Kualitas Air Sumur Kualitas Air Sungai

karena di perairan tersebut kandungan oksigennya besar yaitu lebih besar daripada 5 mgl, sehingga diharapkan sulfida yang ada akan berubah bentuk menjadi sulfat yang tidak berbahaya. Kandungan fenol di stasiun 1 0,009 mgl dan stasiun 5 0,008 mgl lebih besar dari nilai baku mutunya yaitu 0,002 mgl. Fenol di perairan dapat berasal dari pelapukan bahan-bahan organik yang telah berlangsung cukup lama, dan dapat berasal dari ceceran Bahan Bakar Minyak BBM. Beberapa logam di beberapa stasiun yang nilainya telah melebihi nilai baku mutu untuk biota laut adalah arsen, kadmium, dan tembaga. Logam-logam ini diperkirakan kondisi geologis daerah setempat, karena ditemukan kandungan logam tembaga di sungai yang juga melebihi baku mutu Lihat Lampiran 3. Kualitas Air Sungai. Hal ini karena di sekitar lokasi perairan Morotai tidak terdapat kegiatan yang berpotensi dapat meningkatkan kandungan logam berat tersebut. Di perairan sekitar Pulau Morotai tidak terlihat adanya kotoran dalam bentuk benda-benda terapung buangan kegiatan penduduk, dan juga tidak terlihat adanya lapisan minyak. Secara umum, kualitas air laut di sekitar Pulau Morotai memenuhi syarat untuk wisata bahari.

4.2.6 Kualitas Air Sumur

Secara umum, kualitas air sumur yang diamati semuanya memenuhi syarat sebagai air baku air minum Lampiran 3. Di Sumur 1, kandungan padatan terlarut TDS, sulfida, dan khlorida, masing-masing adalah 1.540 mgl, 0,25 mgl, dan 999 mgl. Nilai-nilai tersebut lebih besar daripada nilai baku mutu masing-masing menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 416 tahun1990 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air, sumur tersebut sedikit terpengaruh oleh air payau, keadaan ini diperkuat oleh nilai kesadahan 218 mg CaCO 3 l, dan sulfat 121 mgl.

4.2.7 Kualitas Air Sungai

Dari empat sungai yang diambil contoh airnya, kandungan residu terlarut, BOD, dan COD telah ada yang melebihi nilai baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Kelas I dan Kelas II Lampiran 4. Nilai residu terlarut di Stasiun 2 dan Stasiun 3 cukup tinggi. Hal ini karena titik pengambilan contoh berada dekat muara sehingga terkena pengaruh air laut. Kandungan tembaga di semua sungai mempunyai nilai berkisar dari 0,11 – 0,17 mgl yang lebih besar daripada nilai baku mutunya yaitu 0,02 mgl. Hal ini diduga karena kondisi geologis dari batuan yang ada. Secara umum ke empat sungai yang diamati memenuhi syarat sebagai air baku air minum dan untuk keperluan perikanan. Untuk waktu ke depan, air sungai tersebut dan sungai sungai lainnya berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku air minum. Di Pulau Morotai, banyak sungai kecil yang berair pada saat musim hujan saja, sedangkan pada musim kemarau sungai tersebut kering.

4.2.8 Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil