Persiapan Bibit dan Penanaman Pemeliharaan Tanaman

dicangkul kembali sehingga tercampur rata. Lahan kemudian dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu sehingga kapur dapat diurai secara sempurna. Pembentukan bedengan selanjutnya dilakukan sekitar 2 minggu setelah proses pengapuran. Bedengan dibentuk dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi 30- 40 cm dan parit selebar 50 cm sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan lahan. Parit diperlukan untuk menjaga aliran air hujan dan memberi kemudahan ketika dilakukan perawatan tanaman. Pemupukan dasar dilakukan dengan cara ditaburkan pada permukaan bedengan tanah. Bedengan tersebut kemudian dicangkul agar pupuk kandang tidak tercuci oleh air hujan. Bedengan yang telah diberi pupuk kandang kemudian dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu. Jeda waktu tersebut diperlukan agar senyawa beracun dapat diurai proses oksidasi sehingga tidak berbahaya bagi tanaman.

6.1.2. Persiapan Bibit dan Penanaman

Pembibitan dilakukan pada bedengan yang diberi naungan. Benih yang akan disemai terlebih dahulu direndam dalam air hangat selama 4-6 jam. Perlakuan tersebut dilakukan untuk mempercepat perkecambahan benih. Teknik pembibitan yang dilakukan adalah meletakan benih satu per satu pada cetakan media semai. Cetakan yang digunakan adalah pipa ukuran ¾ inchi, cetakan media dibungkus dengan polibag yang terbuat dari daun pisang. Keuntungan dari teknik tersebut adalah memudahkan pada proses penanaman dan kebutuhan tenaga kerja lebih hemat. Teknik tersebut tidak memerlukan proses pemindahan bibit dari media semai ke polibag, sehingga tenaga kerja dapat dihemat. Pembibitan dilakukan selama kurang lebih 1 bulan. Penanaman dilakukan kurang lebih 1 bulan setelah pembibitan. Karakteristik bibit yang sudah siap tanam yaitu telah mempunyai 3-4 helai daun. Bibit yang akan ditanam dipertahankan agar medianya tidak pecah, kemudian dimasukan kedalam lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 80 cm x 60 cm, sehingga dalam 1 bedengan terdapat 2 lajur tanaman. Populasi tanaman pada lahan seluas 2080 meter persegi kurang lebih 4000 tanaman. Pupuk kimia digunakan pada proses penanaman, pupuk ditempatkan pada lubang tugal disela bibit tanaman. Pupuk kimia yang digunakan yaitu campuran antara urea, SP 36 dan KCl. Pupuk kimia yang dominan digunakan pada adalah urea. Hal ini jika dilihat dari kandungan pupuk, maka pupuk urea sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Pertumbuhan vegetatif yang dimaksud adalah pertumbuhan daun dan tinggi tanaman.

6.1.3. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, perampelan, pemasangan ajir dan pemupukan susulan. Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang tidak bertahan setelah dipindahkan ke lahan. Penyulaman dilakukan paling lambat 2 minggu setelah tanam, bibit yang digunakan adalah sisa bibit yang ada. Bibit yang digunakan untuk penyulaman merupakan bibit yang disemaikan secara bersamaan dengan bibit yang digantikan. Penyulaman biasanya dilakukan pada pagi hari ketika cuaca belum terlalu panas. Perampelan dilakukan pada tunas samping yang keluar diketiak daun tanaman yang berumur 15-20 hari setelah tanam. Perampelan tunas tersebut bertujuan agar tanaman menjadi kokoh. Perampelan tunas tersebut dilakukan sebanyak 2-3 kali hingga tanaman berumur 25-30 hari setelah tanam. Pertumbuhan tanaman cabai merah perlu ditopang dengan ajir. Ajir dipasang dengan sistem tegak pada setiap tanaman. Ajir dipasang kurang lebih 30 hari setelah tanam, sehingga tidak merupak akar tanaman. Ajir yang telah dipasang perlu diikatkan dengan tanaman. Hal yang perlu diperhatikan adalah ikatan harus cukup kuat tetapi tidak menimbulkan gesekan pada batang tanaman. Pemupukan susulan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan makanan pada saat pembentukan buah. Pupuk yang digunakan adalah urea, SP 36 dan KCl dengan proporsi sekitar 20 persen dari total kebutuhan pupuk. Pupuk kimia sebagian besar digunakan pada pemupukan dasar.

6.1.4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman