Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

2. Produksi cabang usahatani cabai merah diduga dipengaruhi oleh tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP 36, KCl, nilai obat–obatan, serta pupuk kandang. H : b i = 0, dan H 1 : b i 0. 3. Elastisitas produksi cabang usahatani cabai merah diduga tidak sama dengan satu. H : Σb i = 1 dan H 1 Σb i ≠ 1. 4. Elastisitas produksi parsial diduga tidak sama dengan pangsa harga masukan terhadap keluaran produksi cabang usahatani cabai merah. H : b i = PS i dan H 1 : b i ≠ PS i . Uji terhadap beberapa hipotesis tersebut diuraikan dalam motode penelitian.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian ini dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi pada cabang usahatani cabai merah di Kabupaten Bogor selama tahun 2004 hingga 2006. Permasalahan tersebut adalah fluktuasi produktivitas, harga, dan produktivitas yang relatif masih rendah. Preposisi atau dugaan-dugaan dikembangkan berdasarkan permasalahan tersebut. Preposisi-preposisi berdasarkan permasalahan cabang usahatani kemudian dirumuskan menjadi beberapa hipotesis penelitian. Hipotesis tersebut diperlukan agar dapat ditentukan metode analisis yang sesuai dan dapat diuji secara statistik. Produktivitas cabai merah di Kabupaten Bogor relatif tidak stabil, bahkan pada tahun 2006 mengalami penurunan hingga 15,41 persen. Cabang usahatani sebagai suatu proses produksi harus dilakukan secara efisien, sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum. Efisiensi secara umum dapat didekati dengan rasio penerimaan terhadap pengeluaran. Ukuran efisiensi yang lebih spesifik didekati dengan efisiensi harga. Kondisi keuntungan cabang usahatani didekati dengan analisis pendapatan kerja petani dan pendapatan kerja keluarga. Identifikasi biaya dan penerimaan diperlukan dalam analisis pendapatan cabang usahatani tersebut. Identifikasi biaya dilakukan agar biaya-biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani dapat diketahui. Harga jual juga diperlukan karena merupakan komponen penerimaan cabang usahatani. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan dikurang biaya yang dikeluarkan. Penerimaan yang diterima untuk setiap satuan unit biaya yang dikeluarkan dapat dihitung dengan pendekatan rasio RC. Usahatani yang dilakukan menguntungkan jika rasio tersebut lebih besar dari satu. Produktivitas cabai merah diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Hubungan antara produksi dan faktor produksi yang digunakan didekati dengan analisis fungsi produksi eksponensial. Hubungan antara produksi dengan faktor produksi digambarkan dengan nilai elastisitas produksi parsial. Faktor produksi yang digunakan dalam produksi cabang usahatani cabai merah yaitu : lahan, tenaga kerja, pupuk kimia, obat-obatan, dan pupuk kandang. Faktor-faktor produksi tersebut diduga berpengaruh nyata terhadap produksi cabang usahatani cabai merah di lokasi penelitian. Uji beda nyata satu arah terhadap elastisitas produksi parsial digunakan sebagai metode untuk menguji hipotesis tersebut. Fungsi produksi menurut teori produksi klasik dapat dibedakan menjadi tiga daerah yaitu daerah I, II dan III. Produksi pada daerah II merupakan area yang relevan dengan teori ekonomi, karena berlaku hukum pengembalian yang semakin berkurang law of diminishing returns Doll dan Orazem, 1984 dan Soekartawi, 1984. Hukum pengembalian yang semakin berkurang berlaku jika elastisitas produksi bernilai positif dan kurang dari satu 0Ep1. Elastisitas tersebut dapat digunakan untuk mengetahui skala usaha. Elastisitas produksi dapat digunakan sebagai parameter uji terhadap skala usaha cabang usahatani. Cabang usahatani cabai merah diduga mempunyai elastisitas produksi tidak sama dengan satu Ep ≠1. Analisis yang digunakan adalah analisis produksi dengan pendekatan fungsi eksponensial. Elastisitas produksi merupakan jumlah dari seluruh elastisitas faktor produksi. Produktivitas cabang usahatani cabai merah diharapkan dapat ditingkatkan dengan tingkat penggunaan faktor produksi yang lebih tinggi. Hal ini berarti biaya produksi yang diperlukan juga lebih tinggi sementara petani pada umumnya mempunyai keterbatasan modal. Pendekatan yang lebih sesuai bagi petani adalah bagaimana agar keuntungan dapat dimaksimumkan. Keuntungan maksimum diperoleh ketika proses produksi sudah dilakukan secara efisien. Efisiensi usahatani secara spesifik dapat didekati dengan efisiensi harga. Efisiensi tersebut dianalisis dengan pendekatan uji kesamaan koefisien regreasi elastisitas produksi parsial dengan pangsa biaya masukan terhadap penerimaan PS i . Elastisitas produksi parsial diduga tidak sama dengan pangsa biaya masukan terhadap penerimaan produksi. Kondisi tersebut berarti tingkat penggunaan faktor-faktor produksi cabang usahatani cabai merah masih belum optimum. Penyebab tingkat penggunaan faktor-faktor produksi tidak optimum, kemudian ditelusuri dengan rasio nilai produk marjinal dengan biaya korbanan marjinal. Rasio NPM : BKM lebih dari satu berarti tingkat penggunaan faktor produksi sudah berlebihan, demikian sebaliknya. Resiko dari segi pasar yang disebabkan karena fluktuasi harga yang tinggi. Harga cabai merah di tingkat produsen mengalami fluktuasi selama kurun tahun 1999 hingga 2005. Tingkat fluktuasi pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 22,23 persen. Perubahan harga tersebut diduga berpengaruh terhadap tingkat optimum penggunan faktor-faktor produksi. Perubahan harga cabai merah tersebut kemudian digunakan sebagai dasar pemikiran bahwa diperlukan analisis sensitifitas. Analisis tersebut dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan harga cabai merah terhadap tingkat alokasi faktor produksi optimum. Kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu sejak Februari hingga Maret tahun 2008. Waktu tersebut digunakan untuk mengumpulkan keterangan dari petani dan data-data dari instansi terkait di Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian ditentukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama wilayah Bogor Tengah dipilih secara sengaja, dengan pertimbangan wilayah tersebut merupakan produsen cabai merah terbesar di Kabupaten Bogor. Cabai merah yang dihasilkan wilayah tersebut mencapai 2.877,8 ton atau sekitar 56,30 persen dari total produksi Kabupatan Bogor. Tahap kedua adalah pemilihan Kecamatan yang menjadi produsen cabai merah di wilayah Bogor Tengah. Produsen cabai merah di wilayah tersebut yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung. Tiga Kecamatan mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai lokasi penelitian. Penelitian tentang pendapatan cabang usahatani cabai merah di Kecamatan Cisarua telah dilakukan oleh Siregar 2008, sehingga lokasi yang dapat dipilih adalah Kecamatan Megamendung atau Kecamatan Tamansari. Dua alternatif lokasi tersebut kemudian dipilih secara acak sederhana. Kecamatan Megamendung diperoleh dari secara acak sebagai lokasi penelitian. data produksi, luas panen dan produktivitas per Kecamatan disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Cabai merah di Wilayah Bogor Tengah. Produksi x100kg Luas Panen Ha Produktivitas kuha Kecamatan 2005 2006 2005 2006 2005 2006 Cisarua 2931 8697 196,72 16 75 368,75 183,19 115,96 - 36,70 Tamansari 5527 6852 23,97 39 41 5,13 141,72 167,12 17,92 Megamendung 5710 6335 10,95 78 119 52,64 73,21 53,24 - 27,28