1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu persoalan yang masih banyak terjadi dalam proses belajar mengajar adalah ketika guru hanya menjelaskan dengan metode ceramah pada
siswa, sehingga siswa hanya mendengarkan dan cenderung kurang kreatif. Qomar 2012:73 menyatakan bahwa guru yang memerankan dirinya sendiri sebagai
aktor tunggal menjadikan ia sendiri yang pintar, sedangkan siswa menjadi pelaku yang pasif.
Guru yang awalnya sebagai sumber belajar, pada saat ini seharusnya mengarah sebagai fasilitator yang mampu mengusahakan sumber belajar untuk
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar. Hal ini menuntut kehadiran sebuah bahan ajar agar menjembatani permasalahan keterbatasan
kemampuan daya serap siswa dan keterbatasan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Selain itu, kehadiran bahan ajar dapat
berguna untuk memahami dan memberikan perlakuan sesuai dengan karakteristik siswa secara individual, menjembatani persoalan rendahnya aktualisasi diri siswa,
sehingga materi-materi yang kurang dipahami dapat dieksplorasi kembali melalui bahan ajar Lestari, 2013.
Berdasarkan hasil monitoring, supervisi, dan evaluasi keterlaksanaan KTSP Tahun 2009 yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan SMA, ditemukan
bahwa masih banyak guru yang belum mampu mengembangkan bahan ajar secara
mandiri. Data survei peneliti di sekolah menunjukkan bahwa masih jarang guru yang menulis bahan ajar sendiri. Guru lebih banyak mengandalkan buku paket
atau bahan ajar yang disusun oleh guru lain. Sementara itu, dalam realitas pendidikan di lapangan, banyak pendidik
yang masih menggunakan bahan ajar yang konvensional, yaitu bahan ajar yang tinggal pakai. Oleh karena itu, bahan ajar menjadi tidak kontekstual, tidak
menarik, monoton, dan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Seorang pendidik dituntut kreativitasnya untuk mampu menyusun bahan ajar yang inovatif,
variatif, menarik, kontekstual, dan sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta didik . Apabila hal tersebut terpenuhi, maka pembelajaran akan lebih menarik dan
mengesankan bagi siswa. Dengan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, secara otomatis dapat memicu terjadinya proses pembelajaran yang efektif
Prastowo, 2012. Kondisi lain yang mendukung pentingnya bahan ajar adalah relevansi
dengan kebutuhan dan kondisi siswa saat ini. Hal ini juga akan berpengaruh pada proses pembelajaran dan hasil belajar yang ingin dicapai. Selain itu, Usaha untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan bahan ajar yang disesuaikan denagn kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang menyatukan aspek pengetahuan knowledge, keterampilan skill, dan pengamatan sikap
attitude. Untuk pelaksanaan penyusunannya, kurikulum 2013 adalah bagian dari kelanjutan pengembangan Kurikulum berbasis Kompetensi KBK dengan
mencakup 3 kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu Kemendikbud, 2013.
Bahan ajar adalah sarana pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara
sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya
Widodo Jasmadi, 2008:40. Dalam usaha ketercapaian kompetensi oleh siswa, maka bahan ajar yang dipakai adalah bahan ajar berbasis kompetensi. Oleh karena
itu, kurikulum 2013 dipakai dalam penyusunan bahan ajar. Sumber belajar yang paling sering digunakan oleh siswa dan guru adalah
buku pelajaran Adisendjaja dan Romlah, 2007. Buku pelajaran ini biasanya
cenderung berukuran besar dan susah untuk dibawa kemanapun, selain itu buku pelajaran kebanyakan berisi bacaan yang terlalu panjang pada setiap halamannya
dan gambar yang sedikit sehingga kurang menarik. Maka dari itulah minat baca siswa terhadap buku pelajaran menjadi rendah. Dan nantinya akan berdampak
pada rendahnya hasil belajar siswa. Ada banyak faktor yang menyebabkan kemampuan membaca anak-anak Indonesia tergolong rendah. Salah satunya yaitu
ketiadaan sarana dan prasarana, khususnya buku-buku bacaan yang bermutu. Dan banyaknya keluarga di Indonesia yang belum mentradisikan kegiatan membaca.
Padahal jika ingin menciptakan anak-anak yang memiliki pikiran luas dan baik akhlaknya, mau tidak mau kegiatan membaca perlu ditanamkan sejak dini
Darlius, 2010: 66-67.
Bahan ajar yang dikembangkan melalui penelitian ini bernama mini chemistry book atau disebut mini-chem book. Bahan ajar ini berbeda dari yang
biasa dipakai karena berukuran kecil sehingga mudah di bawa kemanapun dan berisi uraian bacaan yang relatif pendek pada setiap halamannya. Selain itu, buku
ini dilengkapi dengan tampilan yang menarik dengan berisi banyak gambar dan warna. Siswa cenderung menyukai bacaan yang menarik dengan sedikit uraian
dan banyak gambar atau warna Wardhani, 2012. Gambar dapat meningkatkan minat baca karena gambar dapat membantu pembaca berimajinasi. Imajinasi dapat
membantu seseorang meningkatkan kinerja ingatannya Suharnan, 2005 dan membantu mengingat kata-kata verbal Slavin, 2012.
Penelitian sebelumnya telah dilaksanakan oleh Wahyudi 2009 mengenai pemberian pop quiz dan penggunaan media buku saku yang berorientasi SETS di
SMA Negeri 1 Ungaran dan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Selain itu, penelitian juga telah dilakukan oleh Kusnadi 2010 mengenai
pembelajaran dengan menggunakan media Chem-mini book berorientasi CEP dalam pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif terhadap hasil
belajar siswa. Pada pembelajaran kimia terutama materi larutan penyangga erat
kaitannya dengan peristiwa di kehidupan sehari-hari siswa sehingga di harapkan setelah mempelajari materi ini siswa dapat menerapkannya dalam pemecahan
masalah secara kontekstual. Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 1 Pati, bahan ajar yang
dipakai oleh siswa adalah bahan ajar yang biasa beredar dipasaran. Bahan ajar ini
susah dibawa kemana-mana karena isinya yang tebal, cenderung monoton, kurang gambar, dan materi yang kurang ringkas, sehingga siswa susah memahami materi.
Serta isi materi lebih terpaku pada toeri-teori dan tidak ada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan keterkaitan dalam bidang yang lain, sehingga siswa
sulit untuk memahami konsep kimia yang bersifat abstrak. Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi sebagian siswa
SMAMA Supardi dan Indraspuri, 2010: 574. Selain itu, siswa menganggap penjelasan materi di kelas terlalu cepat, sehingga siswa sulit untuk mengikuti
pelajaran dengan baik. Maka dari itu, bahan ajar seperti mini-chem book di harapkan menjadi
salah satu komponen penting dalam pembelajaran siswa. Dengan adanya mini- chem book siswa dapat mempelajari sendiri materi yang belum di mengerti di
dalam maupun di luar kelas. Berdasarkan hasil observasi oleh Binadja 2006:21 terhadap contoh-
contoh bahan pembelajaran kimia dalam bentuk buku maupun dalam bentuk bahan lain yang layak di kategorikan untuk keperluan pembelajaran kimia, dapat
diketahui bahwa belum ada bahan pembelajaran dalam bentuk teks yang sepenuhnya bervisi dan berpendekatan SETS Science, Environment, Technology
and society yang di gunakan untuk pembelajaran di SMA. Selain siswa dapat menggunakan buku teks kimia SMA, Mini-chem book
berorientasi SETS dapat menjadi salah satu bahan ajar dalam pembelajaran kimia di kelas dan di pelajari siswa secara mandiri di luar kelas. Maka dari itu Mini-
chem book berisi materi pokok larutan penyangga dan materi larutan penyangga
yang dikaitkan dengen SETS dan dikemas secara menarik dengan gambar atau ilustrasi supaya menarik minat siswa untuk belajar. Dipilih materi larutan
penyangga karena pada materi ini banyak sekali penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan dan banyak juga keterkaitannya dalam lingkungan, teknologi, dan
masyarakat. Sedangkan dalam bahan ajar yang dipakai siswa belum ada penjabaran penerapan dan keterkaitannya seperti pada mini-chem book.
Visi SETS Science, Environment, Technology and Society merupakan cara pandang ke
depan yang membawa ke arah pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik Binadja, 2006.
Mini-chem book digunakan untuk memotivasi siswa dalam belajar dan penggunaan visi SETS dalam buku ini bertujuan untuk memberikan makna dari
setiap materi yang diberikan kepada siswa dan merangsang siswa agar siswa aktif mencari sumber-sumber belajar yang baru, baik melalui internet, artikelkoran,
majalah atau yang lainnya. Dengan
dasar pertimbangan
tersebut sangat
dimungkinkan “Pengembangan Mini-chem Book berorientasi SETS untuk meningkatkan hasil
belajar siswa terkait kompetensi larutan penyangga ” untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang muncul diatas.
1.2 RUMUSAN MASALAH