struktur tanah dan daya menahan air tanah. Tanah yang paling sesuai untuk tanaman cabai merah hibirida adalah tanah bertekstur remah, gembur, tidak
terlalu liat, tidak terlalu porus serta kaya bahan organik. Tekstur tanah yang remah mempunyai tata udara yang baik, sehingga
unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Tanah yang mempunyai kemampuan menahan air tanah yang tinggi dibutuhkan oleh tanaman cabai
merah hibrida. Pupuk yang diberikan pada tanaman tidak mudah tercuci atau hilang karena kemampuan menahan air tanah yang baik Prajnanta, 2002.
Tingkat penggunaan pupuk kandang sudah sesuai dengan ketentuan, sehingga kandungan unsur hara tanah menjadi lebih baik. Fungsi pupuk kandang dan
tingkat penggunaan yang sesuai ketentuan tersebut, diduga menyebabkan pupuk tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap produksi cabai
merah. Pupuk kandang digunakan pada area rasional, karena nilai elastisitas
produksi parsial yang mempunyai nilai positif tetapi kurang dari satu. Pengaruh pupuk kandang ditunjukkan dengan elastisitas produksi parsial sebesar
0,38984. Elastisitas tersebut dapat diartikan bahwa perubahan sebesar 1 persen pada pupuk kandang yang digunakan, sementara semua faktor produksi yang
lain dipertahankan konstan, maka akan terjadi perubahan produksi sebesar 0,38984 persen.
7.2.2. Skala Usaha Cabang usahatani Cabai Merah di Lokasi Penelitian.
Skala usaha merupakan ukuran rasio persentase peningkatan keluaran dibanding persentase peningkatan masukan, jika semua masukan ditingkatkan
secara sebanding proporsional. Skala usaha
return to scale
merupakan respon dari produksi terhadap perubahan faktor produksi pada proporsi yang
tetap, sedemikian sehingga terjadi kenaikan produksi sepanjang garis faktor Nofialdi, 1997.
Hipotesis penelitian bahwa cabang usahatani mempunyai skala usaha RTS konstan dapat diuji secara statistik. Uji hipotesis dilakukan dengan
pendekatan secara langsung, yaitu dengan menggunakan restriksi kendala pada awal prosedur pendugaan model. Restriksi yang digunakan yaitu b
3
= 1 - b
1
- b
2
- b
4
- b
5
- b
6
- b
7
- b
8
, berdasarkan restriksi tersebut maka paremater penduga b
3
dapat dieliminasi dari model. Model restriksi secara lengkap disajikan dalam lampiran 3. Hal yang perlu ditekankan yaitu model tersebut hanya digunakan
pada uji skala usaha. Model III adalah model yang digunakan dalam analisis produksi cabang usahatani cabai merah.
Pendekatan uji F digunakan sebagai pendekatan uji skala usaha cabang usahatani cabai merah. Jumlah kuadrat regresi model tanpa restriksi
diperbandingkan dengan model restriksi dalam uji tersebut. Model tanpa restriksi mempunyai jumlah kuadrat regresi sebesar 1,19512 sedangkan model restriksi
sebesar 2,06757. Hasil pengujian skala usaha RTS cabang usahatani cabai merah dapat dilihat pada
Tabel 25. Perhitungan nilai F selengkapnya dapat disimak pada Lampiran 25.
Tabel 25. Hasil Uji Skala Usaha Cabang Usahatani Cabai Merah di Desa Sukagalih, 2007.
Model Penduga JKR
Hipotesis Nilai F
Kesimpulan
Tanpa restriksi 1,19512
Ho : Σb
i
= 1 H1 :
Σb
i
≠ 1 F
hitung
= 14,60 F
tabel 0,05,m,n-k
= 4,45
Tolak Ho Restriksi
2,06757
Keterangan : • Perhitungan nilai F hitung dapat dilihat pada lampiran 24.
• m = jumlah restriksi kendala yang digunakan, yaitu 1 parameter penduga b
3
yang dieliminasi. • n = jumlah observasi responden yang digunakan pada pengdugaan model fungsi produksi.
• k = jumlah parameter penduga pada model b
i
termasuk konstanta. • n – k = 30 – 9 = 21.
