menghasilkan energi potensial bagi kehidupan konsumer. Sebutan serasah biasanya digunakan untuk bahan dalam ekosistem daratan khususnya bahan
yang berasal dari tumbuhan tingkat tinggi, sedang detritus digunakan untuk bahan dalam ekosistem perairan Mason, 1977.
Serasah daun mangrove pada lingkungan estuaria merupakan suatu bahan dasar nutrisi penting. Walaupun miskin nutrisi ketika jatuh dari pohon, daun-daun
mangrove menjadi nutrisi yang diperlukan untuk proses-proses pengkayaan enrichment mikroba Odum, 1971.
Fell dan Masters 1973 yang mempelajari proses degradasi daun mangrove, mendapatkan 66 marga fungi dan melihat adanya suatu urutan
infestasi. Pada minggu pertama setelah daun gugur, serasah kebanyakan diserang oleh Phycomycetes yang terdiri atas Thraustochytrium, Schizochytrium ,
Phytophthora vesicola, P. bahamensis , P. epistomium , P. mycoparasitica dan P. spinosa. Penyerang lainnya adalah Aspergillus, Penicillium, Trichoderma,
Fusarium, Curvularia dan Drechslera. Setelah minggu kedua penyerangan dan dekomposisi serasah dilakukan oleh Lulworthia dan setelah tiga minggu terdapat
Zalerion varium. Newel 1976 mendapatkan urutan infestasi pada anakan Rhizophora
mangle Tabel 1. Jika dibandingkan penyerangan jenis fungi pada semai, daun dan kayu terlihat perbedaan dalam kemampuan dan jumlah jenis fungi yang
melakukan penyerangan.
2.3. Peran Mikroorganisme dalam Proses Dekomposisi Serasah
Bakteri bersama fungi merupakan komponen penting dalam komunitas mangrove dan berperan sebagai pengurai dalam ekosistem mangrove. Bakteri
laut umumnya lebih kecil dibanding bakteri non laut, dan proporsi terbesar terdiri atas bakteri Gram negatif berbentuk batang, serta pada umumnya aktivitas
pergerakan dilakukan dengan bantuan flagella. Bakteri bentuk kokus cocci umumnya lebih sedikit dibanding bakteri yang berbentuk batang. Kebanyakan
bakteri laut terikat, atau bergabung sesamanya untuk membentuk permukaan yang kuat solid karena adanya bahan berlendir yang terbentuk pada
permukaan sel, sehingga sel-sel saling terikat. Dengan cara ini bakteri dapat membentuk lapisan permukaan yang mengakibatkan bakteri dapat hidup pada
alga, rumput laut dan tumbuhan mangrove Hutching dan Saenger, 1987. Daya tahan hidup dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh kelembaban nisbi,
suhu, cahaya matahari dan populasi bakteri yang berubah dari satu musim ke musim berikutnya Bell, 1974.
Fungi memainkan peran penting dalam ekosistem mangrove terutama dalam hubungannya dengan bakteri untuk mempercepat dekomposisi serasah
daun Fell dkk., 1975. Fungi merupakan pengurai utama daun-daun mangrove karena mempunyai kemampuan untuk menguraikan selulosa dan lignin. Seperti
diketahui selulosa dan lignin ini secara bersama merupakan komponen utama penyusun dinding sel di daun.
Kohlmeyer 1969 meneliti asosiasi fungi dengan mangrove, dan mendapatkan 31 jenis fungi laut dan 44 jenis fungi terestrial. Umumnya jenis
fungi terestrial berasosiasi dengan daun, sedang jenis fungi laut berasosiasi dengan akar mangrove. Hutching dan Saenger 1987 menyatakan bahwa jenis-
jenis fungi dapat dikelompokkan berdasarkan mikrohabitat yang ditempatinya pada pohon mangrove dan terdapat kelompok jenis fungi yang terdapat pada
lebih dari satu mikrohabitat. Dapat dibedakan tiga mikrohabitat utama yaitu 1 daun mangrove, 2 batang dan akar, serta 3 tanah.
Fungi parasitik dan saprobik sebagian besar terdapat pada daun mangrove, penyebarannya cukup luas serta sering hidup bersama dengan jenis
patogen pada sejumlah inang. Sebagai contoh adalah marga Pestalotia, Phyllosticta, Cladosporium, Nigrospora dan Cercospora; yang semua jenisnya
mempengaruhi kehidupan jenis tumbuhan terestrial. Beberapa jenis di samping mempengaruhi pertumbuhan mangrove juga mempengaruhi perkembangan
tumbuhan terestrial. Sebagai contoh adalah Nigrospora sphaerica penyebab busuk daun pada Rhizophora mangle dan penyebab penyakit squirter pada
pisang. Jenis fungi tanah mangrove bisa dibagi ke dalam dua kelompok yaitu yang berada di tanah dan yang berasosiasi dengan daun-daun mangrove yang
hancur di permukaan tanah. Kedua kelompok ini sangat bergantung pada bahan- bahan organik yang terdapat di tanah Hutching dan Saenger, 1987.
Tabel 1. Suksesi jenis-jenis fungi yang menghancurkan breakdown anakan Rhizophora mangle di Florida menurut waktu dan kondisi anakan
Waktu Pengamatan
Data Nov. 1970 Des. Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agus. Sep. Okt. Nov. Des. 1971 1972
Lokasi anakan Pra-absisi
Setelah - absisi, lingkungan estuaria di bahwah permukaan sub surface Kondisi anakan
Matang, sehat Semua tumbuh tumbuh-senescence-mati senescence-mati mati
Jenis fungi Cladosporium
cladosporioides Pestalotia sp.
Cladosporium sp. Alternaria alternata
Zygosporium masonii Aureobasidium pullulans
Pestalotia sp. C. cladosporioides
Septonema sp. Penicillium steckii
A . alternata Aspergillus repens
Thraustochytrium sp. Anakan yang
mangalami senescence mati
Anakan yang hidup viable mengalami
senescence Lulworthia grandispora
Zalerion varium Flagellospora sp.
L. medusa var. biscaynia Pestalotia sp.
Labyrinthula sp. Thraustochytrium sp.
Keissleriella blepharospora Cytosporina sp.
Cytospora rhizophorae Pestalotia sp.
Thraustochytrium sp. Trichoderma viride
Penicillium Roseopurpureum
Papulospora halima Phytophthora vesicula
Tahap penyerangan
fungi Pra-absisi
Penyerang Superfisial
Setelah-absisi Penyerang
Superfisial Penyerang bagian bawah
epidermis, pada bagian mati dan jaringan hidup
Penyerang pelapuk jaringan
Tahap analog Parasit lemah + umum
Dan saprobik utama terbatas
Saprobik sekunder tahap II : Ascomycetes dan
Deuteromycetes Saprobik sekunder tahap III :
“ Fungi tanah”
Sumber : Newel 1976
III. LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina
PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS
3.1. Pendahuluan
3.1.1. Latar Belakang
Dekomposisi adalah proses penghancuran tumbuhan mati secara bertahap yang menyebabkan terurainya struktur organisme yang semula kompleks
menjadi bentuk-bentuk yang sederhana seperti air, karbondioksida dan unsur- unsur hara mineral.
Penghancuran serasah dapat diartikan sebagai tahapan-tahapan dalam proses dekomposisi, yang menyebabkan terjadi kehilangan bobot materi
organik. Hal tersebut seringkali dapat diukur dalam percobaan dekomposisi serasah misalnya kehilangan bobot daun dan umumnya juga terjadi
penghancuran bagian-bagian serasah yang berukuran besar menjadi partikel- partikel berukuran kecil Mason, 1974 ; Mason, 1977
Dekomposisi juga dapat diartikan sebagai pemisahan secara mekanik struktur tumbuhan mati mulai dari tahap masih terikat pada tumbuhan hidup
sampai menjadi humus yang struktur selnya tidak berbentuk, karena terjadi pemecahan molekul-molekul organik kompleks menjadi karbondioksida, air dan
komponen-komponen mineral Satchell, 1974. Menurut Dix dan Webster 1995 serasah tumbuhan dapat terdekomposisi
menjadi enam kategori, yaitu : 1 selulosa, 2 hemiselulosa, 3 lignin, 4 gula terlarut, asam amino dan asam alifatik, 5 larutan eter dan alkohol, lemak,
minyak, lilin, resin dan pigmen-pigmen, serta 6 protein. Dekomposisi serasah dipengaruhi oleh urutan reaksi spesifik dan dengan bantuan sistem enzim -enzim
tertentu yang dipunyai oleh jenis-jenis organisme tertentu. Karakteristik penguraian serasah beragam, hal ini dipengaruhi oleh jenis
dan bagian organ tumbuhan. Kecepatan penguraian dan pengurangan kandungan bahan organik dan anorganik pada serasah ditentukan oleh kekuatan
pencucian leaching. Dari beberapa hasil penelitian tentang penguraian serasah melalui pencucian antara lain, yang dilakukan secara in-situ dengan
menggunakan serasah daun, dapat diketahui bahwa pemecahan gula terjadi pada hari ke-14 dan tanin pada hari ke-24. Hasil penelitian secara mikroskopis
dengan menggunakan daun Rhizophora sp. menunjukkan bahwa jenis fungi yang hadir sejak awal berpengaruh besar terhadap proses pencucian dan
terhadap kolonisasi oleh jenis mikroorganisme lainnya serta terhadap kehadiran invertebrata pemakan serasah Mason, 1977.
Kecepatan dekomposisi serasah dapat diketahui dengan menempatkan serasah daun mangrove yang massanya diketahui di dalam kantong serasah
yang tidak dapat dimasuki oleh makrofauna pemakan serasah daun, seperti Gastropoda dan kepiting. Kantong-kantong berisi serasah daun ini selanjutnya di-
tempatkan di areal mangrove dan pengamatan dilakukan dengan selang waktu tertentu. Tiap kali pengamatan sisa serasah yang terdapat dalam kantong
tersebut ditimbang Hogarth, 1999. Pada hutan mangrove, pasokan serasah daun yang berasal dari berbagai
jenis pohon mangrove tersebut dapat terjadi secara berkelanjutan. Serasah daun merupakan substrat yang baik bagi berbagai jenis fungi, bakteri dan
mikroorganisme lainnya. Serasah daun mangrove pada air payau terdekomposisi menjadi potongan-potongan kecil dalam waktu 2 sampai 3 bulan Nakagiri
dkk.,1996 Keadaan lingkungan yang selalu basah dan lembab serta suhu yang selalu
tinggi sepanjang tahun, menyebabkan proses dekomposisi serasah hutan berlangsung sangat cepat, sehingga proses humifikasi pembentukan humus
segera dilanjutkan dengan proses mineralisasi Manan, 1978. Menurut Sutedjo dkk., 1991 proses dekomposisi bahan-bahan tumbuhan
dipengaruhi oleh kandungan lignin dan lilin dalam bahan tumbuhan, suplai nitrogen, kondisi lingkungan, aerasi tanah, kelimpahan mikroorganisme, dan
suhu udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi menurut Anderson dan Swift 1979 adalah 1 organisme penghancur hewan dan jasad renik, 2
kualitas serasah sifat bahan organik serasah yang mempengaruhi kecepatan dekomposisi dan 3 lingkungan, baik fisik maupun kimia iklim makro dan
tanah. Dengan demikian proses dekomposisi D merupakan fungsi organisme penghancur O, kualitas serasah Q dan lingkungan P atau D = f O,Q,P.
Menurut Whitmore 1984, peran makrofauna sebagai organisme penghancur sangat penting. Berbagai jenis hewan tersebut memecah serasah
menjadi partikel-partikel kecil sehingga luas permukaan menjadi lebih besar dan akibatnya penguraian serasah tersebut oleh bakteri dan fungi menjadi lebih
mudah.