Pendapatan Cabang Usahatani. ANALISIS PENDAPATAN CABANG USAHATANI CABAI MERAH

Tingkat kemasakan cabai merah juga diperhatikan dalam panen. Cabai merah yang siap panen ditandai dengan perubahan warna buah menjadi merah lebih dari 60 persen. Penerimaan yang diperoleh petani juga mengalami kecenderungan yang sama dengan hasil panennya. Penerimaan cabang usahatani cabai merah dapat digambarkan dalam grafik histogram pada Gambar 12. Perbedaan penerimaan pada setiap panen disebabkan karena perbedaan harga yang berlaku dan hasil panen yang diperoleh. Penerimaan terendah terjadi pada akhir musim panen dimana produksi cabai merah hanya sekitar 15,88 kilogram meskipun harga yang berlaku sekitar Rp 10 050, 00 per kilogram cabai merah. Penerimaan Cabang Usahatani Cabai - 500,000.00 1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00 2,500,000.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Panen ke- P ener im aan R p Gambar 12. Distribusi Penerimaan Cabang Usahatani Cabai Merah per 2.080 meter persegi Rp, 2007

6.5. Pendapatan Cabang Usahatani.

Konsep pendapatan cabang usahatani yang digunakan adalah pendapatan kerja petani dan pendapatan kerja keluarga. Pendapatan kerja petani merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya cabang usahatani. Pendapatan kerja keluarga dapat didefinisikan sebagai selisih antara total penerimaan dengan seluruh biaya cabang usahatani selain biaya tenaga kerja dalam keluarga. Biaya tenaga kerja keluarga tidak dianggap sebagai pengeluaran dalam pendapatan tersebut. Pendapatan kerja petani cabang usahatani cabai merah diketahui sebesar Rp 4 597 870, 97. Pendapatan kerja petani biasanya relatif kecil bahkan dapat bernilai negatif Soeharjo dan Patong, 1973, jika dibandingkan dengan konsep tersebut maka dapat dikatakan kondisi pendapatan cabang usahatani cabai merah relatif lebih bagus. Pendapatan tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian cabang usahatani cabai merah yang dilakukan oleh Saragih 2000. Pendapatan kerja petani berdasarkan penelitian tersebut yaitu sebesar Rp 5 579 360,675. Perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan produktivitas, hasil penelitian Saragih 2000 mempunyai produktivitas yang lebih tinggi yaitu 10,3325 kilogram per hektar. Cabang usahatani cabai merah di Desa Sukagalih relatif lebih menguntungkan dibanding cabang usahatani padi Irawati, 2006. Pendapatan kerja petani padi program PTT Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu diketahui sebesar Rp 958 181, 97 sedangkan pendapatan kerja petani padi non program sebesar Rp 986 589, 71. Pendapatan cabang usahatani wortel organik yang dianalisis oleh Mei 2006 diketahui sebesar Rp 1 499 264, 00, maka pendapatan kerja petani cabang usahatani cabai merah relatif lebih bagus. Ukuran pendapatan yang kedua adalah pendapatan kerja keluarga. Pendapatan kerja keluarga pada cabang usahatani cabai merah diketahui sebesar Rp 7 278 902, 09. Pendapatan tersebut merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan petani dan anggota keluarganya. Pendapatan yang besar tidak selalu berarti efisiensi yang tinggi, maka analisis pendapatan diikuti dengan analisis efisiensi.

6.6. Efisiensi Cabang Usahatani.