95 bahan finishing berpelarut air tidak tahan terhadap air dingin Es batu yang ditandai
dengan  adanya  bercak  berbentuk  bulat  seperti  bentuk  dasar  gelas  yang  digunakan dalam pengujian tersebut. Penilaian adanya bercak tersebut dilakukan segera setelah
selesai  pengujian.  Pada  gambar  tersebut  dapat  diketahui  pula  bahwa  lapisan  bahan finishing  berpelarut  air  cukup  tahan  terhadap  air  panas  yang  ditunjukkan  oleh  tidak
adanya  bercak  atau  noda  pada  permukaan  papan  komposit  setelah  diletakkan  gelas berisi air panas selama 1 jam. Di samping itu pada akhir pengujian tidak ditemukan
adanya  cacat  lain  yang  berarti  pada  permukaan  papan  komposit  setelah  dilakukan pengujian ketahanan lapisan finishing terhadap air dingin dan air panas.
A11. A12. A13 Sebelum diuji A11. A12. A13 Sesudah diuji
A21. A22. A23 Sebelum diuji A21. A22. A23 Sesudah diuji
Gambar 7.7  Hasil pengujian lapisan finishing berpelarut air terhadap air dingin dan air panas
Pada  Gambar  7.7  dapat  diketahui  pula  bahwa  penggunaan  bahan  finishing berpelarut  air  dengan  kekentalan  yang  berbeda  tidak  menunjukkan  perbedaan  yang
jelas  terhadap  kualitas  hasil  finishing  papan  komposit.  Bila  diperhatikan  secara visual,  maka  mutu  penampilan  permukaan  papan  komposit  yang  dilapisi  bahan
finishing berpelarut air dengan kekentalan A1 hampir sama dengan mutu penampilan permukaan  papan  komposit  yang  dilapisi  bahan  finishing  dengan  kekentalan  yang
lebih  tinggi  A2.  Di  samping  itu  pada  permukaan  papan  komposit  yang  dilapisi bahan  finishing  berpelarut  air  dengan  kekentalan  yang  lebih  tinggi  A21,  A22,  dan
A23  masih  terdapat  bercak  berbentuk  bulat  setelah  dilakukan  pengujian  ketahanan lapisan finishing terhadap air dingin seperti halnya pada permukaan  papan komposit
yang  dilapisi  bahan  finishing  berpelarut  air  dengan  kekentalan  yang  lebih  rendah A11,  A12,  dan  A13.  Namun  demikian  beberapa  bulan  setelah  pengujian,  bercak
tersebut  sudah  tidak  tampak  lagi  seperti  terlihat  pada  Gambar  7.4.  Hal  ini  terjadi
96 karena air yang membentuk  bercak pada contoh uji papan komposit sudah menguap
sehingga bercak yang ada sudah tidak tampak lagi. Hasil  pengujian  pada  Gambar  7.8  menunjukkan  bahwa  permukaan  papan
komposit  pada  semua  contoh  uji  yang  diberi  lapisan  bahan  finishing  berpelarut minyak tahan terhadap air dingin Es batu maupun air panas. Penampilan permukaan
papan  komposit  sebelum  diuji  sama  dengan  sesudah  diuji.  Pada  gambar  tersebut dapat  diketahui  pula  bahwa  lapisan  bahan  finishing  berpelarut  minyak  tetap  bersih
sebelum  dan  sesudah  diuji  ketahanannya  terhadap  air  dingin  dan  air  panas.  Di samping itu pada akhir pengujian tidak ditemukan adanya cacat lain yang berarti pada
permukaan  papan  komposit  setelah  dilakukan  pengujian  ketahanan  lapisan  finishing terhadap air dingin dan air panas.
