2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Secara umum pengelolaan diartikan sebagai suatu kegiatan yang mencakup perencanaan dan pengawasan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Secara
spesifik sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan pelaksanaan suatu kegiatan berdasarkan tujuannya.
Banyak ahli berbeda pendapat tentang definisi pulau kecil. Ada yang menyatakan pulau kecil adalah pulau dengan ukuran 10.000 km
2
Diaz Arenas dan Febrillet Huertas 1986; Beller et al.1990, dipertegas dalam keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
nomor 41 tahun 2000 tantang pedoman umum pengelolaan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat menyebutkan bahwa pulau kecil adalah pulau
yang ukuran luasnya 10.000 km
2
dengan jumlah penduduk 200.000 jiwa, sedangkan menurut perundangan terbaru pulau kecil adalah pulau yang luas areanya ≤2.000 km
2
Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang pengelolaan pulau terluar ; UU RI No. 27 tahun 2007.
Pengertian pengelolaan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumberdaya pulau-pulau kecil yang luas
areanya ≤ 2.000 km
2
, secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologis, ekonomi, sosial budaya, baik secara individual maupun secara sinergis dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitannya dengan pengelolaan banyak faktor yang harus diperhatikan
seperti: Pulau kecil secara fisik memiliki sumberdaya daratan terestrial yang sangat terbatas, habitatnya seringkali terisolasi dari habitat lain, area tangkapan air terbatas dan
mempunyai lingkungan yang khusus dengan proporsi spesies endemik yang tinggi bila dibandingkan dengan pulau kontinen, secara ekologi memiliki kondisi yang sangat
rentan, sehingga interaksi antara lahan dan perairan laut melalui proses hidrologis dan arus laut sebagaimana pergerakan biotanya, mempunyai karakteristik yang spesifik Salm
et al . 2000.
Menurut Adrianto 2004, dalam perspektif ekosistem wilayah pesisir, wilayah pulau-pulau kecil dapat dibagi menjadi beberapa sub-wilayah yaitu : 1 wilayah perairan
lepas pantai coastal offshore zone; wilayah pantai beach zone; 3 wilayah dataran rendah pesisir coastal lowland zone; 4 wilayah pesisir pedalaman inland zone.
Selanjutnya dalam hubungannya dengan keterpaduan, pendekatan berbasis keberlanjutan sistem wilayah pesisir di pulau-pulau kecil menjadi syarat mutlak pengelolaan
lingkungan wilayah pesisir di pulau-pulau kecil harus mempertimbangkan faktor keterpaduan antar komponen yang secara riel tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yang
akan menjadi tercapainya keberlanjutan pembangunan, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Ilustrasi pengelolaan wilayah pesisir interkorelasi antar sub-wilayah
dalam wilayah pesisir dan laut pulau-pulau kecil disajikan pada Gambar 2
Social Welfare The Offshore Zone The Beach Zone
IMPLEMENTATION MONITORING
Environmental MANAGEMENT Economic Integrity Efficiency
The Island Zone The Low-Land Zone
Gambar 2 Kerangka Berkelanjutan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut di Pulau- Pulau Kecil Debance 1999 dalam Adrianto 2004
Kaitan dengan pengelolaan pulau-pulau kecil di Indonesia, menurut peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20 tahun 2008 tantang pemanfaatan pulau-pulau
kecil dan perairan di sekitarnya menyebutkan bahwa pulau dengan luas areanya ≤ 2.000 km
2
kegiatan yang sesuai mencakup konservasi sumberdaya alam, budidaya laut, pariwisata bahari, usaha penangkapan ikan berkelanjutan, pendidikan dan penelitian, dan
sebagainya. Dari penjelasan di atas, Cambers 1992 dalam Adrianto 2004 menyatakan bahwa strategi pengelolaan pulau-pulau kecil harus dapat mengkaitkan seluruh kegiatan
dan pemangku kepentingan yang ada di pulau-pulau kecil, dengan menggunakan sistem yang terkoorganisasi. Selanjutnya dijelaskan sistem terkoordinasi yang dapat
•
Process
•
Interaction
•
Activies
•
diidentifikasi dalam pulau-pulau kecil, paling tidak terdapat lima proses yaitu proses alam, proses sosial, proses ekonomi, perubahan iklim dan proses pertemuan antara
daratan dan laut yang masing-masing merupakan komponen dalam sistem pulau-pulau kecil yang tidak bisa dipisahkan satu sama antara lain sistem lingkungan daratan, sistem
lingkungan laut dan sistem aktivitas manusia Gambar 3
Terkait satu sama lain
Gambar 3 Interaksi Yang Tidak Terpisahkan Antar Komponen Pulau-Pulau Kecil Debance 1999 dalam Adrianto 2004
Dalam mengelola kawasan pulau-pulau kecil ketiga sistem ini saling terkait, tetapi yang paling utama memahami fungsi masing-masing sistem ini, sebagai contoh kawasan
pulau-pulau kecil luas lingkungan lautnya lebih luas dari lingkungan daratannya untuk itu diperlukan suatu pemahaman peran lingkungan laut, aspek-aspek apa saja yang ada di
dalamnya. Aspek-aspek yang dimaksud seperti terumbu karang, padang lamun dan mangrove, ketiga ekosistem ini memberikan sumbangan yang besar bagi kegunaan
wilayah di pesisir dan pulau-pulau kecil Moberg dan Folke 1999 menyatakan peran terumbu karang, khususnya terumbu
karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dari laut, lain itu mempunyai utama sebagai habitat tempat tinggal, tempat
mencari makan, tempat asuhan dan pembesaran, tempat pemijahan bagi flora dan biota yang hidup bagi di terumbu karang dan sekitarnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa biota-
biota ini ada yang beruaya ke ekosistem yang lain seperti lamun dan mangrove, lamun merupakan produsen detritus dan zat hara, sebagai tempat berlindung, mencari makan,
Lingkungan daratan
Lingkungan laut Aktivitas manusia
tumbuh besar bagi biota yang lain, sedangkan mangrove peredam gelombang, pelindung pantai, dan penghasil sejumlah besar detritus terutama berasal dari daun dahan pohon
mangrove yang rontok, juga sebagai daerah asuhan, mencari makan, baik yang hidup di pantai maupun di lepas pantai.
Keadaan ini menunjukkan bahwa pengelolaan pembangunan pada kawasan tersebut apabila tidak terencana dengan baik dapat mengakibatkan dampak eksternal
yang cukup nyata. Dengan demikian setiap konservasi atau eksploitasi yang dilakukan akan berdampak terhadap fungsi ekosistem lingkungan pulau-pulau kecil, dengan
perkataan lain sesungguhnya pembangunan selalu membawa resiko lingkungan maupun sosial bagi pulau-pulau kecil. Oleh karena itu kajian mendasar yang intensif menduduki
posisi penting dalam pengelolaan dan pengembangan sumberdaya pulau-pulau kecil Kusumastanto 2000.
2.2 Pengertian dan Pengembangan Ekowisata Bahari