Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu Analisis Cabang Usahatani

sebesar 1,09. Rasio RC tersebut berarti secara keseluruhan biaya produksi dapat ditutupi oleh nilai pendapatan yang diperoleh petani. Produksi padi gogo dipengaruhi oleh benih, pupuk urea dan pupuk TSP. Hasil tersebut diketahui dari hasil statistik uji t parsial bahwa koefisien regresi benih nyata pada α = 1 , pupuk urea nyata pada α = 10 dan pupuk TSP nyata pada α = 1 . Benih dan pupuk TSP mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi padi gogo, hal ini ditunjukkan dengan taraf nyata 1 persen. Produksi padi gogo berada pada skala pengembalian meningkat, hal ini ditunjukkan dengan elastisitas produksi sebesar 1,36. Tingkat penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal, hal ini diketahui dari rasio NPM dibanding BKM tidak sama dengan satu. Tingkat penggunaan optimal adalah sebagai berikut luas lahan 3,34 hektar, benih 61,5 gram , pupuk urea 0,26 kg dan tenaga kerja 35 HOK.

2.3. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan pendapatan, produksi dan efisiensi ekonomi usahatani telah banyak dilakukan sebelumnya. Hasil dari setiap penelitian sangat beragam, namun terdapat kesamaan pada metode analisis yang digunakan. Kesamaan yang lain adalah jenis data yang digunakan dalam penelitian usahatani yaitu data cross section pada waktu tertentu. Perubahan dapat terjadi karena pengaruh waktu, harga input dan output usahatani mungkin telah mengalami perubahan sejak penelitian dilakukan. Pendapatan dan efisiensi ekonomi mungkin telah mengalami perubahan sebagai akibat perubahan harga tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat diperoleh suatu gambaran pendapatan, produksi dan efisiensi ekonomi cabang usahatani khususnya cabai merah pada saat penelitian dilakukan. Penelitian tentang pendapatan dan produksi cabang usahatani cabai merah yang dilakukan mempunyai persamaan dengan penelitian–penelitian terdahulu. Persamaan yang dimaksud adalah pendekatan yang digunakan yaitu analisis pendapatan dan analisis fungsi produksi ekponensial. Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada waktu dan tempat penelitian dilakukan.

2.4. Analisis Cabang Usahatani

Sifat produksi pertanian menurut Gumbira et. al 2004 antaralain musiman, pasokan produk bervariasi dan tidak stabil dari waktu ke waktu, jumlah produksi sulit ditentukan dan bervariasi antar pusat produksi secara geografis. Produksi pertanian bersifat musiman dan berfluktuasi sehingga dikenal adanya musim panen raya dan paceklik. Produksi pertanian tidak semua bersifat musiman, masih ada sebagian yang dapat berproduksi terus-menerus. Jumlah produksi pertanian juga bervariasi dari waktu ke waktu. Variasi tersebut menurut Gumbira et. al 2004 disebabkan oleh tanggapan petani terhadap tingkat harga, kebijakan pemerintah tentang pengembangan komoditas, dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan Force majeur. Variasi jumlah tersebut berakibat pada terjadinya variasi harga produk. Pusat-pusat produksi pertanian dipengaruhi oleh kesesuaian geografis untuk budidaya pertanian. Pusat produksi sayuran pada umumnya terdapat didaerah dataran tinggi, karena suhu rendah sesuai dengan komoditas sayuran. Daerah dataran rendah sesuai untuk budidaya komoditas yang lain, misalnya kelapa dan sagu. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk budidaya komoditas tertentu akan berbeda antar daerah. Perbedaan tersebut dipengaruhi berbagai faktor salah satunya efisiensi produksi antar daerah berbeda-beda Gumbira et. al, 2004. Gambaran keadaan sekarang dari suatu kegiatan dan keadaan yang akan datang dari suatu tindakan dapat diketahui dari analisis pendapatan. Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani juga dapat dilihat dari analisis pendapatan ini. Ukuran keberhasilan usahatani ditentukan dari kemampuan untuk membayar semua biaya pembelian sarana produksi, bunga modal dan depresiasi modal, sewa lahan hingga upah tenaga kerja Soeharjo dan Patong, 1973. Pendapatan merupakan balas jasa dari dari faktor-faktor produksi usahatani. Faktor produksi tersebut berupa lahan, tenaga kerja, modal dan jasa pengelolaan. Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Pendapatan usahatani akan dialokasikan pada berbagai kebutuhan. Sisa pendapatan dapat digunakan untuk penambahan faktor produksi atau dialokasikan pada kegiatan di sektor lain Soeharjo dan Patong, 1973. Dua keterangan pokok diperlukan dalam analisis pendapatan usahatani agar mempunyai arti praktis. Dua hal tersebut adalah keadaan penerimaan dan pengeluaran dalam batasan waktu tertentu, misalnya satu musim atau satu tahun Soeharjo dan Patong, 1973. Keuntungan yang diperoleh dari suatu usahatani dapat dilihat dari penerimaan dan pengeluaran dalam batas waktu tertentu.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Proses produksi pertanian merupakan proses yang kompleks dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan teknologi baru. Fungsi produksi merupakan gambaran hubungan antara masukan dengan keluaran produksi. Hubungan tersebut digambarkan sebagai tingkat transformasi masukan menjadi keluaran produksi Doll dan Orazem, 1984. Pindyck dan Rubinfeld 2001 menyatakan bahwa keluaran terbesar untuk setiap kombinasi masukan tertentu ditunjukkan oleh fungsi produksi. Fungsi produksi klasik merupakan pendekatan ekonomi paling dasar. Fungsi produksi merupakan cara sistematis untuk menggambarkan hubungan antara perbedaan jumlah masukan yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk Kay. et. al, 2004. Fungsi dan keterkaitannya dengan produk rata-rata Average Physical Product maupun produk marjinal Marginal Physical Product dapat digambarkan dalam grafik. Hubungan antara TPP dengan MPP dan APP berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa selama TPP meningkat dengan tingkat semakin bertambah maka MPP dan APP akan mengalami peningkatan secara bersamaan. Titik maksimum MPP terjadi ketika pertambahan TPP mencapai titik balik, yaitu dari tingkat semakin bertambah menjadi semakin berkurang. Produk marjinal MPP kemudian mengalami penurunan secara berkelanjutan hingga titik nol ketika TPP mencapai maksimum. Keterkaitan antara APP dengan MPP yaitu ketika MPP lebih tinggi dari APP, maka APP akan mengalami peningkatan dan demikian sebaliknya Kay. et. al., 2004