Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

lain, dengan memperhatikan jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Untuk menggambarkan komponen-komponen yang terkait dalam pengelolaan pulau-pulau kecil untuk ekowisata, diperlukan suatu model pengelolaan pulau-pulau kecil untuk pemanfaatan ekowisata yang merupakan cerminan dari keadaan sebenarnya di alam, memberikan penjelasan terhadap komponen-komponen yang saling berinterkasi, sehingga membentuk suatu konsep model yang akan digunakan.sesuai dengan dinamika sumberdaya dan kebutuhan masyarakat Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 Diperlukan kajian daya dukung pulau-pulau kecil untuk pengembangan ekowisata berkelanjutan 2 Konsep model pengelolaan pulau-pulau kecil diperlukan sebagai dasar pertimbangan untuk pemanfaatan ekowisata berkelanjutan

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan : 1 Mengkaji daya dukung kawasan pulau-pulau kecil untuk pemanfaatan ekowisata berkelanjutan 2 Menyusun model konsep pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat untuk pemanfaatan ekowisata agar dapat dilakukan secara berkelanjutan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan informasi daya dukung dan konsep pengelolaan KP2K MS2B bagi para pihak-pihak berkepentingan, terutama pemerintah Kabupaten Morotai dalam melakukan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan KP2K MS2B untuk ekowisata berkelanjutan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kawasan pulau-pulau kecil Kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Secara geostrategis kawasan pulau kecil ini terletak dari arah selatan pintu masuk ke pasifik dan dapat dijangkau dari berbagai belahan dunia seperti Asia, Eropa, Amerika dan Australia, dengan akses yang dimiliki berupa peninggalan bandara pesawat terbang pada zaman perang dunia II. Kawasan pulau-pulau kecil ini memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam dan nilai historis. Panorama pantai pasir putih hampir terdapat di seluruh di pulau-pulau kecil ini, sedangkan karakteristik budaya masyarakatnya merupakan perpaduan budaya adat Tobelo–Galela, yang sampai saat ini masih berkembang di masyarakat pulau Morotai adalah gotong royong. Jenis tarian seperti tide- tide, cakalele, denge-denge, bobaso, salumbe, tokuwela, yangere dan togal, adapun jenis musik tradisional meliputi musik bambu tiup, gala, bambu hitadi, jangere, upacara adat hibua lamo, adat perkawinan dan sejarah tona malangi. Potensi yang dimiliki pulau-pulau kecil seperti letaknya yang sangat strategis, keindahan bawah laut terumbu karang dan ikan hias, keanekaragaman hayati terumbu karang, ikan karang, panorama pulau, pasir putih, nilai historis, dan keanekaragaman suku dan budaya merupakan aset untuk pengembangan ekowisata. Namun setelah dicermati untuk dapat melestarikan potensi yang dimiliki pulau-pulau kecil dilakukan dengan penetapan zonasi kawasan konservasi KP2K MS2B, zonasi ditetapkan dengan maksud untuk mempermudah pengendalian, pemanfaatan dan pemeliharaan keberlanjutan sumberdaya pulau-pulau kecil. Zonasi kawasan konservasi sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan terbatas dan zona lain, yang secara obyektif menggunakan penerapan kriteria. Kriteria yang digunakan dikelompokkan atas kelompok kriteria ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan Salm et al. 2000. Zona inti sesuai dengan peruntukannya untuk perlindungan habitat dan populasi sumberdaya pulau-pulau kecil serta pemanfaatannya terbatas untuk penelitian, zona pemanfaatan terbatas bentuk pemanfaatannya hanya boleh dilakukan untuk budidaya pesisir, ekowisata dan perikanan tradisional, sedangkan zona lainnya merupakan zona diluar zona inti dan zona pemanfaatan terbatas karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain: zona rehabilitasi dan sebagainya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor 17 tahun 2008 tentang kawasan konservasi di wilayah pulau-pulau kecil. Berdasarkan hal tersebut disesuaikan dengan implementasi pengelolaaan KP2K MS2B maka zonasi kawasan pulau-pulau kecil dibagi atas tiga zona yaitu: zona inti, zona pemanfaatan terbatas dan zona penyangga perpaduan dari zona pemanfaatan terbatas dan zona lainnya. Khusus untuk zona penyangga sifatnya lebih terbuka tetapi tetap dikontrol dan beberapa pemanfaatan masih diijinkan, zona ini ditujukan untuk menjaga kawasan konservasi dari berbagai aktivitas pemanfaatan yang dapat mengganggu , dan melindungi kawasan konservasi dari pengaruh eksternal Bengen dan Retraubun 2006. Zona yang telah ditetapkan disesuaikan dengan peruntukannya, sehingga zona pemanfaatan terbatas dan zona penyangga dijadikan sebagai penilaian kesesuaian lahan ekowisata dalam menentukan kawasan wisata rekreasi, snorkling, selam dan lamun. Dalam menunjang keberlanjutan kawasan wisata tersebut harus diketahui daya dukung kawasan ekowisata, karena mengarah pada pertimbangan bahwa betapapun besarnya daya tarik wisata suatu lokasi, secara ekologis tetap akan memiliki keterbatasan daya dukung, sehingga jumlah para wisatawan yang datang dalam suatu ruang dan waktu patut diperhitungkan. Diharapkan studi ini menghasilkan daya dukung kawasan ekowisata, serta suatu konsep yang diwujudkan dalam suatu pemodelan pengelolaan pulau-pulau kecil untuk pemanfaatan ekowisata berkelanjutan yang dapat melestarikan sumberdaya alam kawasan pulau-pulau kecil dapat terjaga dengan baik, secara sosial dapat melestarikan budaya setempat, dan secara ekonomis menjadi sumber pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Secara sistematik, kerangka pemikiran penilitian disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengelolaan Kawasan Pulau-Pulau Kecil Untuk Pemanfaatan Ekowisata Berkelanjutan 1.6 Kebaruan Berdasarkan hasil penelitian pengelolaan pulau-pulau kecil untuk pemanfaatan ekowisata KP2K MS2B dan penelesuran literatur tentang model pengelolaan pulau- pulau kecil, maka didapatkan dua hal yang baru dalam penelitian ini yaitu: Pertama, model dinamik pengelolaan pulau-pulau kecil untuk pemanfatan ekowisata berkelanjutan, penekanan pada simulasi skenario dinamik kriteria ekologi berhubungan dengan daya dukung dan pendapatan wisata. Kedua aplikasi ekowisata merupakan satu pendekatan baru dalam pengelolaan KP2K MS2B khususnya di Kabupaten Pulau Morotai, sehingga dengan menggunakan ekowisata sebagai bagian dari bentuk pengelolaan pulau-pulau kecil, akan menciptakan produk wisata yang unggul. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil