Keadaan tersebut berlangsung terus-menerus maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada jumlah wisatawan semakin berkurang pada tahun 2015 berjumlah
23 oranghari, penurunan jumlah wisatawan akan berpengaruh pula pada pendapatan wisata selam Ruberube sebesar Rp. 1,5 milyar dengan biaya perbaikan lingkungan
Rp 31 juta. Upaya ke arah perbaikan lingkungan pada tahun-tahun selanjutnya, menyebabkan jumlah wisatawan pada tahun 2036 meningkat 91 oranghari.
5.6 Arahan Pengelolaan Kawasan Pulau-Pulau Kecil Untuk Pemanfaatan
Ekowisata Berkelanjutan
• Pengelolaan KP2K MS2B untuk pemanfaatan ekowisita berkelanjutan dalam bentuk
zona inti, zona pemanfaatan terbatas dan zona penyangga, harus di wujudkan oleh semua pihak dalam rangka melindungi habitat-habitat yang kritis, mempertahankan
keanekaragaman hayati, melindungi lokasi-lokasi yang bernilai sejarah dan budaya, menyediakan lokasi rekreasi dan pariwisata, serta mempromosikan pembangunan
kelautan berkelanjutan. Tindakan yang direkomendasikan sebagai berikut : -
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam melestarikan KP2K MS2B melalui penyuluhan peningkatan kualitas SDM baik formal maupun tidak formal.
- Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan seperti : penetapan tata ruang
termasuk zonasi, pengembangan usaha-usaha ekonomi masyarakat dan pengembangan wisata di KP2K MS2B yang diagendakan oleh pemerintah
setempat. Proses partisipasi masyarakat yang dinilai efektif adalah dengan pertemuan melalui metode FGD focus group discussion melibatkan unsur
masyarakat, instansi pemerintah terkait, dan pengguna atau stakehorders dalam setiap rencana pengelolaan KP2K MS2B untuk pemanfaatan ekowisata
berkelanjutan. •
Sesuai dengan analisis kesesuaian lahan untuk ekowisata, yang meliputi ekowisata pantai kategori wisata rekreasi, ekowisata bahari kategori wisata snorkling, selam dan
lamun, memperhatikan daya dukung kawasan ekowisata atau jumlah maksimum individuwisatawan yang dapat ditampung oleh kawasan tersebut tanpa
mengakibatkan kerusakan sumberdaya. Daya dukung pengunjung ditujukan pada pengembangan ekowisata dengan memanfaatkan potensi pulau-pulau kecil, pantai
dan perairan, dengan pengembangan wisata alam tidak bersifat turis massal, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas. Untuk kegiatan ekowisata pantai
diasumsikan setiap orang membutuhkan 50 m panjang pantai, karena pengunjung
akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang yang luas, seperti berjemur, berjalan-jalan, menikmati panorama alam, memancing, berenang sekitar
pulau dan lain-lain, sedangkan ekowisata bahari seperti penyelaman setiap 2 orang membutuhkan 2000 m
2
atau 200 m x 10 m , untuk snorkling dan lamun setiap orang membutuhkan 500 m
2
atau 100 m x 5 m. Adapun tindakan yang direkomendasikan : -
Melakukan evaluasi atau pemantauan terhadap sumberdaya alam, secara berkala setahun dua kali, dalam upaya mengetahui daya dukung kawasan untuk
keberlangusungan ekowisata.
- Sosialisaikan program yang berhubungan dengan pelestarian sumberdaya kepada
para pengunjung, hal ini dilakukan dalam rangka menjaga daya dukung kawasan
ekowisata.
