Pemasangan Listrik bagi Orang Kurang Mampu

7.4 Pemanfaatan Program

7.4.1 Pemasangan Listrik bagi Orang Kurang Mampu

Dari pendataan awal diketahui ada 127 kepala keluarga kurang mampu yang rumahnya belum terpasangi listrik. Kemudian perwakilan dari rumahtangga kurang mampu tersebut diundang untuk menghadiri musyawarah desa guna mendapat bantuan pemasangan listrik. Undangan dibuat oleh Yayasan IBEKA dan para tokoh masyarakat setempat. Yang hadir dalam rapat mayoritas para suami, kalaupun ada perempuan, maka hanya mewakili suami yang berhalangan hadir karena kesibukan mereka. Dalam musyawarah tersebut dipertimbangkan kemampuan rumahtangga untuk membayar tagihan bulanan selanjutnya dan tingkat kategori rumahtangga miskin. Kategori rumahtangga miskin mempengaruhi tingkat bantuan yang didapat, semakin tinggi kategori atau status rumahtangga maka bantuan yang diterima akan lebih sedikit.. Adapun tingkat bantuan pemasangan listrik bagi rumahtangga miskin dibedakan ke dalam empat kategori, yakni: 1. Mendapat hibah 100 , jika termasuk Rumahtangga MiskinI 2. Membayar 25 , jika termasuk Rumahtangga Miskin II 3. Membayar 50, jika termasuk Rumahtangga Miskin III dan 4. Membayar 75, jika termasuk Rumahtangga Miskin IV. Proses pemasangan listrik dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap awal dipasang untuk sebanyak 127 rumahtangga dan tahap kedua sebanyak 29 rumahtangga. Daya yang terpasang pada setiap rumahtangga sebesar 450 W. Pada pemasangan tahap pertama, tarif pemasangan dari PLN sebesar Rp.500.000,0 lima ratus ribu rupiah, sedang untuk pemasangan tahap kedua sebesar Rp.750.000,0 tujuh ratus lima puluh ribu rupiah , atau lebih mahal karena rentang waktu dengan tahap pertama jauh, sehingga tarif telah naik. Selain itu, juga dikarenakan terbatasnya dana untuk pemasangan atau operasional listrik. Untuk menutup kekurangan biaya pada pemasangan tahap pertama pada bulan April 2004 koperasi meminjam dana ke Bank Rakyat Indonesia BRI sebesar 60 juta rupiah, yang harus dilunasi pada Desember 2007. Pada akhir tahun 2007 telah terpasang listrik pada 156 rumahtangga, yang berarti melebihi target awal pemasangan semua 122 KK rumahtangga. Pembayaran tagihan listrik bulanan rata-rata yang dibayar per rumahtangga sebesar antara Rp.25.000,0 dua puluh lima ribu rupiah hingga Rp.30.000,0 tiga puluh ribu rupiah. Pemanfaatan listrik digunakan untuk keperluan seluruh anggota rumahtangga, baik anggota rumahtangga laki-laki dan perempuan, khususnya untuk penerangan, belajar, maupun membantu pekerjaan rumahtangga. Dengan adanya pemasangan listrik di desa, salah seorang kepala rumahtangga bekerja ke luar kota untuk mencari nafkah, tanpa harus mengkhawatirkan istri dan anak- anaknya, karena sudah ada listrik. Listrik pun membantu kegiatan anggota rumahtangga lainnya seperti yang diakui oleh salah seorang responden. “Ya seneng Neng, dulu mah gelap sebelum ada listrik, sekarang jadi terang, enak” Uce, 28tahun “Anak-anak bisa belajar, bisa nonton tv, masak bisa pake “rice cooker”, kitanya gak cape” Ela, 38tahun Terjadi perubahan kepemilikan barang elektronik seperti televisi dan rice cooker, tetapi jumlahnya hanya sedikit. Ada tujuh RMKL dari 89 RMKL yang mempunyai televisi sejak mendapat bantuan pemasangan listrik. Kepemilikan rice cooker hanya ditemui pada tiga rumahtangga responden RMKL. Bantuan pemasangan lstrik dimanfaatkan oleh seluruh anggota rumahtangga baik laki-laki dan perempuan.

7.4.2 Kesehatan