Lignin, Zat Ekstraktif dan Kadar Abu Bambu Andong

11 memegangi serat-serat selulosa menjadi satu, dan menyebabkan kayu bahan berlignoseluosa lain menjadi keras dan kaku sehingga mampu menahan tekanan mekanis yang besar. Bambu andong yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan lignin sebesar 30.96 Tabel 2.1, relatif lebih tinggi dibanding kandungan lignin dari jenis bambu hasil penelitian terdahulu yang berkisar antara 21.63 – 32.55 Tabel 2.2, demikian pula bila dibandingkan dengan pendapat Liese 1985 yang menyatakan bahwa jenis-jenis bambu Indonesia memiliki kandungan lignin 19.8 – 26.6. Tingginya kadar lignin dalam bambu andong akan menyebabkan bambu andong ini memiliki sifat kekerasan dan kekakuan yang relatif besar dibanding jenis-jenis bambu lainnya. Selain komponen utama, sejumlah tanaman berkayu mengandung senyawa- senyawa minor yang dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar yang dapat larut dalam air dingin dan non polar yang dapat larut dalam campuran alkohol-benzena danatau air panas. Kandungan dan komposisi ekstraktif berubah- ubah di antara berbagai jenis kayu, demikian pula dalam bambu. Zat ekstraktif ini terdapat dalam berbagai bentuk terutama senyawa-senyawa tak jenuh, seperti: lemak, lilinparafin, asam lemak terdegradasi dan resin. Ruhendi et al. 2007 menyatakan bahwa ekstraktif memiliki pengaruh yang besar dalam menurunkan higroskopisitas dan permeabilitas serta meningkatkan keawetan kayu. Ekstraktif mempunyai pengaruh yang besar dalam perekatan kayu, yaitu mempengaruhi pH, kontaminasi dan penetrasi. Ekstraktif akan menjadi masalah yang serius dalam perekatan bila terdapat dalam jumlah yang berlebihan. Ekstraktif dapat menghalangi pembasahan atau bertindak sebagai penghalang terhadap penetrasi perekat. Berdasarkan uraian tersebut maka ekstraktif juga memberikan pengaruh yang sama terhadap perekatan bambu. Oleh karena itu kandungan ekstraktif dalam bilah bambu sebagai elemen penyusun papan bambu komposit perlu diketahui agar diperoleh kualitas hasil rekatan yang baik. Bambu andong yang diteliti memiliki kadar zat ekstraktif larut alkohol-benzena 3.26, ekstraktif larut air dingin 3.42, ekstraktif larut air panas 6.40, ekstraktif larut dalam NaOH 1 sebanyak 14.27, dan kadar abu 3.24 Tabel 2.1. Hasil tersebut, kecuali kadar zat ekstraktif yang larut dalam NaOH 1, seluruhnya dalam kisaran data yang diperoleh Liese 1985 yang mengemukakan bahwa jenis-jenis bambu Indonesia memiliki kandungan ekstraktif larut alkohol-benzena 0.9-10.8, ekstraktif larut air panas 5.3-11.8, ekstraktif larut dalam NaOH 1 22.2- 29.8, dan kadar abu 0.8 – 3.8. Sementara Manuhua 2008 mengemukakan bahwa Dendrocalamus asper memiliki kandungan ekstraktif larut alkohol benzen 4.10, ekstraktif larut air dingin 3.59, ekstraktif larut air panas 5.92, Schizostachyum brachycladum memiliki kandungan ekstraktif larut alkohol-benzena 3.43, ekstraktif larut air dingin 3.46, ekstraktif larut air panas 5.88, serta Schizostachyum lima memiliki kandungan ekstraktif larut alcohol-benzena 3.49, ekstraktif larut air dingin 3.59, ekstraktif larut air panas 5.70. Hasil penelitian Razak et al. 2013 menunjukkan bahwa kadar ekstraktif dan abu pada Gigantochloa brang berturut- turut adalah 8.30 dan 1.26, Gigantochloa levis 9.23 dan 1.30, Gigantochloa scortechinii 8.00 dan 2.84, Gigantochloa wrayi 8.62 dan 0.88. Di samping 12 itu dikemukakan juga bahwa kandungan lignin, ekstraktif dan abu pada bagian buku berbeda nyata dengan bagian ruas. Bertolak pada kenyataan di atas, bambu andong yang diteliti memiliki kadar ektraktif dalam air panas dan alkohol-benzena yang relatif tinggi yang mengindikasikan bahwa bambu ini mengandung senyawa ekstraktif non polar seperti: lemak, lilinparafin, asam lemak terdegradasi dan resin. Konsekuensi dari hal tersebut bila bambu andong ini dibuat produk perekatan, kemungkinan dalam uji keteguhan rekat eksterior siklis akan mengalami penurunan, karena perlakuan pemanasan dalam air mendidih akan mengakibatkan tereksposenya zat ekstraktif non polar sehingga akan melemahkan ikatan adhesi antara perekat dengan bambu. 2.3.2 Sifat Fisis Bambu Andong 2.3.2.1 Dimensi Batang Bambu Andong Hasil pengukuran dimensi batang bambu andong disajikan pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4. Bambu andong yang digunakan dalam penelitian ini memiliki panjang batang berkisar antara 9.71 – 13.08 m dengan rata-rata 10.85 m, diameter pangkal antara 10.05 – 11.90 cm dengan rata-rata 11 cm, diameter ujung antara 7.05 – 8.75 cm dengan rata-rata 7.93 cm, panjang ruas antara 33.2 – 56.9 cm dengan rata-rata 46.7 cm, jumlah ruas per batang antara 21 – 25 ruas dengan rata-rata 23 ruas per batang, tebal dinding bagian pangkal antara 15.74 – 24.10 mm dengan rata-rata 19.45 mm dan tebal dinding bagian ujung antara 6.15 – 9.89 mm dengan rata-rata 8.22 mm. Tabel 2.3 Ukuran batang bambu andong No Batang Panjang m Diameter cm Rerata panjang ruas dan kisarannya cm Jumlah ruas per batang buah Pangkal Ujung 1 10.17 11.90 8.75 46.3 36.0 – 54.3 22 2 9.71 11.45 7.75 43.6 35.0 – 50.6 22 3 13.08 11.20 8.45 50.8 32.0 – 65.5 25 4 10.58 10.05 7.65 44.0 31.6 – 51.7 24 5 10.72 10.35 7.05 48.8 31.5 – 62.4 21 Rerata 10.85 11.00 7.93 46.7 43.6 – 50.8 23 Min. 9.71 10.05 7.05 33.2 31.5 – 36.0 21 Maks. 13.08 11.90 8.75 56.9 50.6 – 65.5 25 SD 1.31 0.77 0.68 3.2 2.1 – 6.7 1.6 Dransfield dan Widjaja 1995 menyatakan bahwa tinggi panjang bambu andong adalah 7 – 30 m, sedangkan diameternya 5 – 13 cm dan tebal dindingnya bisa mencapai 20 mm, panjang ruas 40 - 45 cm dan ada yang sampai 60 cm. Hasil penelitian Shao et al. 2010 menyatakan bahwa panjang batang bambu moso Phyllostachys pubescent sekitar 15 m, diameter setinggi dada 11.0 – 12.5 cm dan rata-rata tebal dinding adalah 12 mm. Sementara itu Abd Latif et al. 1993 menyatakan bahwa Bambusa blumeana berumur 3 tahun memiliki karakteristik 13 panjang batang 17.38 m, diameter pangkal 8.5 cm, diameter ujung 8 cm, panjang ruas pangkal 30.5 cm, panjang ruas ujung 29.9 cm, banyaknya ruas per batang 34, tebal dinding bagian pangkal 14.5 mm dan tebal dinding bagian ujung 8.2 mm. Ahmad 2000 dalam penelitiannya menggunakan Dendrocalamus strictus sebagai bahan untuk membuat bambu komposit struktural. Batang bambu tersebut memiliki karakteristik antara lain panjang batang 18 ft atau 6 m, panjang ruas 2.16 in atau 5.5 cm pangkal, 7.39 in atau 18.8 cm tengah dan 5.7 in atau 14.5 cm ujung, diameter batang 1.3 in atau 3.3 cm pangkal, 1.02 in atau 2.6 cm tengah dan 0.39 in atau 1 cm ujung, tebal dinding 0.38 in atau 0.97 cm pangkal, 0.25 in atau 0.64 cm tengah dan 0.14 in atau 0.36 cm ujung. Tabel 2.4 Tebal dinding bambu andong No Batang Tebal bambu bagian pangkal mm Tebal bambu bagian ujung mm 1 2 Rerata 1 2 Rerata 1 19.12 18.22 18.67 7.62 9.35 8.49 2 22.96 25.23 24.10 6.60 9.32 7.96 3 17.10 17.20 17.15 10.25 9.52 9.89 4 14.27 17.73 16.00 7.27 5.70 6.49 5 20.74 21.95 21.35 8.40 8.18 8.29 Rerata 18.84 20.07 19.45 8.03 8.41 8.22 Min. 14.27 17.20 15.74 6.60 5.70 6.15 Maks. 22.96 25.23 24.10 10.25 9.52 9.89 SD 3.34 3.44 3.28 1.40 1.61 1.22 KV 16.9 14.8 Dransfield dan Widjaja 1995 juga mengemukakan bahwa Dendrocalamus strictus yang tumbuh di Asia Tenggara memiliki karakteristik batang antara lain panjang -68-16-20 m, diameter 2.5-8-12.5 cm dengan dinding yang tebal utau utuh. Correal dan Lopez 2008 menyatakan bahwa Guadua angustifolia atau dikenal sebagai Colombian bamboo yang digunakan dalam penelitian untuk membuat bambu komposit berupa Colombian glued laminated bamboo, memiliki karakteristik batang bambu antara lain panjang batang rata-rata 30 m, diameter batang 7 cm ujung dan 14 cm pangkal, tebal dinding 8 mm ujung dan 20 mm pangkal. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa dimensi batang bambu andong hampir sama dengan Phyllostachys pubescent atau bambu moso yang banyak ditanam di Cina dan hampir sama dengan Guadua angustifolia yang banyak tumbuh secara alami di Kolombia dengan luas tanaman mencapai 52 000 hektar Correal dan Lopez 2008. Di samping itu bambu andong termasuk bambu dengan ukuran besar dan tebal karena diameternya lebih dari 10 cm dan dindingnya lebih dari 10 mm, sehingga sangat sesuai digunakan sebagai bahan untuk pembuatan bambu komposit berupa produk laminasi bambu.