepini dan Zygosporium masonii. Jenis- jenis dan marga fungi tersebut dapat tumbuh pada kedua permukaan daun
tumbuhan mangrove tersebut. Selain meneliti marga dan bebagai jenis fungi yang terdapat pada kedua jenis daun mangrove tersebut Kuthubutheen 1984
juga melihat hubungan antara kandungan tanin daun-daun mangrove dengan jumlah jenis fungi. Diketahui bahwa jenis fungi yang terdapat pada daun
Rhizophora yang mempunyai kandungan tanin lebih tinggi daripada daun Avicennia adalah Pestalotiopsis guepini dan P. versicolor. Adapun pada daun
Avicennia ditemukan Fusarium. Habitat mangrove adalah rumah bagi kelompok jenis fungi yang disebut
“manglicolous fungi”. Kelompok organisme ini berperan dalam siklus unsur hara pada habitat mangrove Kohlmeyer dkk., 1995. Kohlmeyer dan Kohlmeyer
1979 menemukan 43 jenis fungi yang terdiri atas 23 Ascomycotina, 17 Deuteromycotina dan 3 Basidiomycotina. Ravikumar dan Vittal 1996
mendapatkan 48 jenis fungi pada dekomposisi pohon Rhizophora di Pichavaram, India Selatan. Di kawasan pesisir laut Indian Afrika Selatan, Steinke dan Jones
1993 mendapatkan 93 jenis fungi laut, 55 jenis di antaranya berasal dari kayu mangrove Avicennia marina. Kathiresan dan Bingham 2001 menyajikan daftar
jenis-jenis fungi mangrove yang diidentifikasi oleh beberapa peneliti yang dapat dilihat pada Tabel 9.
Berbagai jenis fungi yang dominan pada permukaan daun phylloplane mangrove adalah Alternaria alternata, Rhizopus nigricans, Aspergillus dan
Penicillium spp. Jumlah koloni berbagai jenis fungi ini berkorelasi negatif dengan kandungan tanin daun. Berbagai jenis fungi ini dapat hidup pada serasah daun
mangrove yang banyak mengandung asam amino dan pada daun segar mangrove yang banyak mengandung tanin dan gula. Dua jenis fungi parasit,
yaitu Pestalotiopsis agallochae dan Cladosporium marinum didapatkan pada daun Excoecaria agallocha dan A. marina. Kedua jenis fungi ini menyebabkan
penyakit dieback pada tegakan Rhizophora mangle di Costa Rica Tattar dkk., 1994 diacu oleh Kathiresan dan Bingham, 2001.
Tabel 9. Jenis-jenis fungi yang terdapat pada mangrove dan penelitinya Jenis-jenis fungi
Peneliti Aigialus striatispora
Hyde 1992 Aniptodera longispora
Hyde 1990 A. salsuginosa
Nakagiri dan Ito 1994 Calathella mangrovei
Jones dan Agerer 1992 Cryptovalsa halosarceicola
Hyde 1993 Eutypa bathurstensis
Hyde dan Rappaz 1993 Falciformispora lignatilis
Hyde 1992 Halophytophthora kandeliae
Ho dkk., 1991 H. kandeliae
Newel dan Fell 1992 H. vesicula
Newel dan Fell 1992 H. spinosa
Newel dan Fell 1992 Halosarpheia minuta
Leong dkk., 1991 Hapsidascus hadrus
Kohlmeyer dan Kohlmeyer 1991 Hypoxylon oceanicum
Whalley dkk., 1994 Julella avicenniae
Hyde 1992 Khuskia oryzae
Pal dan Purkayastha 1992 Lophiostoma asiana
Hyde 1995 Massarina ramunculicola
Hyde 1991 M. armatispora
Hyde dkk., 1992 M. velatospora
Hyde 1991 Payosphaeria minuta
Leona dkk., 1990 Pedumispora
Hyde dan Jones 1992 Phomopsis mangrovei
Hyde 1991 Saccardoella
Hyde 1992 Trtematospaeria lineolatispora
Hyde 1992 Sumber : Kathiresan dan Bingham 2001
Sengupta dan Chhoundri 1994 mendapatkan Rhizoctonia dan Fungi Mikoriza Arbuskula pada komunitas mangrove Sunderbans. Fungi Mikoriza
Arbuskula dapat meningkatkan pertumbuhan anakan Cajanas yang tumbuh pada kondisi lingkungan miskin hara.
Dari 43 jenis fungi yang dicoba pada tegakan Rhizophora hanya 7 jenis fungi yang dapat tumbuh dan berkembang, dan beberapa jenis lainnya hanya
dapat hidup pada lingkungan yang spesifik. Selain itu pada percobaan dengan 48 jenis fungi yang dicoba pada akar tunjang, hanya 44 jenis fungi yang dapat
hidup, sedang pada anakan dan kayu mangrove secara berturut-turut hanya 18 dan 16 jenis fungi yang dapat hidup. Perubahan keadaan fisik lingkungan dan
perubahan genetik dapat menyebabkan terjadi perubahan morfologi dan fisiologi fungi. Sebagai contoh, Pestalotiopsis versicolor yang didapat dari Ceriops
decandra ketika ditumbuhkan pada kawasan yang berbeda kondisi lingkungannya, menyebabkan terjadi perubahan tekstur miselia, perbedaan
kecepatan tumbuh dan intensitas sporulasi Bera dan Purkayastha, 1992 diacu oleh Kathiresan dan Bingham, 2001.
Distribusi jenis fungi dalam habitat mangrove dapat merefleksikan keadaan fisik habitat mangrove. Kohlmeyer dan Kohlmeyer 1993 di Belize Amerika
Tengah mendapatkan, bahwa keanekaragaman jenis fungi dipengaruhi oleh umur tegakan mangove.
Hyde 1990 menemukan 57 jenis fungi yang terdapat pada Rhizophora apiculata di hutan mangrove Brunei. Kebanyakan jenis-jenis fungi ini tumbuh di
atas ketinggian pasang air laut rata-rata. Hasil pengamatan Sadaba dkk., 1995
yang dilakukan di Mai Po, Hongkong pada Acanthus ilicifolius yang mengalami senescen bagian atas apical banyak dikoloni oleh jenis-jenis fungi terestrial,
sedang bagian bawahnya banyak dikoloni oleh jenis-jenis fungi laut. Jenis substrat dan frekuensi pasang surut air laut, juga berpengaruh terhadap
keberadaan berbagai jenis fungi yang tumbuh pada habitat mangrove. Sebagai contoh, kayu-kayu mangrove yang mengalami dekomposisi merupakan tempat
tumbuh yang baik bagi fungi. Pada hutan mangrove Malaysia terdapat 30 jenis fungi lignocolous. Jenis-
jenis fungi tersebut di antaranya adalah Halosarpheia marina, Lulworthia sp. Lignicola laevis, Halosarpheia retorquens, Eutypa sp., Kallichroma tethys,
Marinosphaera mangrovei, Phoma sp. dan Julelia avicenniae. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan terbesar berbagai jenis fungi tersebut terdapat pada kayu
A. marina Tan dan Leong, 1992 ; Alias dkk., 1995. Frekuensi Fusarium pada permukaan daun R. mucronata cenderung
menurun dari waktu ke waktu. Kecuali Pestalotiopsis, pada semua bagian daun R. mucronata yang mengalami dekomposisi, beberapa jenis fungi menunjukkan
keberadaannya dengan frekuensi yang kecil. Pada serasah daun A. alba Cladosporium oxysporum menunjukkan populasi dengan frekuensi yang
meningkat. Adapun Z. masonii dan Codinaea simplex tidak terdapat pada serasah daun A. alba dan lebih sering terdapat pada serasah daun R. mucronata
Kuthubutheen, 1984. Menurut Nakagiri dkk., 1996 Halophytophthora adalah jenis fungi
zoosporik yang hidup terutama di air payau mangrove dan mengolonisasi serasah daun mangrove yang terdapat di bawah permukaan air. Halophytophtora
dapat tumbuh dan bereproduksi pada kisaran salinitas dan suhu yang luas, tetapi kondisi optimumnya untuk tumbuh berbeda antara satu jenis dengan jenis
lainnya. Jenis fungi ini paling sering didapatkan pada serasah daun berbagai macam jenis mangrove yang terdapat di bawah permukaan air di kawasan Asia-
Pasifik. Fungi-fungi ini dengan keanekaragaman jenis, bentuk morfologi, sifat fisiologi dan selama siklus hidupnya diperkirakan ikut berperan dalam proses
dekomposisi serasah daun mangrove dan kelangsungan ekosistem mangrove. Kerapatan populasi fungi tanah pada rizosfer adalah 7.8 x 10
3
cfug bobot kering tanah dan beberapa jenis fungi yang ditemukan pada permukaan akar
