Modal Usaha Pembangunan Infrastuktur Desa Biaya Operasional Desa dan Biaya Operasional Koperasi

7.4.3 Pendidikan

Program pendidikan berupa pemberian beasiswa untuk tingkat Sekolah Dasar SD dan Sekolah Menengah Pertama SMP. Besarnya bantuan program beasiswa yaitu untuk SD sebesar Rp.30.000,0 tiga puluh ribu rupiah dan Rp.60.000,0 enam puluh ribu rupiah untuk beasiswa SMP. Beasiswa ini dibayarkan tiap tiga bulan sekali, sehingga setahun hanya ada empat kali pemberian beasiswa. Pemberian beasiswa ini bergilir, sehingga tidak ada anggota rumahtangga usia SD dan SMP yang mendapat beasiswa dua kali. Beasiswa yang didapat biasanya digunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan sekolah. “Uangnya itu untuk membeli peralatan sekolah, seperti buku tulis, tas, atau sepatu, supaya anak tidak menangis” Ups, 50tahun Pemanfaat program ini adalah anggota rumahtangga usia SD dan SMP baik laki- laki dan perempuan. Diakui dari beberapa responden bahwa beasiswa pendidikan sangat membantu memperlancar kegiatan belajar anak-anak mereka.

7.4.4 Modal Usaha

Bantuan modal usaha berupa simpan pinjam untuk modal berusaha. Syarat bagi anggota rumahtangga yang ingin meminjam adalah harus menjadi anggota koperasi. Saat ini ada 90 anggota yang ikut simpan pinjam. Mayoritas berjenis kelamin laki-laki suami. Besarnya pinjaman pun beragam antara Rp.50.000,0 lima puluh ribu rupiah hingga Rp.1.000.000,0 satu juta rupiah. “Dulu teh kurang modal, warung rek bangkrut. untung aya simpan pinjam, jadi dilanjutkeun deui, meser deui daganganna ka pasar atawa ka mobil nu nguriling” Ai, 30tahun Sistem pengembaliannya bisa perminggu atau perbulan. Bunga pengembalian pinjaman sebesar 2 persen. Ada kendala dalam pengembalian pinjaman, beberapa warga enggan untuk mengembalikan pinjaman tepat waktu. Ada saja alasan untuk menghindar. Jika sudah dua bulan tidak, menyicil maka akan didatangi ke rumahnya. Namun demikian, dapat dikatakan koperasi ini berjalan dengan baik. Adanya simpan pinjam pun memberi keuntungan bagi penjual lotek sehingga dapat menambah modal untuk berjualan. “Abdi mah nuhunkeun aya simpan pinjam, nu nginjeumkeun artos pikeun modal dagang” Mak Inh, 50tahun Pemanfaat program ini berupa anggota rumahtangga yang menjadi anggota koperasi, baik laki-laki maupun perempuan. Tidak ada perbedaan dalam hal akses untuk meminjam. Jumlah pinjaman tergantung kemampuan pengembalian uang pinjaman. Sikap dan perilaku dalam masyarakat menjadi pertimbangan bendahara untuk memberikan pinjaman.

7.4.5 Pembangunan Infrastuktur Desa

Pembangunan infrastruktur desa sampai saat ini belum terealisasikan. Rencana awal, dana yang dialokasikan akan digunakan untuk air bersih di dusun empat. Untuk merealisasikannya diperlukan waktu yang tidak sedikit serta biaya yang sangat besar. Akhirnya dana untuk pembangunan infrastruktur desa disimpan dalam bentuk tabungan yang jumlahnya sekitar Rp.6.000.000,0 enam juta rupiah.

