BAB VII PENYELENGGARAAN PROGRAM PLTMH DESA CINTA MEKAR
Pada bab ini akan diuraikan proses pembangunan PLTMH yang terdiri dari beberapa tahapan. Dimulai dengan latar belakang adanya program PLTMH,
aspek-aspek yang menyertai konsep pembangunan PLTMH, kemudian dilanjutkan dengan tahapan program seperti tahap perencanaan, pelaksanaan serta
pemanfaatan program.
7.1 Latar Belakang Program PLTMH
Dihadapkan pada fakta dimana sekitar 100 juta penduduk Indonesia, khususnya di perdesaan, belum menerima aliran listrik, sementara di pihak lain
terdapat potensi sumber daya alam yang cukup besar untuk menghasilkan pembangkit tenaga air skala mikro, Yayasan IBEKA dan PT HIBS bekerjasama
dengan UNESCAP dalam membangun pembangkit listrik skala kecil untuk masyarakat miskin perdesaan melalui konsep kemitraan swasta untuk masyarakat
miskin yang dikenal dengan konsep Pro Poor Public Private Partnership5P. Konsep tersebut sebelumnya tahun 1998 telah lama dipikirkan oleh
Iskandar Kuntoadji PT HIBS yang diistilahkan dengan konsep “profit sharing risk taking
”. Gagasan dibalik konsep ini adalah bahwa dalam pelaksanaan programproyek pembangunan, masyarakat mendapatkan bagian dari investasi
pendanaan atau hasil program. Selama ini pemerintah kurang memperhatikan hal tersebut, bahkan cenderung menyingkirkan masyarakat lokal dari sumberdaya
lokal sebagai aset program. Menurut Kuntoadji, seharusnya investor sebagai
pemilik modal ‘bersimbiosis mutualis’ dengan masyarakat sebagai pemilik sumberdaya resources, sehingga hasil pembangunan seharusnya
menguntungkan kedua belah pihak. Selanjutnya, pada tahun 2002 konsep tersebut berubah nama menjadi public private partnership. Konsep tersebut diusulkan Tri
Mumpuni Yayasan IBEKA ke forum internasional dalam bentuk program PLTMH dan mendapat perhatian dari UNESCAP Usulan Tri Mumpuni
meyakinkan UNESCAP, sehingga lembaga PBB tersebut bersedia menghibahkan dana sebesar U 75.000 untuk aplikasi PLTMH yang dikembangkan melalui
konsep kemitraan swasta untuk masyarakat miskin. Berdasar prinsip 5P tersebut terciptalah suatu model pengelolaan bersama PLTMH yang saling
menguntungkan melalui pendekatan kesejahteraan sosial masyarakat. Konsep ini pertama kali dicanangkan melalui pertemuan dunia World Summit on Sustainable
Development di Johannesburg tahun 2002.
Sesuai kesepakatan dengan pihak UNESCAP, dalam pelaksanaan program tersebut diharapkan bahwa pada bulan September 2003 telah ada sektor swasta
sebagai bagian dari pelaksana PLTMH. Dengan tenggat waktu yang pendek, akhirnya PT HIBS “dipaksa” menjadi pihak sektor swasta tersebut. Direktur PT
HIBS adalah Iskandar Kuntoadji yang notabene adalah suami dari Tri Mumpuni. Sementara Yayasan IBEKA menjadi lembaga swadaya masyarakat yang bertindak
sebagai fasilitator utama dalam mengembangkan kemitraan berbasis kerakyatan tersebut atau penghubung antara masyarakat dengan pihak yang berkepentingan
stakeholders.
7.2 Perencanaaan Program