rhizoplane Salicornia europaea adalah Acremonium strictum , Alternaria alternata dan Cladosporium cladosporiodes. Rata-rata populasi fungi pada
rizosfer S. europae adalah 7.8 x 10
3
cfug bobot kering tanah. Jumlah ini lebih tinggi dibanding pada tanah mangrove 1.2 x 10
3
cfug. Hal ini diperkirakan terjadi karena keadaan anaerobik dan kandungan yang tinggi logam berat pada
tanah mangrove Ito dkk., 1999. Fungi dengan berbagai macam jenis enzim yang diproduksinya dapat
mempercepat proses dekomposisi serasah. Untuk dapat hidup dan berperan dalam proses dekomposisi serasah, mikroorganisme memerlukan beberapa
persyaratan antara lain ketersediaan unsur hara, ketersediaan bahan ekstraktif, suhu , pH, O2, CO2 yang optimum dan air yang cukup.
Bakteri dan fungi memperoleh energi untuk metabolismenya berasal dari hasil penguraian karbohidrat Waring dan Schlesinger, 1985. Faktor yang
mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam penguraian bahan organik tumbuhan, yaitu jenis tumbuhan dan iklim setempat. Pengaruh jenis tumbuhan
terhadap mikroorganisme biasanya dalam bentuk sifat fisik dan kimia daun yang keduanya tercermin dalam perbandingan unsur Karbon C dan unsur Nitrogen
N yang dinyatakan sebagai nisbah C :N Thaiutsa dan Granger, 1979. Mikroorganisme terestrial pada rizosfer tumbuhan tingkat tinggi selain
mendekomposisi bagian-bagian tumbuhan tersebut, juga tumbuh menggunakan jaringan akar mati atau sekresi jaringan akar untuk kelangsungan hidupnya pada
akar dan tanah sekitarnya Ito dkk., 1999. Dalam proses dekomposisi serasah diperlukan waktu dan tahap-tahap
yang harus dilewati sampai serasah terurai sempurna. Diperkirakan pada tiap tahap tersebut ditemukan jenis-jenis bakteri dan fungi yang berbeda. Faktor
lingkungan juga merupakan satu di antara berbagai komponen yang ikut
berperan dalam proses dekomposisi serasah. Pada ekosistem mangrove, satu faktor lingkungan yang berperan khas adalah salinitas air laut yang dipengaruhi
oleh pasang dan surut air laut, topografi, masukan air tawar dari sungai dari daratan, evaporasi serta musim hujan dan panas. Pada ekosistem mangrove
banyak ditemui jenis-jenis mangrove, seperti Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza dan
lain-lain. Dari sekian banyak jenis yang tumbuh pada ekosistem mangrove A. marina merupakan jenis pionir yang banyak tumbuh di estuaria, muara
sungai, dan di pinggir pantai di dekat muara sungai. A. marina banyak menghasilkan serasah berupa daun. Didasari oleh hal-hal yang telah diuraikan di
atas maka penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi serasah daun A. marina terhadap jenis-jenis fungi yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan berikut : 1. Apakah tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi berpengaruh terhadap
jumlah jenis fungi yang terdapat pada serasah daun A.marina yang proses mengalami dekomposisi ?
2. Apakah tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi berpengaruh terhadap populasi fungi pada serasah daun A. marina yang mengalami proses
dekomposisi ? 3. Apakah tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi berpengaruh terhadap
keanekaragaman jenis fungi yang terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi ?
4. Apakah tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi berpengaruh terhadap frekuensi kolonisasi jenis-jenis fungi yang terdapat pada serasah daun
A. marina yang mengalami proses dekomposisi ?
5.1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi terhadap :
1. Perkembangan jumlah jenis fungi yang terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi.
2. Perkembangan populasi fungi yang terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi.