66 Pada Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa nilai kehilangan berat papan bambu
komposit kontrol dan PBK diawetkan akibat serangan rayap tanah berkisar antara 23.11
– 23.93, dan berkisar antara 8.05 – 9.75. Kehilangan berat terendah terjadi pada papan bambu komposit diawetkan yang dibuat dengan berat labur perekat 300 g
m
-2
dan lama waktu pengempaan 60 menit, sedangkan kehilangan berat tertinggi untuk papan bambu komposit yang diawetkan terjadi pada papan bambu komposit
yang dibuat dengan berat labur perekat 200 g m
-2
dan lama waktu pengempaan 30 menit.
Dibandingkan dengan klasifikasi ketahanan menurut Standar Nasional Indonesia SNI 01.7207-2006 mengenai uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap
organisme perusak kayu BSN 2006, maka semua papan bambu komposit yang diawetkan dan dibuat dengan berbagai kombinasi perlakuan berat labur perekat dan
waktu kempa memiliki kelas ketahanan III terhadap serangan rayap tanah karena nilai kehilangan beratnya kurang dari 10.96 dan termasuk cukup tahan. Sedangkan PBK
yang tidak diawetkan memiliki kelas ketahanan V. Pada Tabel 5.7 dapat dilihat juga bahwa pengawetan bilah bambu dengan larutan boron 7 sudah cukup efektif
menahan serangan rayap tanah yang ditunjukkan oleh nilai mortalitas rayap tanah yang sudah mencapai maksimal 100.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa papan bambu komposit tiga lapis yang dibuat dari bilah bambu andong yang sudah diawetkan atau diputihkan dan
direkat dengan tanin resorsinol formaldehida TRF, berat labur 170 g m
-2
, dikempa dingin selama 4 jam, memiliki kelas ketahanan III terhadap serangan rayap tanah,
sedangkan papan bambu komposit yang tidak diawetkan memiliki kelas ketahanan IV Sulastiningsih dan Jasni 2012. Berdasarkan informasi tersebut dapat dikemukakan
bahwa papan bambu komposit yang dibuat dari bilah bambu andong tanpa diawetkan dan direkat dengan perekat TRF memiliki kelas ketahanan lebih tinggi kelas IV
dibanding dengan papan bambu komposit yaag dibuat dari bilah bambu andong tanpa diawetkan dan direkat dengan perekat isosianat kelas V. Hal ini terjadi karena
komponen perekat tanin resorsinol formaldehida semuanya bersifat racun sehingga lebih tahan terhadap serangan rayap tanah. Di samping itu kekentalan perekat TRF
lebih rendah 2 poise dibanding perekat isosianat 9 poise dan waktu kempa yang diterapkan lebih lama sehingga penetrasi perekat TRF masuk lebih dalam pada bilah
bambu. Persyaratan keawetan kayu untuk mebel menurut Standar Nasional Indonesia SNI 01-0608-1989 adalah minimum kelas awet III.
5.3.5
Kadar Emisi Formaldehida Papan Bambu Komposit
Hasil pengujian kadar emisi formaldehida papan bambu komposit yang dibuat dengan variasi kombinsi perlakuan berat labur perekat dan waktu kempa disajikan
pada Tabel 5.8 yang merupakan angka rata-rata dari 4 ulangan. Berdasarkan data pada Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa papan bambu komposit yang dibuat dengan
perekat isosianat tidak melepaskan emisi formaldehida yang ditunjukkan oleh hasil pengujian nilai kandungan formaldehida dalam larutan contoh uji papan bambu
komposit 0 mgL. Dibandingkan dengan persyaratan kadar emisi formaldehida kayu
67 lamina menurut Standar Jepang, maka papan bambu komposit hasil penelitian ini
semuanya setara dengan kelas mutu bintang 4 F .
Tabel 5.8 Kadar emisi formaldehida papan bambu komposit erat labur perekat
Kadar emisi formaldehida mgL 30 menit B1
45 menit B2 60 menit B3
200 g m
-2
A1 250 g m
-2
A2 300 g m
-2
A3
5.4 Simpulan
Papan bambu komposit dari bambu andong yang dibuat menggunakan perekat isosianat dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa memiliki nilai rata-rata
kadar air 10.8 , kerapatan 0.76 g cm
-3
, kualitas perekatan sangat baik keteguhan rekat lebih dari 55 kg cm
-2
dan kerusakan bambu lebih dari 70, serta kestabilan dimensi yang cukup baik pengembangan tebal dan pengembangan lebar rata-rata
berturut-turut 4.19 dan 2.49. Papan bambu komposit dari bambu andong yang dibuat menggunakan perekat
isosianat dengan variasi berat labur perekat dan waktu kempa memiliki sifat mekanis yang cukup tinggi yaitu keteguhan lentur MOR rata-rata 1031.3 kg cm
-2
867.4 –
1193 kg cm
-2
setara dengan kayu kelas kuat II hingga I, dan keteguhan tekan rata- rata 702.8 kg cm
-2
atau setara dengan kayu kelas kuat I.
Sifat kekerasan sisi 585 kg cm
-2
dan kekerasan garis rekat 511 kg cm
-2
papan bambu komposit hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan sifat kekerasan sisi kayu jati 428 kg cm
-2
, sehingga sangat baik digunakan sebagai bahan untuk lantai. Papan bambu komposit hasil penelitian ini yang dibuat dari bilah
bambu andong yang sudah diawetkan dengan larutan boron 7 memiliki kelas ketahanan III terhadap serangan rayap tanah dan memenuhi persyaratan keawetan
kayu untuk mebel.
Penggunaan perekat isosianat dalam pembuatan papan bambu komposit menghasilkan bahan yang aman terhadap lingkungan karena tidak terjadi emisi
formaldehida dan bahan tersebut memiliki kelas mutu F. Kombinasi perlakuan berat labur perekat 250 g m
-2
dan waktu kempa 45 menit merupakan kondisi terbaik dalam pembuatan papan bambu komposit dari bilah bambu andong yang dibuat
dengan proses pengempaan dingin atau dalam suhu ruangan dan menggunakan perekat isosianat. Papan bambu komposit hasil penelitian ini memiliki sifat fisis dan
mekanis yang baik serta tampilan permukaan yang unik dan bersifat fancy dengan adanya buku pada bilah penyusun papan bambu komposit.
68
6 PENGARUH KOMPOSISI ARAH LAPISAN TERHADAP
SIFAT PAPAN BAMBU KOMPOSIT
6.1 Pendahuluan
Sebagai substitusi kayu pertukangan, papan bambu komposit berupa produk laminasi yang semua elemen penyusunnya direkat dengan arah sejajar serat memiliki
kecenderungan melengkung atau tidak datar untuk produk yang memiliki ukuran relatif lebar dan panjang sehingga menyulitkan dalam penggunaannya. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka dalam pembuatan papan bambu komposit perlu diatur komposisi arah lapisan penyusunnya. Di samping itu bilah bambu sebagai
bahan dasar penyusun papan bambu komposit memiliki kekuatan yang tinggi serta bersifat fancy karena memiliki corak penampilan serat yang bagus dan unik dengan
adanya buku pada bilah tersebut. Oleh karena itu lapisan bambu yang bernilai tinggi tersebut harus ditempatkan pada lapisan luar lapisan atas dan lapisan bawah dengan
permukaan dekat kulit sebagai permukaan yang diekspose yaitu sebagai muka depan face dan muka belakang back. Berdasarkan hal tersebut, perlu dikembangkan
papan bambu komposit berupa papan laminasi bersilang dengan berbagai komposisi arah lapisan tergantung dari banyaknya lapisan penyusunnya, sehingga diperoleh
papan bambu komposit dengan kualitas yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi arah lapisan serta kombinasi muka yang direkat antara lapisan luar dengan lapisan didekatnya
terhadap sifat fisis dan mekanis papan bambu komposit yang dihasilkan.
6.2 Bahan dan Metode 6.2.1 Bahan
Bambu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu andong Gigantochloa pseudoarundinacea sebanyak 25 batang berumur sekitar 4 tahun dan
diperoleh dari tanaman bambu rakyat di Sukabumi Jawa Barat. Diameter bagian pangkal batang bambu berkisar antara 10.2
– 13.8 cm. Perekat yang digunakan adalah isosianat dua komponen Water based polymer-isocyanate, WBPI untuk kempa
dingin, kekentalan perekat 9 poise, pH 7 dan kadar padat 43.4. Bahan pengawet yang digunakan adalah larutan boron boraks dan asam borat.
6.2.2 Metode 6.2.2.1 Pembuatan Bilah Bambu
Bambu yang digunakan untuk penelitian dipotong bagian pangkalnya sepanjang
50 cm untuk menghilangkan bagian batang bambu dengan ruas yang tidak beraturan. Setelah dipotong bagian pangkalnya. batang bambu tersebut
dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan panjang 1.25 m. Bambu
kemudian dibelah dengan bagian ujung bagian yang diameternya lebih kecil sebagai