pihak yang berkepentingan mempunyai andil dalam pembangunan serta pengelolaan PLTMH ini. Adanya kegiatan pembangunan PLTMH dipandang
sebagai sebuah bentuk introduksi teknologi yang dapat membantu aktivitas sosial
ekonomi warga desa.
Menurut Kuntoadji 2007 selaku dewan pengurus di Yayasan IBEKA, pembangunan PLTMH Cinta Mekar menggunakan cara community partnership
berupa kegiatan sosial kemasyarakatan, yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan sosial tahap pertama atau biasa disebut dengan kegiatan persiapan
masyarakat dan pembentukan kapasitas dan keadilan dalam kepemilikan. Tahap pertama, meliputi dua kegiatan yaitu pencatatan data awal dan pembentukan
organisasi. Adapun pada tahap kedua meliputi empat kegiatan utama yaitu: pelatihan dan magang, peningkatan pendapatan, pembentukan wirausaha serta
pendidikan anak dan peningkatan peran remaja. Kegiatan pencatatan data awal dilakukan melalui diskusi pada tingkat lokal,
yang ditujukan untuk mengidentifikasi permasalahan serta alternatif pemecahan masalah tersebut. Dalam diskusi, teridentifikasi beberapa permasalahan yang
meliputi: tingginya kebutuhan listrik di kalangan warga miskin dan tingkat pengangguran, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, status ekonomi dan
infrastruktur desa, dan kurangnya rasa kekeluargaan kesatuan atau gotong royong dalam memecahkan permasalahan warga.
2.2 Kerangka Pemikiran
Secara umum, Studi Gender dalam Program PLTMH Bagi Rumahtangga Miskin Kasus PLTMH Desa Cinta Mekar, Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten
Subang, Jawa Barat ini mengacu kepada beragam konsep, pendekatan, dan teori- teori dalam bidang-bidang gender dan pembangunan, pendekatan pemberdayaan
masyarakat, evaluasi program dan sistem, serta beragam aspek berkenaan Program PLTMH sebagaimana dirancang oleh Yayasan IBEKA dan PT HIBS.
Sebagaimana diketahui Program PLTMH Desa Cinta Mekar terdiri dari tiga tahap yakni: perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil program.
Tahap perencanaan terdiri dari kegiatan pencatatan data awal, penetapan tujuan program, penetapan rencana kerja, penentuan prioritas dan aktivitas,
pengalokasian sumberdaya, diskusi untuk sosialisasi program dan pertemuan dengan pemangku kepentingan stakeholders. Tahap pelaksanaan program terdiri
dari kegiatan-kegiatan: pembangunan sarana fisik, gotong royong, dan pengelolaan organisasi. Adapun pada tahap pemanfaatan hasil program mencakup
aktivitas penggunaan atau alokasi dana hasil penjualan listrik bagi masyarakat desa, khususnya untuk: pemasangan sambungan listrik baru bagi rumahtangga
miskin, kegiatan produktif, pendidikan, kesehatan, modal usaha, pembangunan infrastruktur desa, biaya operasional koperasi Mekarsari selaku pengelola, biaya
operasional PLTMH, dan biaya operasional desa. Bentuk stimulan dalam program PLTMH Desa Cinta Mekar berupa
bantuan dana operasional untuk pembangunan PLTMH. Dana ini berasal dari hibah dari UNESCAP, pinjaman dari PT HIBS serta dari Yayasan IBEKA.
