7.2 Perencanaaan Program
7.2.1 Persiapan Masyarakat
Setelah matang pada tahap konseptual, program PLTMH dipandang telah siap untuk diterapkan di lapangan. Kegiatan ini diawali dengan forum pertemuan
antara pihak Yayasan IBEKA dan PT HIBS dengan masyarakat desa Cinta Mekar, yang dimaksudkan sebagai tahap sosialisasi awal untuk menginformasikan adanya
program PLTMH yang akan dibangun di desa tersebut. Dalam pertemuan tersebut Yayasan IBEKA mengundang tokoh-tokoh
masyarakat sebagai perwakilan dari setiap dusun yang ada di Desa Cinta Mekar. Menurut informan, karena mayoritas mereka berstatus pemimpin formal kepala
desa, kepala dusun, tokoh karang taruna, tokoh agama, serta guru, karenanya mayoritas undangan berjenis kelamin laki-laki. Namun demikian, terdapat seorang
perempuan Ibu Mrd yang mewakili suaminya yang berhalangan hadir dalam pertemuan tersebut; karena masih bekerja di sawah.
Dalam pertemuan tersebut pihak Yayasan IBEKA dan PT HIBS mengemukakan bahwa pembangunan PLTMH akan memanfaatkan air Sungai
Ciasem dengan cara membendungnya, sehingga mampu menghasilkan tenaga listrik. Oleh karena mayoritas besar warga desa berbudidaya padi di sawah
beririgasi teknis yang juga bersumber dari Sungai Ciasem, awalnya warga Desa Cinta Mekar tidak setuju dengan adanya program PLTMH, karena mereka
khawatir PLTMH akan mengganggu sistem pengairan bagi sawah mereka dan berdampak pada gagal panen. Namun demikian, setelah adanya penjelasan dari
pihak IBEKA dan PT HIBS serta bantuan dari aparat desa untuk menyakinkan warga, maka warga pun mau “berbagi air” untuk pembangunan PLTMH.
Setelah tahap sosialisasi awal, kemudian warga desa dipertemukan dengan para pemangku kepentingan seperti Perusahaan Listrik Negara PLN,
UNESCAP, dan PT HIBS untuk membicarakan kesepakatan teknis pembangunan PLTMH, antara lain berkenaan penetapan lokasi, jalan yang akan dilalui,
interkoneksi serta bangunan fisik. Seiring dengan berjalannya tahap sosialisasi program, IBEKA melakukan pendataan awal rumahtangga di Cinta Mekar yang
mencakup 420 rumahtangga. Metode yang digunakan berupa survei dengan menggunakan kuesioner rumahtangga. Pewawancaranya ialah masyarakat
setempat yang mengerti mengenai kuesioner tersebut dan ingin berpartisipasi. Untuk biaya pewawancara diberi uang insentif sebesar Rp.3.000,0 tiga ribu
rupiah per kuesioner. Dari data awal tersebut diketahui bahwa karakteristik rumahtangga berdasarkan pendapatan serta pengeluaran per bulan. Dari indikator
tersebut ditetapkan rumahtangga yang kurang mampu, yang kemudian diundang untuk berdiskusi kelompok terarah diskorah atau yang lebih dikenal warga
dengan istilah penggalian gagasan. Tujuan dari diskorah ini adalah menentukan tingkat kesejahteraan, permasalahan yang dihadapi mereka serta upaya
penanggulangannya. Selain itu, dalam diskusi ini disosialisasikan kembali program PLTMH.
Pada pelaksanaan diskorah tidak hanya dihadiri oleh laki-laki suami saja melainkan istri juga hadir. Istri menghadiri diskorah dikarenakan suami
berhalangan hadir, sehingga istri mewakili. Ada beberapa istri yang membawa anak mereka, karena usia yang masih balita. Dari diskorah ini didapat enam
permasalahan yakni: 1 kebutuhan listrik bagi warga miskin, 2 tingkat pengangguran yang tinggi, 3 kualitas sumberdaya manusia yang rendah, 4
status ekonomi yang rendah, 5 rendahnya infrastruktur desa, dan 6 rasa kekeluargaan yang kurang kesatuan dalam memecahkan permasalahan umum.
Dalam diskorah tersebut tergali informasi tentang harapan-harapan rumahtangga miskin untuk dapat mengatasi permasalahan lokal melalui program PLTMH.
Setelah adanya
sosialisasi program, diupayakan penguatan kelembagaan sosial dan ekonomi yang menjadi bagian dari penanggulangan permasalahan lokal
tersebut. Untuk itu diadakan musyawarah desa guna membentuk lembaga ekonomi pengelola keuangan hasil penjualan listrik, yang hasilnya berupa
kesepakatan untuk mendirikan Koperasi Mekarsari dengan segala atribut lembaga yang ditentukan oleh musyawarah desa yang didampingi oleh Yayasan IBEKA.
Selain itu, disepakati bahwa penguatan lembaga koperasi juga dilakukan oleh lembaga pemerintahan desa dalam bentuk upaya sosialisasi yang ditujukan untuk
memperlancar pembangunan PLTMH.
7.2.2 Pembentukan Kapasitas dan Kepemilikan