B11. B12. B13 Sebelum diuji B11. B12. B13 Sesudah diuji
B21. B22. B23 Sebelum diuji B21. B22. B23 Sesudah diuji
Gambar 7.8   Hasil pengujian lapisan finishing berpelarut minyak terhadap air dingin dan air panas
Seperti  halnya  dengan  bahan  finishing  berpelarut  air,  perbedaan  kekentalan tidak  menunjukkan  perbedaan  yang  jelas  terhadap  kualitas  hasil  finishing  papan
komposit  serta  penampilannya  seperti  ditunjukkan  pada  Gambar  7.4.    Bila diperhatikan secara visual, maka mutu penampilan permukaan papan komposit yang
dilapisi  bahan  finishing  berpelarut  minyak  dengan  kekentalan  B1  hampir  sama dengan  mutu  penampilan  permukaan  papan  komposit  yang  dilapisi  bahan  finishing
dengan  kekentalan  yang  lebih  tinggi  B2.  Hal  ini  mungkin  dikarenakan  perbedaan kekentalan tersebut tidak terlalu besar.
97
7.3.5 Kadar Emisi Formaldehida Papan Komposit Dilapisi  Bahan Finishing
Hasil pengujian kadar emisi formaldehida  papan komposit yang dilapisi bahan finishing  berpelarut  air  dan  berpelarut  minyak  masing-masing  dengan  2  macam
kekentalan disajikan pada Tabel 7.1  yang merupakan angka rata-rata dari 3 ulangan. Tabel 7.1 Kadar emisi formaldehida papan komposit yang dilapisi bahan finishing
Kadar emisi formaldehida mgL Finishing berpelarut air A
Finishing berpelarut minyak B Kekentalan
A1 Kekentalan
A2 Kekentalan
B1 Kekentalan
B2 Rata-rata
0.039 0.040
0.282 0.476
Minimum 0.031
0.037 0.163
0.436 Maksimum  0.049
0.044 0.363
0.533 Berdasarkan  data  pada  Tabel  7.1  dapat  diketahui  bahwa  papan  komposit yang
dilapisi  bahan  finishing  berpelarut  air  memiliki  nilai  emisi  farmaldehida  lebih  kecil dibandingkan  dengan  bahan  finishing  berpelarut  minyak.  Dibandingkan  dengan
persyaratn  kadar  emisi  formaldehida  kayu  lamina  menurut  Standar  Jepang,  maka papan  komposit  yang  dilapisi  bahan  finishing  berperlarut  air  termasuk  kelas  mutu
F  demikian  juga  papan  komposit  yang  dilapisi  bahan  finishing  berpelarut minyak  dengan  kekentalan  yang  lebih  rendah  B1  karena  nilai  rata-rata  emisi
formaldehidanya  tidak  lebih  dari  0.3  mgL  dan  nilai  maksimumnya  tidak  lebih  dari 0.4  mgL.  Sedangkan  PBK  yang  dilapisi  bahan  finishing  berpelarut  minyak  dengan
kekentalan  yang  lebih  tinggi  B2  termasuk  kelas  mutu  F  karena  nilai  rata-rata emisi formaldehidanya tidak lebih dari 0.5 mgL dan nilai maksimumnya tidak lebih
dari 0.7 mgL.
7.4 Simpulan
Penerapan  bahan  finishing  berpelarut  air  atau  berpelarut  minyak  dapat memperjelas  keunikan  dan  keindahan  penampilan  permukaan  papan  komposit
sebagai bahan mebel. Permukaan papan komposit dengan lapisan finishing berpelarut minyak lebih tahan terhadap bahan kimia rumah tangga dan air dingin dibandingkan
dengan bahan finishing berpelarut air.
Ketahanan  lapisan  finishing  berpelarut  air  terhadap  uji  gores  termasuk  kelas 3B  sedangkan  lapisan  finishing  berpelarut  minyak  termasuk  kelas  4B.  Perbedaan
kekentalan  larutan  bahan  finishing  yang  diterapkan  dalam  penelitian  ini  tidak menunjukkan perbedaan yang jelas dalam menentukan kualitas hasil finishing.
Bahan  mebel  yang  dibuat  dari  bilah  bambu  andong  dengan  perekat  isosianat dan  dilapisi  bahan  finishing  berpelarut  air  atau  berpelarut  minyak  menghasilkan
produk  yang  ramah  lingkungan  karena    kadar  emisi  formaldehidanya  sangat  rendah dan termasuk kelas mutu F sampai F.
98
8 PEMBAHASAN UMUM
Kondisi  kekurangan  pasokan  kayu  pertukangan  berkualitas  telah  mendorong semakin  meningkatnya  usaha  pencarian  material  alternatif  sebagai  substitusi  kayu.
Bambu  yang termasuk tanaman  cepat  tumbuh,  mempunyai daur  yang relatif pendek dan  multiguna  merupakan  salah  satu  sumberdaya  alam  yang  cukup  menjanjikan
sebagai substitusi  kayu pertukangan. Bambu yang merupakan bahan berlignoselulosa dapat  digunakan  sebagai  bahan  substitusi  kayu  pertukangan  dengan  jalan
mengkonversi  bambu  bulat  menjadi  suatu  produk  bambu  komposit  yang  memiliki dimensi seperti kayu pertukangan berupa papan atau balok.
Salah  satu  jenis  bambu  yang  dapat  digunakan  untuk  tujuan  tersebut  adalah bambu  andong  Gigantochloa  pseudoarundinasea  yang  banyak  terdapat  di  daerah
Jawa  Barat.  Bambu  komposit  merupakan  produk  yang  diperoleh  dengan  jalan menggabungkan  beberapa  elemen  bambu  dengan  menggunakan  perekat.  Dalam
penelitian  ini  elemen  bambu  yang  digunakan  sebagai  penyusun  bambu  komposit adalah  berbentuk  bilah  bambu.  Dalam  produk  bambu  komposit,  perekat  merupakan
bahan  yang  sangat  penting  selain  bilah  bambu  karena  sangat  menentukan  kualitas produk  rekatan  yang  dihasilkan.  Oleh  karena  itu  pengetahuan  dasar  tentang
komponen  kimia,  sifat  fisis  dan  mekanis  bilah  bambu  andong  sangat  penting  untuk diketahui  karena  berpengaruh  terhadap  kualitas  hasil  perekatan  antar  bilah  bambu
penyusun papan bambu komposit.
Bambu  andong  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  memiliki  karakteristik batang antara lain dimensi rata-rata panjang batang 11 m, diameter 11 cm pangkal
dan  7.93  cm  ujung,  panjang  ruas  46.7  cm,  jumlah  ruas  per  batang  21 –  25, tebal
dinding  batang  19.45  mm  pangkal  dan  8.22  mm  ujung.  Bambu  andong    dengan karakteristik  batang  seperti  yang  telah  diuraikan  tersebut  dapat  digunakan  sebagai
bahan  baku  bilah  bambu  yang  sesuai  sebagai  elemen  penyusun  papan  bambu komposit  karena  diameternya  cukup  besar  dan  dindingnya  cukup  tebal,  sehingga
memudahkan  dalam  proses  pembuatannya.  Bambu  andong  tersebut  memiliki kandungan  holoselulosa  63.12,  selulosa  42.62,  kandungan  lignin  30.96,
ekstraktif  larut  alkohol  benzen  3.26,  ekstraktif  larut  air  dingin  3.42,  ekstraktif larut  air  panas  6.40,  ekstraktif  larut  dalam  NaOH  1  sebesar  14.27    dan  kadar
abu  3.24.  Di  samping  itu  bambu  andong  memiliki  kerapatan  rata-rata  0.72  gcm
-3
buku dan 0.68 gcm
-3
ruas. Penyusutan bilah bambu andong dari kondisi basah ke kering  udara  sebesar  5.36  lebar  dan  4.53  tebal,  sedangkan  penyusutan  dari
kondisi kering udara ke kering oven  adalah 4.69 lebar dan 3.49 tebal. Bambu andong memiliki kestabilan dimensi yang cukup baik karena perubahan dimensi pada
arah  lebar  tidak  terlalu  berbeda  jauh  dengan  perubahan  dimensi  pada  arah  tebal. Bilah  bambu  andong  yang  cukup  stabil  ini  berpengaruh  positif  terhadap  pencapaian
kualitas yang lebih baik dari papan bambu komposit yang dihasilkan.
Bilah bambu  andong memiliki  sifat  mekanis  yang cukup tinggi. Nilai rata-rata MOR  dan  MOE  masing-masing  sebesar  1  278.6  kg  cm
-2
dan  200  918  kg  cm
-2
, keteguhan tarik 1 437.5 kg cm
-2
buku dan 3 009.3 kg cm
-2
ruas, keteguhan tekan