Simpulan Pengembangan Papan Laminasi Bersilang Dari Bambu Andong

24 Bambu andong memiliki panjang batang berkisar antara 9.71 – 13.08 m, diameter pangkal rata-rata 11 cm, diameter ujung antara 7.05 – 8.75 cm dengan rata-rata 7.93 cm, panjang ruas antara 33.2 – 56.9 cm dengan rata-rata 46.7 cm, jumlah ruas per batang antara 21 – 25 ruas, tebal dinding bagian pangkal batang antara 15.74 – 24.10 mm dengan rata-rata 19.45 mm dan tebal dinding bagian ujung batang antara 6.15 – 9.89 mm dengan rata-rata 8.22 mm. Bambu andong yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kadar air basah rata-rata 81.6 basah dan 10.5 kering udara, kerapatan rata-rata 0.72 gcm -3 buku dan 0.68 gcm -3 ruas. Kerapatan bambu andong meningkat dari bagian pangkal batang bambu ke bagian ujung batang bambu. Penyusutan bilah bambu andong dari kondisi basah ke kering udara sebesar 6.31 lebar dan 5.40 tebal, sedangkan penyusutan dari kondisi kering udara ke kering oven adalah 4.46 lebar dan 3.22 tebal. Bambu andong memiliki kestabilan dimensi yang cukup baik yang ditunjukkan oleh perubahan dimensi pada arah lebar tidak berbeda jauh dengan perubahan dimensi pada arah tebal. Bilah bambu andong memiliki nilai rata-rata MOR dan MOE masing-masing sebesar 1 277 kg cm -2 dan 200.9 10 3 kg cm -2 , keteguhan tarik 1 437.5 kg cm -2 buku dan 3 009.3 kg cm -2 ruas, keteguhan tekan rata-rata 763.1 kg cm -2 buku dan 647.5 kg cm -2 ruas. Keteguhan lentur MOR dan MOE dan keteguhan tarik bambu andong pada bagian ruas lebih tinggi dibanding dengan keteguhan lentur dan keteguhan tarik pada bagian berbuku. Sedangkan keteguhan tekan bambu andong pada bagian buku jauh lebih tinggi dibanding dengan keteguhan tekan pada bagian ruas. Secara keseluruhan sifat mekanis bambu andong meningkat dari bagian pangkal batang bambu ke arah ujung batang bambu. 25 3 RESPON BAMBU ANDONG Gigantochloa pseudoarundinacea TERHADAP PEREKAT ISOSIANAT

3.1 Pendahuluan

Bambu komposit adalah suatu produk yang diperoleh dengan jalan menggabungkan beberapa elemen bambu dengan menggunakan perekat. Macam produk bambu komposit tergantung dari jenis perekat dan bentuk elemen bambu yang digunakan. Penerapan teknologi perekatan yang sudah maju dalam pembuatan bambu komposit dapat menghasilkan berbagai macam produk dengan berbagai macam ukuran dan penampilan. Produk tersebut dapat dibuat dengan kualitas tinggi, penampilan yang sangat bagus dan bervariasi serta memberikan pilihan motif penampilan yang berbeda dibanding motif penampilan kayu dan memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam produk komposit perekat merupakan bahan yang sangat penting karena menentukan kualitas produk hasil rekatannya. Oleh karena itu dalam kegiatan pengembangan papan bambu komposit dengan menggunakan jenis bambu dan perekat tertentu, perlu dianalisis kesesuaiannya untuk mendapatkan hasil rekatan yang berkualitas tinggi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian respon atau kesesuaian bambu andong G. pseudoarundinacea terhadap perekat isosianat Water based polymer-isocyanate, WBPI yang merupakan komponen utama dalam pembuatan papan bambu komposit.

3.2 Bahan dan Metode

3.2.1 Bahan

Bambu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu andong G. pseudoarundinacea sebanyak 10 batang berumur sekitar 4 tahun dengan diameter bagian pangkal berkisar antara 10.3 – 13.2 cm dan diperoleh dari tanaman bambu rakyat di Sukabumi Jawa Barat. Perekat yang digunakan adalah isosianat dua komponen Water based polymer-isocyanate, WBPI untuk kempa dingin, dengan spesifikasi: wujud berupa resin emulsi putih, kadar padat 43 ± 3, pH 7.0 ± 1.0 dan crosslinker berupa cairan berwarna coklat hitam dengan kekentalan 1.5 ± 0.2 poise, sedangkan bahan pengawet yang digunakan adalah larutan boron boraks dan asam borat. 3.2.2 Metode 3.2.2.1 Pembuatan Bilah Bambu Bambu andong yang digunakan untuk penelitian dipotong bagian pangkalnya sepanjang  50 cm untuk menghilangkan bagian batang bambu dengan ruas yang tidak beraturan. Setelah dipotong bagian pangkalnya, batang bambu tersebut dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan panjang  1,25 m. Bambu yang digunakan untuk penelitian diambil dari bagian pangkal A 1 , tengah A 2 dan ujung batang A 3 masing-masing 2 potong. Bambu kemudian dibelah dengan bagian ujung 26 bagian yang diameternya lebih kecil sebagai acuan lintasan pembelahan dengan menggunakan alat belah bambu. Bilah bambu hasil pembelahan selanjutnya diserut pada bagian atas dan bawah untuk mendapatkan permukaan bilah yang rata. Bilah bambu yang telah diserut kedua permukaannya sebagian diawetkan dengan larutan boron 7 dengan cara rendaman dingin selama 2 jam kemudian dikeringkan dengan sinar matahari hingga kadar airnya mencapai  12 dan bilah yang tidak diawetkan langsung dikeringkan dengan sinar matahari hingga kadar airnya ± 12. Bambu yang sudah kering kemudian dipotong lagi untuk mendapatkan ukuran panjang 30 cm kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50ºC selama  24 jam hingga kadar airnya mencapai  10. 3.2.2.2 Pembuatan Contoh Uji Keteguhan Rekat Respon bambu andong terhadap perekat isosianat dipelajari dari nilai keteguhan rekat laminasi bambu dengan menggunakan uji geser blok atau uji geser tekan. Contoh uji keteguhan rekat dibuat dari bagian pangkal A 1 , tengah A 2 dan ujung batang A 3 serta dibedakan antara bilah yang tidak diawetkan B1 dan yang diawetkan B2. Di samping itu dibedakan juga kombinasi bagian permukaan yang direkat yaitu antara muka dalam dengan muka luar C 1 , antara muka dalam dengan muka dalam C 2 , dan antara muka luar dengan muka luar C3. Kombinasi muka bilah yang direkat disajikan dalam Gambar 3.1. Contoh uji keteguhan rekat laminasi bambu dibuat dengan merekatkan dua bilah bambu sejajar serat dengan ukuran masing-masing bilah yaitu panjang  30 cm, lebar  2,5 cm dan tebal tergantung tebal bilah yang digunakan. Masing-masing bilah bambu yang telah dipersiapkan sesuai dengan perlakuan yang diberikan kemudian dilaburi perekat isosianat dengan berat labur 250 g m -2 permukaan, kemudian dikempa pada suhu kamar selama 1 jam. Banyaknya ulangan 5 buah. C1 C2 C3 C1 = Perekatan antara muka dalam dengan muka luar ; C2 = Perekatan antara muka dalam dengan muka dalam; C3 = Perekatan antara muka luar dengan muka luar Gambar 3.1 Kombinasi muka bilah yang direkat

3.2.2.3 Pengujian Keteguhan Rekat Uji Geser Tekan

Pembuatan contoh uji untuk pengujian keteguhan rekat keteguhan geser blok dilakukan minimal 7 hari setelah perekatan bilah bambu. Untuk masing-masing