23 keteguhan tekan pada bagian ruas. Hasil ini sejalan dengan yang diperoleh Shao et al.
2010 yang mengemukakan bahwa keteguhan tekan Phyllostachys pubescent 56.4 MPa atau 575 kg cm
-2
ruas dan 59.8 MPa atau 609.66 kg cm
-2
buku. Bila berpedoman pada struktur kerapatan bambu andong yang pada bagian buku lebih
tinggi 0.72 gcm
-3
dibanding dengan bagian ruas 0.68 gcm
-3
, di mana diduga sifat kekuatannya akan berbanding lurus dengan kerapatan, maka fenomena seperti
tersebut di atas adalah wajar.
100 200
300 400
500 600
700 800
900
K et
eguh an t
ek an
k g
cm
-2
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Nomor ruas setelah 1.5 m dari pangkal batang bambu Buku
Ruas
Gambar 2.8 Keteguhan tekan bambu andong Hasil penelitian Abd. Latif et al. 1993 menunjukkan pola peningkatan nilai
keteguhan tekan Bambusa blumeana dari bagian pangkal batang bambu ke arah ujung batang bambu. B. blumeana memiliki keteguhan tekan pada bagian pangkal batang
bambu sebesar 25.33 MPa atau 258.1 kg cm
-2
, bagian tengah sebesar 27.80 MPa atau 283.28 kg cm
-2
dan bagian ujung sebesar 28.85 MPa atau 294.00 kg cm
-2
. Keteguhan tekan rata-rata B. blumeana adalah 27.32 MPa atau 278.5 kg cm
-2
. Pola peningkatan keteguhan tekan bambu dari bagian pangkal batang bambu ke arah ujung batang
bambu hasil penelitian Abd. Latif et al. 1993 sejalan dengan hasil penelitian Ghavami 2008 khususnya pada Bambusa vulgaris dan Dendrocalamus giganteus.
Berdasarkan informasi yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa bambu andong memiliki keteguhan tekan lebih tinggi dibading dengan B. Blumeana, P.
pubescent, dan D. giganteus.
2.4. Simpulan
Bambu andong yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan holoselulosa 62.12, selulosa 42.62, kandungan lignin 30.96, ekstraktif larut
alkohol benzen 3.26, ekstraktif larut air dingin 3.42, ekstraktif larut air panas 6.40, ekstraktif larut dalam NaOH 1 sebesar 14.27 dan kadar abu 3.24.
24 Bambu andong memiliki panjang batang berkisar antara 9.71
– 13.08 m, diameter pangkal rata-rata 11 cm, diameter ujung antara 7.05
– 8.75 cm dengan rata-rata 7.93 cm, panjang ruas antara 33.2
– 56.9 cm dengan rata-rata 46.7 cm, jumlah ruas per batang antara 21
– 25 ruas, tebal dinding bagian pangkal batang antara 15.74 – 24.10 mm dengan rata-rata 19.45 mm dan tebal dinding bagian ujung batang antara 6.15
– 9.89 mm dengan rata-rata 8.22 mm.
Bambu andong yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kadar air basah rata-rata 81.6 basah dan 10.5 kering udara, kerapatan rata-rata 0.72 gcm
-3
buku dan 0.68 gcm
-3
ruas. Kerapatan bambu andong meningkat dari bagian pangkal batang bambu ke bagian ujung batang bambu. Penyusutan bilah bambu
andong dari kondisi basah ke kering udara sebesar 6.31 lebar dan 5.40 tebal, sedangkan penyusutan dari kondisi kering udara ke kering oven adalah 4.46 lebar
dan 3.22 tebal. Bambu andong memiliki kestabilan dimensi yang cukup baik yang ditunjukkan oleh perubahan dimensi pada arah lebar tidak berbeda jauh dengan
perubahan dimensi pada arah tebal.
Bilah bambu andong memiliki nilai rata-rata MOR dan MOE masing-masing sebesar 1 277 kg cm
-2
dan 200.9 10
3
kg cm
-2
, keteguhan tarik 1 437.5 kg cm
-2
buku dan 3 009.3 kg cm
-2
ruas, keteguhan tekan rata-rata 763.1 kg cm
-2
buku dan 647.5 kg cm
-2
ruas. Keteguhan lentur MOR dan MOE dan keteguhan tarik bambu andong pada bagian ruas lebih tinggi dibanding dengan keteguhan lentur dan
keteguhan tarik pada bagian berbuku. Sedangkan keteguhan tekan bambu andong pada bagian buku jauh lebih tinggi dibanding dengan keteguhan tekan pada bagian
ruas. Secara keseluruhan sifat mekanis bambu andong meningkat dari bagian pangkal batang bambu ke arah ujung batang bambu.