50 Pengujian kadar formaldehida dilakukan dengan membuat deret standar larutan
formaldehida dari larutan baku formaldehida 3 mgL. Standar larutan formaldehida tersebut dibuat dengan memipet sebanyak 0; 5; 10; 20; 50 dan 100 ml ke dalam 6
buah labu ukur 100 ml lalu ditambahkan air suling sampai tanda tera. Deret standar ini masing-masing mempunyai konsentrasi 0; 0.15; 0.3; 0.6; 1.5; 3 mgL
formaldehida. Selanjutnya dipipet masing-masing 25 ml larutan contoh dan deret standar larutan formaldehida ke dalam Erlenmeyer tutup asah 100 ml, dan
ditambahkan 25 ml pereaksi asetilaseton-amonium asetat ke dalam Erlenmeyer tersebut, diaduk hingga homogen. Larutan tersebut lalu dipanaskan selama 10 menit
dalam penangas air dengan suhu 65
C dan didinginkan hingga mencapai suhu kamar. Prosedur yang sama dilakukan pada larutan blanko. Selanjutnya larutan tersebut
diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 412 nm. Kadar emisi formaldehida dihitung dengan menggunakan persamaan :
Kadar Emisi Formaldehida mgL =
Absorbansi sampel – a
b Keterangan :
a = Interceptfaktor konsentrasi; b = Slope
Kadar emisi formaldehida yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan emisi formaldehida untuk kayu lamina menurut Standar Jepang JAS. MAFF.
Notification No. 234 Glued Laminated Timber JPIC 2003a.
5.2.2.7 Analisis Data
Data hasil pengujian sifat fisis dan mekanis papan bambu komposit kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan
percobaan faktorial 3 x 3. Faktor pertama berat labur A yang terdiri atas 3 taraf yaitu 200 g m
-2
A
1
, 250 g m
-2
A
2
dan 300 g m
-2
A
3
, faktor kedua lama waktu pengempaan B yang terdiri atas 3 taraf yaitu 30 menit B
1
, 45 menit B
2
, dan 60 menit. Banyaknya ulangan 4 buah. Hasil pengujian ketahanan papan bambu
komposit terhadap serangan rayap tanah dibandingkan dengan kelas ketahanan dalam SNI 01.7207-2006 dan dianalisis secara diskriptif. Hasil pengujian kadar emisi
formaldehida dibandingkan dengan persyaratan emisi formaldehida menurut Standar Jepang untuk kayu lamina JAS. MAFF. Notification No. 234 Glued Laminated
Timber JPIC 2003a.
5.3 Hasil dan Pembahasan
5.3.1
Sifat Fisis dan Kualitas Perekatan Papan Bambu Komposit
Nilai rata-rata hasil pengujian sifat fisis dan kualitas perekatan papan bambu komposit dengan berbagai perlakuan tercantum dalam Tabel 5.3. Keragaan papan
bambu komposit hasil penelitian ini disajikan pada Gambar 5.3. Untuk mengetahui
51 pengaruh berat labur perekat dan waktu kempa terhadap sifat fisis dan kualitas
perekatan papan bambu komposit dilakukan analisa keragaman dan hasilnya disajikan pada Tabel 5.5, sedangkan hasil uji bedanya disajikan pada Tabel 5.6.
Kadar air rata-rata papan bambu komposit hasil penelitian ini adalah 10.8. Secara keseluruhan, kadar air papan yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan
Standar Nasional Indonesia untuk produk kayu olahan seperti kayu lapis penggunaan umum BSN 2000a, SNI 01-5008.2-2000, venir lamina BSN 2000b, SNI 01-6240-
2000, serta papan sambung dan bilah sambung untuk meja BSN 2000c, SNI 01- 6243.2.2000, karena nilainya tidak lebih dari 14, dan memenuhi persyaratan
Standar Jepang untuk lantai JAS MAFF Notification No.240 2003 dan kayu lamina JAS MAFF Notification No. 234 2003, karena nilainya tidak lebih dari 15.
Gambar 5.3 Keragaan papan bambu komposit hasil penelitian Kerapatan rata-rata papan bambu komposit hasil penelitian ini berkisar antara
adalah 0.74 – 0.77 g cm
-3
dengan rata-rata 0.76 g cm
-3
. Kerapatan papan bambu komposit seperti halnya kerapatan produk komposit lainnya dipengaruhi oleh
kerapatan atau berat jenis bahan penyusunnya, adanya perekat dan proses pengempaan. Bilah bambu andong tanpa kulit sudah diserut kedua permukaannya
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kerapatan rata-rata 0.73 g cm
-3
. Berdasarkan hasil analisa keragaman pada Tabel 5.5 kadar air dan kerapatan papan
bambu komposit hanya dipengaruhi oleh berat labur perekat sedangkan waktu kempa tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji beda pada Tabel 5.6 menunjukkan
bahwa kadar air dan kerapatan papan bambu komposit yang dibuat dengan berat labur perekat 250 g m
-2
tidak berbeda nyata dengan papan yang dibuat dengan berat labur perekat 300 g m
-2
. Pengembangan tebal papan bambu komposit hasil penelitian ini berkisar antara
3.5 - 4.54 dengan rata-rata 4.19 Tabel 5.3 dan Gambar 5.4. Hasil analisa keragaman pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa faktor berat labur dan waktu kempa
tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi pengembangan tebal papan bambu komposit melainkan saling berinteraksi. Pada Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa papan
bambu komposit yang dibuat dengan berat labur 250 g m
-2
dan waktu kempa 30 menit memiliki nilai pengembangan tebal yang sama 4.37 dengan papan bambu
komposit yang dibuat dengan berat labur 300 g m
-2
dan waktu kempa 60 menit.