berbentuk sarang atau mulai dari lingkaran kecil hingga lingkaran luar yang besar. Pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, etnis, orang di
luar komunitas, kemanfaatan serta gender Uphoff, 1986.
2.1.2 Pengertian dan Peranan Gender
Para ahli gender sependapat bahwa istilah seks jenis kelamin adalah penandaan berdasar biologis, karenanya diklasifikasikan berdasar karakteristik
biologis. Masyarakat kita menggunakan kualitas biologis dan genetik untuk menentukan apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan. Penandaan tersebut
biasanya didasarkan pada genital eksternal dan organ-organ seks internal. Sebagaimana dikemukakan oleh Wood 2001 dalam Mugniesyah 2004 jenis
kelamin itu sendiri ditentukan oleh kromosom yang memprogram bagaimana suatu janin berkembang. Dari 23 kromosom yang menentukan perkembangan
manusia, hanya satu pasangan yang menentukan jenis kelamin. Pasangan tersebut selalu terdiri dari X, yang bisa memiliki atau tidak memiliki kromosom Y.
Kromosom XX biasanya menghasilkan jenis kelamin perempuan, dan kromosom XY biasanya menghasilkan jenis kelamin laki-laki. Berbeda dari konsep seks atau
jenis kelamin, gender diperoleh individu melalui proses interaksi dalam dunia sosial. Banyak ahli mengemukakan bahwa gender itu dikonstruksikan, karena
gender bukanlah suatu fakta alamiah, akan tetapi mengambil bentuk kongkrit yang secara historis mengubah hubungan sosial.
Sebagaimana dikutip dalam Mugniesyah 2005, terdapat sejumlah definisi gender yang dikemukakan oleh lembaga, ahli atau peminat studi
perempuangender. Diantaranya konsep gender diartikan sebagai suatu konstruksi
sosial yang bervariasi lintas budaya, berubah sejalan perjalanan waktu dalam suatu kebudayaan tertentu dan bersifat relasional, karena feminitas dan
maskulinitas memperoleh maknanya dari fakta dimana masyarakatlah yang menjadikan mereka berbeda Wood, 2001. Sehubungan dengan itu, unsur-unsur
kebudayaan yang didalamnya mencakup adat, aturan, dan harapan untuk berperilaku, menjadi sumber kekuasaan yang mempengaruhi persepsi tentang
gender. Ini berarti gender bukan jenis kelamin. Gender juga bukan perempuan. Gender dikonstruksikan secara sosial-budaya. Dengan demikian, gender itu
dibentuk, sementara seks itu diberikan gender must be enacted, while sex is assigned
. Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender gender inequality. Ketidakadilan gender
merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum laki-laki dan atau perempuan menjadi korban dari sistem tersebut Fakih, 1996.
Moser 1993 dalam Mugniesyah 2004 mengemukakan bahwa dalam perencanaan pembangunan dapat dibedakan dua tujuan pembangunan yakni
pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender practical and strategical gender needs
. Kebutuhan praktis gender mencakup kebutuhan-kebutuhan perempuan yang diidentifikasi dari peranan perempuan secara sosial dalam
masyarakatnya. Kebutuhan praktis gender tidak menantang pembagian kerja gender atau posisi subordinasi pembagian kerja perempuan dalam masyarakatnya.
Kebutuhan praktis gender merupakan respon terhadap kepentingan yang bersifat segera, diidentifikasi sebagai dalam suatu konteks khusus, bersifat praktis dan
sering berkenaan dengan ketidaklayakan kondisi hidup, seperti ketersediaan air, kesehatan dan ketenagakerjaan. Dengan perkataan lain, pemenuhan kebutuhan
praktis gender adalah pemenuhan terhadap kebutuhan yang segera dapat meringankan beban kehidupan perempuan, namun tidak menyinggung masalah
ketimpangan yang ada antara laki-laki dan perempuan sebagai akibat pembagian kerja seksual yang mengakar dalam masyarakat.
Kebutuhan strategis gender adalah kebutuhan-kebutuhan perempuan yang disebabkan oleh adanya subordinasi posisi perempuan terhadap laki-laki dalam
masyarakat. Kebutuhan ini juga beragam tergantung konteksnya, tetapi umumnya berhubungan dengan kemampuan kerja, kekuasaan, kontrol dan bisa berupa isu-
isu Hak Asasi Manusia HAM, tindak kekerasan terhadap perempuan, upah yang sama untuk pekerjaan dan waktu yang sama serta kontrol perempuan terhadap
tubuh mereka sendiri. Pemenuhan kebutuhan strategis gender akan membantu perempuan kepada pencapaian keadilan dan kesetaraan gender. Diakui bahwa
kebutuhan strategis gender merupakan kebutuhan jangka panjang yang berupaya menghilangkan ketimpangan antara perempuan dan laki-laki di dalam dan di luar
rumahtangga serta menjamin hak dan peluang perempuan untuk mengungkapkan kebutuhan mereka seperti undang-undang persamaan hak, persamaan upah untuk
pekerjaan yang sama.
2.1.3 Pengertian Program dan Evaluasi Program