Dengan pertimbangan bahwa penyelenggaraan PLTMH Desa Cinta Mekar seharusnya responsif gender mampu mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender, dan mengacu pada pedoman TAG tersebut di atas, variabel-variabel tidak bebas atau variabel terpengaruh dependent variables pada studi gender dalam
PLTMH Desa Cinta Mekar ini meliputi empat variabel utama, yaitu: Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat yang diperoleh
anggota Rumahtangga Miskin Laki-laki dan Perempuan selanjutnya ditulis sebagai RMKL dan RMKP dari Program PMLTH. Lebih lanjut, karena studi ini
menelaah tiga tahapan dalam siklus program perencanaan, pelaksanaan dan keluaran atau manfaat, maka dua variabel pertama dirinci kembali ke dalam
beberapa variabel, sehingga dalam studi ini variabel tidak bebasnya meliputi delapan variabel yang meliputi: Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap
Perencanaan Program PLTMH Y1, Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH Y2, Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap
Pemanfaatan Hasil Program PLTMH Y3, Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Perencanaan Program PLTMH Y4, Tingkat Kontrol RMKL dan
RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH Y5, Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Pemanfaatan Hasil Program PLTMH Y6, Tingkat Partisipasi
RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH Y7, dan Tingkat
Manfaat yang diperoleh RMKL dan RMKP terhadap Hasil Program PLTMH
Y8.
Variabel-variabel terpengaruh tersebut di atas, diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel pengaruh atau variabel bebas independent variables dari
beberapa faktor yang mencakup: karakteristik sumberdaya pribadi dan rumahtangga, stimulan Program PLMTH, pendampingan dari fasilitator, dan
lingkungan. Pada karakteristik sumberdaya pribadi, dua variabel yang diduga
berpengaruh yaitu: Tingkat Pendidikan Formal X1 dan Status Bekerja X2;
sementara pada karakteristik sumberdaya rumahtangga meliputi: Tingkat
Kekayaan X3, Status Rumahtangga X4, dan Tingkat Kontrol dalam Rumahtangga X5. Pada faktor pendampingan fasilitator, variabel yang diduga
berpengaruh adalah Frekuensi Kunjungan Fasilitator X6, sementara pada faktor
stimulan program terdiri dari variabel-variabel: Jumlah Dana Program PLMTH
X7 dan Tingkat Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Rumahtangga Miskin
X8
. Adapun pada faktor lingkungan yang diduga berpengaruh adalah Tingkat
Dukungan dari Aparat Pemerintah Desa X9.
Selanjutnya, dengan menggunakan pendekatan Kerangka Pemberdayaan Longwe, berdasar semua pencapaian pada semua variabel tidak bebas yang
ditemukan dalam penelitian studi ini akan dianalisis Tingkat Kesetaraan levels of equality
dan Tingkat Pengakuan atas “isu-isu perempuan” level of recognition of ‘women’s issues’
yang diwujudkan melalui Program PLTMH Desa Cinta Mekar. Hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel tidak bebas
dalam penelitian ini selengkapnya disajikan pada Gambar 3.
Karakteristik Sumberdaya Pribadi
X1: Tingkat Pendidikan Formal X2: Status Bekerja
Karakteristik Sumberdaya
Rumahtangga
X3: Tingkat Kekayaan X4: Status Rumahtangga
X5: Tingkat Kontrol dalam
Rumahtangga
Gender dalam Program PLTMH Cinta Mekar
Y1: Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Perencanaan Program PLTMH
Y2: Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH
Y3: Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Pemanfaatan Hasil Program PLTMH
Y4: Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Perencanaan Program PLTMH
Y5: Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH
Y6: Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Pemanfaatan Hasil Program PLTMH
Y7:Tingkat Partisipasi RMKL dalam Pelaksanaan Program PLTMH
Y8: Tingkat Manfaat RMKL dan RMKP terhadap Hasil Program PLTMH
Stimulan Program PLTMH
X8: Jumlah Dana Program X9: Tingkat Kesesuaian
Progran terhadap Kebutuhan RMKL
RMKP
Pendampingan Fasilitator
X7: Frekuensi Kunjungan Fasilitator
Faktor Lingkungan
X9: Tingkat Dukungan dari Pemerintah
Kerangka Pemberdayaan Perempuan
• Level Kesetaraan
• Level Isu Perempuan
Keterangan: : Analisis kuantitatif
: Analisis kualitatif Gambar 3. Hubungan antar variabel dalam studi gender program PLTMH
2.3 Hipotesis Penelitian