VII. ANALISIS PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH
7.1. Pendugaan Fungsi Produksi
Model fungsi produksi dugaan diperoleh dari hubungan antara variasi faktor-faktor produksi yang digunakan dengan variasi produksi cabai merah.
Model fungsi produksi dugaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi eksponensial. Fungsi produksi diduga dengan metode kuadrat
terkecil OLS.
7.1.1. Pendugaan Fungsi Produksi Model III
Model penduga fungsi produksi eksponensial yang diperoleh mempunyai koefisien determinasi terkoreksi R
2
adj sebesar 93,5 persen. Koefisien tersebut dapat diartikan bahwa 93,5 persen keragaman produksi dapat dijelaskan oleh
variasi faktor produksi yang digunakan dalam model sedangkan 6,5 persen sisanya dijelaskan oleh peubah lain yang tidak terdapat dalam model. Model
fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
0,0901 -
X8 0,390
X7 0,126
X6 0,463
X5 0,214
X4 0,0305
- X3
0,0849 X2
0,128 X1
1,51 Y
=
................... 42 Keterangan :
Y = Produksi cabai merah Kg X
1
= Tenaga kerja HKP X
2
= Benih g X
3
= Kapur Kg X
4
= Pupuk urea Kg X
5
= Pupuk SP 36 Kg X
6
= Pupuk KCl Kg X
7
= Pupuk Kandang Kg X
8
= Nilai obat-obatan Rp
Kesesuaian model fungsi produksi tersebut diuji dengan analisis sidik ragam, kenormalan sisaan dan multikolinieritas. Hipotesis awal bahwa faktor-
faktor produksi secara serempak tidak mempunyai pengaruh terhadap produksi
cabai merah. Hipotesis alternatif yang akan diuji adalah setidaknya terdapat satu faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi. Hasil analisis sidik ragam
terhadap model fungsi produksi eksponensial disajikan dalam Tabel 22. Hasil analisis sidik ragam terhadap model fungsi produksi tersebut
diperoleh nilai F hitung 53,01 lebih besar dari F tabel 2,39 maka hipotesis awal ditolak. Kesimpulan dari hasil uji tersebut yaitu produksi cabai merah secara
serempak dipengaruhi oleh tenaga kerja, benih, kapur, pupuk urea, SP 36, KCl, pupuk kandang, dan nilai obat-obatan.
Tabel 22. Hasil Analisis Sidik Ragam terhadap Fungsi Produksi Model III Hipotesis F
Kesimpulan
H :
β
1
= β
2
= β
3
= β
4
= β
5
= β
6
= β
7
= β
8
= 0 H
1
: β
1
≠ β
2
≠ β
3
≠ β
4
≠ β
5
≠ β
6
≠ β
7
≠ β
8
≠ 0 F
hitung
= 53,01 F
tabel 0,05,9,21
= 2,37
Tolak H
Kenormalan unsur sisaan diuji dengan pendekatan grafik kenormalan sisaan dan diperkuat dengan uji Anderson-Darling. Asumsi kenormalan sisaan
terpenuhi ditunjukkan dengan bentuk sebaran sisaan yang berupa garis lurus. Hasil uji tersebut diperkuat oleh hasil uji Anderson-Darling dimana nilai-P
sebesar 0,207 lebih besar dari taraf α = 5 persen. Kesimpulan dari uji
kenormalan sisaan yaitu sisaan mendekati sebaran normal. Hasil uji terhadap kenormalan sisaan disajikan dalam Lampiran 24.
Asumsi kehomogenan sisaan
homoscedasticity
pada model penduga terpenuhi, sebaran sisaan mempunyai pola acak dan merupakan indikasi bahwa
sisaan mempunyai ragam konstan. Kriteria kesesuaian model dari segi analisis sidik ragam, kenormalan sisaan dan kehomogenan sisaan terpenuhi, namun
multikolinieritas masih perlu diuji terlebih dahulu. Model yang dapat digunakan sebagai penduga produksi cabai merah
harus bebas dari multikolinieritas antara peubah bebas dalam model. Parameter yang digunakan dalam uji multikolinieritas adalah nilai VIF
Variance Inflation
Factors
. Nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat multikolinieritas pada model. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 23. Hubungan linier antar
peubah bebas juga diamati berdasarkan nilai koefisien korelasinya. Hubungan linier yang kuat antar peubah bebas ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang
mendekati satu. Nilai koefisiensi korelasi antar peubah bebas dapat dilihat pada Lampiran 23
. Tabel 23. Nilai VIF Hasil Uji Multikolinieritas Model Fungsi Produksi
Peubah Koefisien Regresi
VIF
Konstanta 0,15070 Tenaga Kerja Ln X
1
0,12849 2,4
Benih Ln X
2
0,08494 1,9
Kapur Ln X
3
- 0,03046
1,6 Urea Ln X
4
0,21360 3,9
SP 36 Ln X
5
0,46323 5,1
KCl Ln X
6
0,12576 2,5
Pupuk kandang Ln X
7
0,38984 2,2
Nilai Obat-obatan Ln X
8
-0,09007 2,2
Multikolinieritas pada model fungsi produksi berhasil diatasi dengan modifikasi peubah. Model fungsi produksi bebas dari masalah multikolinieritas
ditunjukkan dengan nilai VIF lebih rendah dari 10. Peubah faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, benih, kapur, urea, SP 36, KCl, pupuk kandang, nilai
obat-obatan tidak mempunyai masalah multikolinieritas. Hasil uji terhadap kenormalan sisaan, uji Anderson-Darling dan analisis
sidik ragam, maka secara statistik model penduga fungsi produksi eksponensial Model III tersebut dapat digunakan sebagai model penduga.
7.2. Analisis Faktor Determinan Produksi dan Skala Usaha