• Pengelolaan KP2K MS2B untuk pemanfaatan ekowisata berkelanjutan yang
terintegrasi adalah sebuah model pembangunan pariwisata yang terencana dan didesain untuk menghindari konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu arahan model pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil untuk ekowisata berkelanjutan yang diusulkan penekanannya adalah pada pelestarian lingkungan
ekologi kawasan pulau-pulau kecil dengan sasaran utamanya adalah gugus pulau- pulau kecil. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah:
- Gugus Rao Selatan, terdiri dari Posiposi Rao, Pulau Saminyamao dan Pantai Wayabula dengan kondisi saat sekarang memiliki mangrove 4-5 jenis dan
persentase penutupan komunitas karangnya 56,70. Apabila laju pelestarian keanekaragaman hayati pulau KHP Rao Selatan 1, kealamian pulau KAP
Rao Selatan 1 dan persentase perbaikan lingkungan ekologi 1 dengan laju degradasi 1 , maka target pencapaian 12 tahun ke depan dari tahun 2010 – tahun
2022 dengan ekosistem mangrove dapat tumbuh melebihi dari kondisi saat ini, ekosistem terumbu karang persentase penutupan komunitas karangnya mencapai
60 kategori baik KEPMEN LH No 4 2001, berarti ke depan sejak tahun 2010
- tahun 2022 tiap tahun persentase penutupan komunitas karang harus bertambah 0,27 .
- Gugus Ngelengele, terdiri dari pulau Burung, pulau Ngelengele Besar, pulau
Ngelengele Kecil dan Pulau Kacuwawa dengan kondisi saat ini seperti mangrove, padang lamun teridiri dari 4-5 jenis dengan persentase penutupan komunitas
karangnya 41,54 dan sudah terjadi abrasi pantai 25-50 . Apabila laju pelestarian keanekaragaman hayati pulau KHP Ngelengele 1, kealamian pulau
KAP Ngelengele 1 dan persentase perbaikan lingkungan ekologi 1 dengan laju degradasi 1 , maka target pencapaian selama 12 tahun ke depan dari tahun
2010 - tahun 2022, dengan upaya melestarikan sumberdaya hayati seperti ekosistem mangrove, padang lamun melebihi dari kondisi saat ini, dan persentase
penutupan komunitas karangnya mencapai 60 kategori baik KEPMEN LH No 4 2001, berarti tiap tahun persentase penutupan komunitas karang harus
bertambah 1,54 , keadaan ini dapat dipertahankan maka tidak akan terjadi abrasi pantai.
- Gugus Galogalo yang terdiri dari pulau Lolobe Besar, pulau Loleba Kecil, pulau
Galogalo Besar, Pulau Galogalo Kecil dan Pulau Pelo dengan kondisi saat ini seperti lamun terdiri dari 1-3 jenis, dengan persentase penutupan komunitas
karangnya 43,20 , mangrove sangat sedikit banyak yang rusak. Apabila laju pelestarian keanekaragaman hayati pulau KHP Galogalo 1 , kealamian pulau
KAP Galogalo 1 dan persentase perbaikan lingkungan ekologi 1 dengan laju degradasi 1 , maka target pencapaian 11 tahun ke depan dari tahun 2010-
2021 sumberdaya mengalami peningkatan ke kategori baik dengan cara mereboisasi mangrove, dan persentase penutupan komunitas karangnya 60
kategori sedang KEPMEN LH No 4 2001, berarti tiap tahun persentase penutupan komunitas karang harus bertambah 1,43 .
- Gugus Dodola terdiri dari Pulau Dodola Besar, Pulau Dodola Kecil, Pulau
Kolorai dan Pulau Kokoya dengan kondisi saat ini seperti spesies magrove 4-5 jenis dengan persentase penutupan komunitas karang memprihatinkan 23,20 .
Apabila laju pelestarian keanekaragaman hayati pulau KHP Dodola, kealamian pulau KAP Dodola 1 dan persentase perbaikan lingkungan ekologi 1
dengan laju degradasi 1 , maka upaya yang dilakukan lebih meningkatkan sumberdaya pulau-pulau kecil ke depan, dengan target pencapaian sebelas tahun
ke depan dari tahun 2010 - 2021, pelestarian sumberdaya terutama mangrove dan lamun ditingkatkan dari kondisi saat ini dan persentase penutupan komunitas
karangnya mencapai 60 kategori baik KEPMEN LH No 4 2001, berarti tiap tahun persentase penutupan komunitas karang harus bertambah 3,34 .
- Gugus Zumzum terdiri dari Pulau Zumzum, Pulau Jojoromu, Pulau Kapakapa,
Pulau Lungulungu, Pulau Ruberube, Pulau Rukeruke dan Pulau Bobongone dengan kondisi saat ini seperti mangrovenya sangat memprihatinkan jumlahnya
sangat sedikit, persentase penutupan komunitas karangnya 41,06 dan sudah terjadi abrasi pantai 25-50 . Apabila laju pelestarian keanekaragaman hayati
pulau KHP Zumzum 2 , kealamian pulau KAP Zumzum 2 dan persentase perbaikan lingkungan ekologi 2 dengan laju degradasi 1 , maka target
pencapaian 9 tahun ke depan terutama sumberdaya yang kritis seperti ekosistem mangrove dapat tumbuh melebihi kondisi saat ini, persentase penutupan
komunitas karangnya mencapai 60 kategori baik KEPMEN LH No 4 2001, berarti tiap tahun persentase penutupan komunitas karang harus bertambah
2,10 . •
Pengelolaan KP2K MS2B untuk pemanfaatan ekowisata berkelanjutan dapat terlaksana dengan baik apabila semua pemangku kepentingan mempunyai komitmen
untuk melestarikan sumberdaya pulau-pulau kecil. Implementasinya dapat berupa dukungan legal melalui keputusan formal dalam bentuk peraturan pemerintah daerah
PERDA. •
Dewasa ini satu hal yang harus dihadapi dalam pengelolaan pulau-pulau kecil adalah perubahan iklim yang menyebabkan menaiknya permukaan air laut diakibatkan oleh
terjadinya pemanasan global. Kenaikan ini akan mempengaruhi keberadaan pulau- pulau kecil bahkan hilang dan tenggelam. Peneliti dari Commonwealth Scientific
and Industry Research Organization CSIRO Australia telah membuat
perbandingan model pengukuran dari kenaikan permukaan air laut regional terhadap hasil observasi dari catatan pengukuran pasang surut dan pengukuran altimeter dari
satelit. Mereka menyimpulkan bahwa perkiraan terbaik tentang rata-rata kenaikan
permukaan air laut secara global untuk periode tahun 1950 sampai dengan tahun 2000 berkisar antara 1,8 sampai 1,9 mm pertahun berada di bawah 10 cm. Hal ini
dibuktikan oleh kenaikan air laut tertinggi sekitar 3 mm pertahun atau 30 cm per abad terjadi di daerah Pasifik Barat dekat khatulistiwa dan samudera Hindia pada
daerah Ekuator Barat. Pittock 2005 memperkirakan adanya kenaikan suhu udara rata-rata selama 3 tahun berturut-turut pada akhir abad 20, diperkirakan suhu
atmosfer bumi akan meningkat antara 1,4 C sampai dengan 5,8
C selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2100, sedangkan Intergovernmental Panel on
Climate Change IPCC menyimpulkan suhu permukaan global akan meningkat
1.1 C sampai dengan 6.4 °C 2.0 hingga 11.5 °F pada tahun yang sama.
Mencermati hal tersebut, KP2K MS2B memiliki elevasi yang rendah, kaya akan keanekaragaman
hayati, namun
belum memiliki
suatu kajian
yang mempertimbangkan fenomena pemanasan global berakibat pada menaiknya
permukaan air laut, sebagai suatu cara mengantisipasi ke depan hilangnya pulau- pulau kecil. Untuk itu diperlukan suatu kajian sebagai berikut:
- Perlu kajian mengenai menaiknya permukaan air laut pulau-pulau kecil
Kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat. -
Perlu mengantisipasi dengan melakukan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkesinambungan.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN •