DAFTAR GAMBAR
1.1 Diagram alir kerangka penelitian pengembangan papan komposit
dari bambu andong 6
2.1 Kerapatan bambu andong
15 2.2
Susut bambu andong dari kondisi basah ke kering udara 16
2.3 Susut bambu andong dari kondisi kering udara ke kering oven
17 2.4
Modulus patah MOR bambu andong 19
2.5 Modulus elastisitas MOE bambu andong
20 2.6
Penampang lintang bagian ruas dan buku bambu andong 20
2.7 Keteguhan tarik bambu andong
22 2.8
Keteguhan tekan bambu andong 23
3.1 Kombinasi muka bilah yang direkat
26 3.2
Contoh uji keteguhan geser tekan 27
3.3 Penampang lintang bagian pangkal, tengah dan ujung batang
bambu andong 28
3.4 Penampang lintang garis rekat dan kombinasi muka bilah
bambu andong yang direkat 28
3.5 Keteguhan rekat bambu andong uji kering
30 3.6
Keteguhan rekat bambu andong uji basah 33
4.1 Macam bilah bambu andong  yang digunakan dalam penelitian
37 4.2
Variasi posisi buku pada papan bambu tipis 38
4.3 Cara penyusunan bilah bambu dalam papan bambu komposit 3
lapis 39
4.4 Keragaan lapisan penyusun papan bambu komposit
40 4.5
Keragaan papan bambu komposit hasil penelitian 41
5.1 Pengujian terhadap serangan rayap tanah SNI 01.7207-2006
48 5.2
Peletakan contoh uji emisi formaldehida 49
5.3 Keragaan papan bambu komposit hasil penelitian
51 5.4
Pengembangan tebal papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa
53 5.5
Pengembangan lebar papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa
54 5.6
Keteguhan rekat papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan  waktu kempa
55 5.7
Penampang lintang garis rekat A
1
B
1
dan A
2
B
2
55 5.8
MOR uji datar papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa
58 5.9
MOR uji tegak papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan   waktu kempa
59 5.10
MOE uji datar papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan  waktu kempa
60 5.11
MOE uji tegak papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan  waktu kempa
61 5.12
Keteguhan tekan papan bambu komposit dengan variasi berat labur perekat dan  waktu kempa
62
5.13 Kekerasan sisi papan bambu komposit dengan variasi berat labur
perekat dan waktu kempa 64
5.14 Kekerasan garis rekat papan bambu komposit dengan variasi
berat labur perekat dan waktu kempa 64
6.1 Variasi komposisi arah lapisan papan bambu komposit
70 6.2
Keragaan papan bambu komposit hasil penelitian 71
6.3 Pengembangan tebal papan bambu komposit dengan variasi
kompossi arah lapisan dan muka bilah bambu yang direkat 73
6.4 Pengembangan lebar papan bambu komposit dengan variasi
kompossi arah lapisan dan muka bilah bambu yang direkat 74
6.5 Keteguhan rekat papan bambu komposit dengan variasi
komposisi arah lapisan dan muka bilah bambu yang direkat
76
6.6 MOR uji datar papan bambu komposit dengan variasi komposisi
arah lapisan dan  kombinasi muka bilah bambu yang direkat 78
6.7 MOR uji tegak papan bambu komposit dengan variasi komposisi
arah lapisan dan  kombinasi muka bilah bambu yang direkat 79
6.8 MOE uji datar papan bambu komposit dengan variasi komposisi
arah lapisan dan   kombinasi muka bilah bambu yang direkat 81
6.9 MOE uji tegak papan bambu komposit dengan variasi komposisi
arah lapisan dan kombinasi muka bilah bambu yang direkat 83
6.10 Keteguhan  tekan  papan  bambu  komposit  dengan  variasi
komposisi  arah  lapisan  dan  kombinasi  muka  bilah  bambu  yang direkat
84
6.11 Kekerasan sisi papan bambu komposit dengan variasi komposisi
arah lapisan dan kombinasi muka bilah bambu yang direkat 85
6.12 Kekerasan garis rekat  papan bambu komposit dengan variasi
komposisi arah lapisan dan kombinasi muka bilah bambu yang direkat
86
7.1 Papan komposit yang akan difinishing
88 7.2
Keragaan papan komposit yang sudah difinishing 92
7.3 Contoh hasil pengujian lapisan finishing larut air A11 dan A21
dan larut minyak B11 dan B21 terhadap bahan kimia rumah tangga
92
7.4 Penampilan permukaan papan komposit beberapa bulan setelah
dilakukan beberapa macam pengujian 93
7.5 Contoh hasil uji gores  atau cross cut tape test
94 7.6
Pelaksanaan pengujian ketahanan lapisan finishing terhadap air dingin dan air panas
94 7.7
Hasil pengujian lapisan finishing berpelarut larut air terhadap air dingin dan air panas
95 7.8
Hasil pengujian lapisan finishing berpelarut minyak terhadap air dingin dan air panas
96
1
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini pasokan kayu berkualitas khususnya untuk bahan mebel dan bangunan belum  mencukupi  kebutuhan  yang  ada.  Kondisi  ini  mendorong  usaha  pencarian
material  alternatif  sebagai  substitusi  kayu  terus  meningkat.  Salah  satu  bahan  yang dapat  digunakan  sebagai  substitusi  kayu  adalah  bambu  karena  sejak  jaman  dahulu
manusia  telah  menggunakan  bambu  sebagai  bahan  bangunan,  mebel,  alat  rumah tangga  dan  barang  kerajinan.  Bambu  yang  termasuk  tanaman  cepat  tumbuh  dan
mempunyai  daur  yang  relatif  pendek  merupakan  salah  satu  sumberdaya  alam  yang cukup  menjanjikan  sebagai  bahan  mebel  dan  bangunan  atau    sebagai    kayu
pertukangan.
Di Indonesia bambu dapat dijumpai baik di daerah pedesaan maupun di dalam kawasan  hutan.  Semua  jenis  tanah  dapat  ditanami  bambu  kecuali  tanah  di  daerah
pantai.  Pada  tanah  ini  kalaupun  terdapat  bambu,  pertumbuhannya    lambat  dan batangnya  kecil.  Tanaman  bambu  dapat  dijumpai  mulai  dari  dataran  rendah  sampai
dataran  tinggi,  dari  pegunungan  berbukit  dengan  lereng  curam  sampai  landai Sastrapraja, et.al, 1977. Sementara itu
menurut Widjaja 2012 bambu di Indonesia terdiri atas 160 jenis; 38 jenis di antaranya merupakan jenis introduksi dan 122 jenis
merupakan tanaman asli Indonesia. Luas  tanaman  bambu  di  Indonesia
pada  tahun  2000  diperkirakan  sebesar 2.104.000  ha  yang  terdiri  atas  690.000  ha  luas  tanaman  bambu  di  dalam  kawasan
hutan  dan  1.414.000  ha  luas  tanaman  bambu  di  luar  kawasan  hutan  FAO  dan INBAR,  2005.  Di  samping  itu    bambu  telah  banyak  ditanam  dalam  rangka
pengembangan  hutan  rakyat  khususnya  di  daerah  yang  merupakan  sentra  industri kerajinan  bambu  seperti  di  Kabupaten  Tasikmalaya,  Jawa  Barat  dan  Kabupaten
Bangli, Bali. Sumber daya bambu  yang cukup melimpah tersebut perlu ditingkatkan pemanfaatannya  agar  dapat  memberi  sumbangan  terhadap  pertumbuhan  ekonomi
nasional.  Pemanfaatan  bambu  di  Indonesia  saat  ini  masih  terbatas  dan  dilakukan secara  konvensional  dengan  menggunakan  bambu  berbentuk  bulat  atau  kombinasi
antara  bambu  bulat,  bilah  bambu  dan  sayatan  bambu.  Oleh  karena  itu  perlu ditingkatkan diversifikasi produk pengolahan bambu khususnya yang dapat berfungsi
sebagai kayu pertukangan.
Kayu pertukangan berbentuk papan dan balok memiliki ukuran tebal, lebar dan panjang tertentu. Sebagai  substitusi  kayu pertukangan, bambu  yang bentuknya bulat
dan  berlubang  kurang  fleksibel  dalam  penggunaannya  sehingga  perlu  diolah  lebih lanjut  menjadi  suatu  produk  yang  memiliki  dimensi  seperti  papan  atau  balok  kayu.
Untuk  tujuan  tersebut  maka  pembuatan  produk  bambu  komposit  merupakan  salah satu pilihan yang dapat diterapkan.
Berglund  dan  Rowell  2005  menyatakan  bahwa  pengembangan  produk komposit  memberi  beberapa  keuntungan,  antara  lain  dapat  menggunakan  kayu
berdiameter  kecil,  menggunakan  limbah  dari  industri  pengolahan  kayu,  membuat komponen  yang  seragam,  mengembangkan  produk  komposit  yang  lebih  kuat
dibanding  kayu  asalnya,  dan  dapat  membuat  produk  komposit  dengan  berbagai
2 bentuk.  Keuntungan  tersebut  berlaku  juga  dalam  pengembangan  produk  bambu
komposit. Bambu  komposit  adalah  suatu  produk  yang  diperoleh  dengan  jalan
menggabungkan  beberapa  elemen  bambu  dengan  menggunakan  perekat.  Macam produk bambu komposit tergantung dari jenis perekat dan bentuk elemen bambu yang
digunakan. Penerapan teknologi perekatan yang sudah maju dalam pembuatan bambu komposit  dapat  menghasilkan    berbagai  macam  produk  dengan  berbagai  macam
ukuran  dan  penampilan.  Produk  tersebut  dapat  dibuat  dengan  kualitas  tinggi, penampilan  yang  sangat  bagus  dan  bervariasi  serta  memberikan  pilihan  motif
penampilan  yang  berbeda  dibanding  motif  penampilan  kayu  dan  memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Masalah  yang  timbul  dalam  pemanfaatan  bambu  sebagai  bahan  kayu pertukangan adalah keterbatasan bentuk dan dimensinya. Dalam bentuk pipih bambu
mempunyai  ketebalan  yang  relatif  kecil  tipis  sehingga  untuk  menambah ketebalannya  perlu  dilakukan  usaha  laminasi.  Kemajuan  dalam  teknologi  perekatan
yang  ada  saat  ini  dapat  mengatasi  keterbatasan  bentuk  dan  dimensi  bambu  sebagai bahan kayu pertukangan. Dengan menggunakan perekat tertentu, bambu yang bentuk
aslinya  bulat  dan  berlubang  dapat  diolah  menjadi  produk  perekatan  bambu  dengan dimensi dan kualitas yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Penelitian  mengenai  pengembangan  papan  bambu  komposit  sudah  banyak dilakukan  oleh  beberapa  peneliti  dengan  perbedaan  antara  lain  jenis  bambu  yang
digunakan,  bentuk  elemen  penyusun,  jumlah  dan  arah  lapisan,  perlakuan pendahuluan,  jenis  perekat  dan  berat  labur  perekat  serta  kondisi  pengempaan  yang
diterapkan  dalam  pembuatan  papan  bambu  komposit.  Penelitian  mengenai  papan bambu  komposit  yang  dibuat  dari  zephyr  mat    bambu  moso  Phyllostachys
pubescens  menggunakan  perekat  berbasis  resorsinol  telah  dilakukan  oleh  Nugroho dan  Ando  2001.  Penelitian  pengembangan  papan  bambu  komposit  sebagai
substitusi kayu dengan elemen penyusun berupa  untai atau  strand dan bilah bambu juga  telah  dilakukan  oleh  beberapa  peneliti  Lee  dan  Liu  2003,  Sulastiningsih  et  al.
2005,  Rittironk  dan  Elnieiri  2008,  Correal  dan  Lopez  2008,  Sulastiningsih  dan Nurwati 2009, Correal  dan Ramirez 2010, Mahdavi  et  al. 2011, Ahmad dan Kamke
2011, Sulastiningsih et al. 2012.
Pabrik  bambu  komposit  yang  ada  di  Indonesia  saat  ini  hanya  memanfaatkan bambu  betung  Dendrocalamus  asper  sebagai  bahan  bakunya.  Produk  bambu
komposit  dari  jenis  bambu  lain  seperti  bambu  andong  Gigantochloa pseudoarundinacea masih harus dikembangkan  di berbagai tempat khususnya  yang
memiliki potensi tanaman bambu cukup besar. Di samping itu papan bambu komposit yang ada saat ini masih perlu ditingkatkan kualitasnya agar diperoleh produk bambu
komposit  baru  yang  berkualitas  tinggi  dan  sesuai  dengan  tujuan  penggunaannya. Papan  laminasi  bersilang  dari  bambu  andong  merupakan  salah  satu  produk  bambu
komposit yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kualitas produk komposit  seperti  papan  bambu  komposit  dipengaruhi  oleh  banyak  faktor  antara  lain
sifat  bahan  yang  direkat  jenis  bambu,  bentuk  elemen  penyusunnya,  jenis  perekat, komposisi  dan  berat  labur  perekat  yang  digunakan,  komposisi  arah  lapisan  serta
kondisi  pengempaan  yang  diterapkan  dalam  proses  pembuatannya.  Papan  laminasi