Nilai F hitung pada uji skala usaha lebih besar dari nilai F tabel pada taraf nyata 5 persen, sehingga hipotesis awal ditolak. Kesimpulan dari uji tersebut
yaitu skala usaha cabang usahatani cabai merah di lokasi penelitian bukan
constan return to scale
. Skala usaha yang sesuai mungkin adalah
decreasing return to scale
atau
increasing return to scale
. Skala usaha kemudian didekati berdasarkan elastisitas produksi.
Elastisitas produksi pada model penduga fungsi produksi merupakan hasil penjumlahan seluruh koefisien regresi elastisitas produksi parsial.
Elastisitas produksi yang dimaksud merupakan penjumlahan dari koefisien regresi peubah tenaga kerja, benih, kapur, urea, SP 36, KCl, pupuk kandang,
dan nilai obat-obatan. Hasil penjumlahan beberapa koefisien regresi tersebut diketahui sebesar 1,28533. Elastisitas produksi lebih besar dari satu, sehingga
dapat disimpulkan bahwa cabang usahatani cabai merah mempunyai skala usaha meningkat
increasing return to scale
. Skala usaha meningkat
Increasing return to scale
dapat diartikan jika seluruh faktor produksi ditingkatkan dengan proporsi K yang sama, maka akan
diperoleh produksi yang mengalami peningkatan dengan proporsi yang lebih besar sejumlah nilai elastisitas produksi dikalikan K. Elasisitas produksi tersebut
berarti jika seluruh faktor produksi ditingkatkan sebesar 1 persen maka akan diperoleh tambahan produksi sebesar 1,28533 persen.
Cabang usahatani cabai merah berada pada skala usaha yang meningkat
increasing return to scale
sehingga masih menguntungkan jika skala usaha akan ditingkatkan. Efisiensi penggunaan faktor produksi pada tahap IRTS
mengalami peningkatan. Efisiensi tersebut digambarkan dengan nilai produk rata-rata yang terus mengalami peningkatan. Keputusan produksi pada skala
pengembalian meningkat
increasing return to scale
merupakan tindakan yang tidak rasional jika dilihat dari teori produksi klasik.
7.3. Analisis Tingkat Penggunaan Faktor-Faktor Produksi.
Produksi cabang usahatani cabai merah pada tahap IRTS, berarti kondisi optimal belum dicapai. Kondisi optimal keuntungan maksimum menurut
Suhendar 1989, hanya dapat dicapai ketika nilai elastisitas produksinya lebih kecil dari 1
Σbi 1. Keuntungan maksimum dicapai jika tingkat penggunaan faktor-faktor produksi sudah optimum. Tingkat optimum penggunaan faktor-faktor
produksi di lokasi penelitian didekati melalui efisiensi harga. Analisis tingkat penggunaan faktor-faktor produksi ini, hanya
dihubungkan dengan kegiatan produksi cabang usahatani cabai merah, pada periode tanam April – Desember 2007. Analisis tersebut dilakukan terhadap
faktor-faktor produksi yang mempunyai pengaruh nyata dalam produksi cabai merah. Faktor–faktor produksi yang dimaksud yaitu tenaga kerja X
1
, benih X
2
, pupuk urea X
4
, pupuk SP 36 X
5
, pupuk KCl X
6
, dan pupuk kandang X
7
. Tingkat penggunaan faktor–faktor produksi optimum adalah tingkat penggunaan
faktor produksi yang memaksimumkan keuntungan. Alokasi optimum faktor produksi pada dasarnya dapat dianalisis melalui pengujian kesamaan antara nilai
elastisitas produksi parsial dengan pangsa biaya masukan yang bersangkutan terhadap penerimaan PS
i
. Tingkat penggunaan faktor produksi yang memaksimumkan keuntungan diperoleh jika elastisitas produksi parsial sama
dengan besar pangsa biaya terhadap penerimaan. Kesamaan elastisitas produksi parsial setiap faktor produksi dengan
pangsa harga persamaan 41 diuji dengan pendekatan uji beda nyata dua arah. Hipotesis awal yang diuji yaitu elastisitas produksi parsial sama dengan pangsa
biaya korbanan terhadap nilai produksi untuk faktor produksi X
i
. Tingkat penggunaan faktor–faktor produksi pada cabang usahatani cabai merah sudah
optimum keuntungan maksimum dicapai jika hipotesis tersebut diterima. Hasil uji terhadap tersebut dapat dilihat pada Tabel 28.