Analisis Produksi Analisis Data

akan berkorelasi dengan tingkat konsumsi yang rendah, sehingga produktivitas kerja dan tingkat pemupukan modal berkurang hernanto, 1989. Uji tersebut digunakan untuk menguji kebebasan dua peubah r x c, secara matematis nilai χ 2 dapat dihitung sebagai berikut Walpole, 1995: ∑ − = i i i i 2 e e o χ ............................................................................... 28 Keterangan o i = Frekuensi teramati e i = Frekuensi harapan r = Row atau jumlah baris c = Colums atau jumlah kolom

4.4.2. Analisis Produksi

Hubungan teknis antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan jumlah produksi yang dihasilkan dapat diduga berdasarkan model fungsi produksi. Fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Y = a X 1 b1 X 2 b2 X 3 b3 X 4 b4 X 5 b5 X 6 b6 X 7 b7 X 8 b8 e u .............................................. 29 Fungsi tersebut dapat ditransformasikan secara logaritma kedalam bentuk linier sebagai berikut : lnY = ln a + b 1 lnX 1 + b 2 lnX 2 + b 3 lnX 3 + b 4 lnX 5 + b 6 lnX 6 + b 7 lnX 7 + b 8 lnX 8 + u ..... 30 Keterangan : Y = Hasil produksi cabai merah Kg per hektar. X 1 = Jumlah tenaga kerja HKP per hektar X 2 = Jumlah benih gram per hektar. X 3 = Jumlah kapur Kg per hektar. X 4 = Jumlah pupuk urea Kg per hektar. X 5 = Jumlah pupuk SP 36 Kg per hektar. X 6 = Jumlah pupuk ZKKCL Kg per hektar. X 7 = Jumlah pupuk kandang Kg per hektar. X 8 = Nilai obat-obatan yang digunakan Rp per hektar. u = Unsur sisa e = 2,718 Ln a = Intersep, merupakan besaran parameter b i = Nilai dugaan besaran parameter i = 1,2,3,...10 Metode penduga ditentukan dengan metode kuadrat terkecil OLS, sehingga ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Kelayakan model diuji berdasarkan asumsi OLS yaitu multikolinier, homoskedastis dan normalitas error. Kesesuaian model penduga dengan dengan data yang digunakan goodness of fit diuji berdasarkan koefisien determinasi dan beda nyata parameter penduga secara serempak. Uji beda nyata parameter penduga secara serempak dilakukan dengan pendekatan analisis ragam analysis of variance. Hipotesis awal dalam uji tersebut yaitu parameter penduga dalam model secara serempak sama dengan nol. Analisis ragam tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut. Tabel 6. Analisis Ragam terhadap Model Penduga Fungsi Produksi. Hipotesis Uji Statistik Kriteria uji Ho : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = b 5 = b 6 = b 7 = b 8 H1 : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ b 4 ≠ b 5 ≠ b 6 ≠ b 7 ≠ b 8 k} - {JKRn 1} - {JKSk F = F hitung F αk–1, n–k , maka tolak Ho F hitung F αk–1, n– k , maka terima Ho Keterangan : JKS = jumlah kuadrat sisaan JKR = Jumlah kuadrat regresi n = Jumlah data k = Jumlah parameter penduga Hipotesis awal H ditolak berarti secara serempak parameter penduga dalam model berpengaruh nyata terhadap keragaman produksi pada tingkat kepercayaan α, dan sebaliknya jika H tidak ditolak. Koefisien determinasi yang digunakan dalam uji kelayakan model goodness of fit merupakan ukuran berapa keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang telah dipilih. Koefisien determinasi mempunyai keterkaitan erat dengan nilai F pada analisis ragam. Uji statistik F selain digunakan untuk menguji siknifikansi parameter penduga secara serempak juga merupakan uji siknifikansi koefisien derminasi. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : ⎟⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = = 2 2 i Y i e σ σ 1 JKT JKS 2 R ................................................................................. 31 Keterangan : σei 2 = Jumlah kuadrat unsur sisa galat, σYi 2 = Jumlah kuadrat total Keterkaitan antara koefisien determinasi dengan uji F dapat dirumuskan sebagai berikut : 1 n k - n 2 R 1 2 R 1 n k - n JKT JKS JKT JKT JKS 1 n k - n JKS JKT JKS 1 n k - n JKR JKS F − − = − − = − − = − = .................................................................................... 32 Peubah bebas yang dilibatkan dalam model fungsi produksi cabang usahatani cabai merah cukup banyak. Peubah-peubah bebas tersebut seharusnya saling bebas satu dengan yang lain sehingga model yang diperoleh tidak bias. Keterkaitan atau hubungan antar peubah bebas dikenal dengan istilah multikolinier. Uji multikolinier dilakukan dengan pendekatan Varians Inflation Factors VIF. Nilai VIF digunakan sebagai indikator dalan uji tersebut. Nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat kolinier antar peubah bebas Gujarati, 2003. Asumsi OLS tentang heteroskedastisitas dan normalitas sisaan diuji dengan pendekatan grafis.

4.4.3. Analisis Faktor Produksi Cabang Usahatani