7.4.6 Biaya Operasional Desa dan Biaya Operasional Koperasi

Untuk biaya operasional desa diberikan kepada aparat desa yang sepenuhnya digunakan untuk keperluan operasional desa. Pembayaran dilakukan pertiga bulan sekali. Dana program dipergunakan untuk biaya administrasi kantor antara lain pembelian ATK, serta keperluan kantor lainnya. Biaya operasional koperasi digunakan untuk administrasi koperasi, penyediaan ATK, dan keperluan-keperluan kegiatan koperasi. Dana ini dipergunakan juga untuk membayar pengurus harian serta membayar Badan Pengawas yaitu sebesar Rp.150.000,0 seratus lima puluh ribu rupiah yang dibayarkan per tiga bulan. 7.5 Kerangka Pemberdayaan 7.5.1 Level Kesetaraan Mengacu kepada konsep Moser mengenai pemenuhan kebutuhan yang dicapai melalui pembangunan, di bawah ini dijelaskan apa yang mampu diwujudkan oleh program PLTMH Desa Cinta Mekar. Kebutuhan praktis gender mencakup kebutuhan perempuan yang diidentifikasi dari peranan perempuan secara sosial dalam masyarakat. Melalui program PLTMH kebutuhan praktis yang dapat dipenuhi berupa listrik, bantuan kesehatan, simpan pinjam dan beasiswa. Keempat jenis bantuan ini segera dapat meringankan beban kehidupan dalam rumahtangga secara langsung tanpa menyinggung masalah ketimpangan antara laki-laki dan perempuan akibat pembagian kerja dalam masyarakat. Kebutuhan strategis yang terpenuhi dengan adanya program PLTMH ialah kedudukan perempuan dalam kelembagaan masyarakat. Dalam Koperasi Mekarsari ada dua perempuan yang memiliki posisi yang sangat penting yakni bendahara dan pengelola program hasil dana penjualan listrik bidang usaha. Tanpa mereka operasional koperasi akan berjalan sangat lamban. Hal ini berhubungan pula dengan kemampuan kerja yang berhubungan dengan koperasi, misalnya kompetensi pengurus dalam bidang administrasi dan pembukuan yang dinilai oleh perwakilan Yayasan IBEKA serta musyawarah masyarakat Desa Cinta Mekar. Tingkatan proses pembangunan PLTMH diawali dengan tahap: 1 sosialisasi program, 2 peningkatan akses terhadap sumberdaya program, 3 peningkatan kontrol terhadap sumberdaya program, 4 partisipasi warga berupa peranserta aktif warga dalam pelaksanaan, dan 5 peningkatan kesejahteraan melalui program-program yang dikelola oleh koperasi. Dengan mengacu pada Kerangka Pemberdayaan Longwe, khususnya Level Kesetaraan, tampaknya Program PLTMH tidak menempuh jenjang kesetaraan sebagaimana dikemukakan Longwe. Hal ini disebabkan oleh berbedanya tahapan proses pembangunan yang dilakukan oleh PLTMH dengan yang dimaksud oleh Longwe. Seperti diketahui, program PLTMH dilaksanakan tidak dimulai dengan pemberian kesejahteraan akan tetapi dimulai dengan tahap sosialisasi program yang sebagaimana dijelaskan sebelumnya lebih mengutamakan pada identifikasi rumahtangga miskin yang akan dijadikan target program. Setelah itu memang program PLTMH ini dilakukan untuk meningkatkan akses rumahtangga miskin terhadap sumberdaya, khususnya listrik kesehatan, modal usaha, infrastruktur, dan biaya pendidikan. Namun demikian, proses pengalokasiannya tidak menggunakan perspektif gender, oleh karena menggunakan unit analisis rumahtangga. Meskipun, untuk hal-hal yang menyangkut akses sumberdaya tersebut, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya mengenai 11 rumahtangga RMKP, dan ada sejumlah 19 perempuan penerima beasiswa. Level pemberdayaan tahap ketiga sebagaimana dimaksudkan oleh Longwe juga tidak dilakukan oleh program PLTMH, oleh karena sejak semula proyek ini netral gender dan berbasis rumahtangga. Yang menarik, meskipun pada Longwe partisipasi aktif itu dianggap sebagai level kesetaraan tahap keempat, namun dalam program ini partisipasi aktif masyarakat laki-laki dan perempuan itu sudah ada, baik sejak tahap sosialisasi maupun dalam pelaksanaannya, sebagaimana tercermin dari adanya perempuan yang turut dalam tahap sosialisasi, kelembagaan koperasi dan sebagai target sasaran. Diakui bahwa perempuan yang berpartisipasi aktif jumlahnya sangat terbatas. Dalam hal level pemberdayaan berkenaan kontrol, dalam program PLTMH Desa Cinta Mekar pengambilan keputusan telah ada sejak tahap sosialisasi hingga pelaksanaan. Pengambilan keputusan ada jika rumahtangga telah akses terhadap tahapan program. Dengan perkataan lain, level kesetaraan belum terwujud sebagaimana dimaksud oleh Longwe.

7.5.2 Level Pengakuan Atas Isu Perempuan