kemudian harga
ᵞ
diuji dengan uji t, yaitu :
t =
ᵞ
i
√ - √ -ᵞ
i
Jika t
lebih besar dari t
e
0,95 dan dk = n-2 maka butir tes adalah valid.
2. Reliabilitas
Suatu tes yang reliabel adalah selain mempunyai validitas yang tinggi, juga harus mempunyai koefisien reliabilitas yang cukup besar. Reliabilitas
berhubungan dengan masalah kepercayaan. Dalam mencari reliabilitas instrumen tes di pakai rumus KR-21 :
r =
−
−
−
t
Dimana: k = jumlah item dalam instrumen
M = mean skor total s = varians total
Sugiyono, 2010 Jika harga reliabilitas minimum 0,6 soal sudah dikatakan reliabel.
3. Taraf kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah derajat atau tingkat kesulitan yang dimiliki oleh sebuah soal. Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit. Rumus yang digunakan untuk mengetahui taraf kesukaran soal dalam
instrument ini adalah :
� =
JS
Keterangan : P
: indeks kesukaran soal B
: banyaknya siswa yang menjawab benar JS
: jumlah peserta tes
Kriteria taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut : 0,00 ≥ P 0,30 adalah soal sukar
0,30 ≥ P 0,70 adalah soal sedang 0,70 ≥ P ≤ 1,00 adalah soal mudah
Suharsimi, 2009
4. Daya beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Nilai yang menunjukkan
besarnya daya pembeda disebut deskriminasi D. D
=
J
−
J
= � − �
Dimana : J
= banyaknya peserta kelompok atas J
= banyaknya peserta kelompok bawah B
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
� = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
� = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Suharsimi, 2009 Dengan kategori daya beda seperti tertera pada tabel 3.2:
Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Daya Beda
Daya Beda Kriteria Penilaian
DB = 0.00 Sangat jelek
0.00 DB ≤ 0.20 Jelek
0.20 DB ≤ 0.70 Baik
0.70 DB ≤ 1.00 Sangat baik
Jika daya beda memiliki nilai negatif, maka soal tidak dapat dipakai atau harus direvisi.
3.10.1.3. Instrumen penilaian non tes
Instrumen penilaian non-tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar pada aspek psikomotorik dan afektif.
3.10.1.3.1 Instrumen penilaian aspek afektif dan aspek psikomotorik
Peningkatan hasil belajar siswa pada aspek afektif dan aspek psikomotorik diukur dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi afektif yang
dikembangkan yaitu lembar observasi sikap siswa dalam proses pembelajaran di kelas yang memuat indikator peningkatan afektif meliputi kerjasama, teliti,
mandiri, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Sedangkan lembar observasi psikomotorik yang dikembangkan yaitu lembar observasi aktivitas siswa dalam
melakukan percobaan di laboratorium yang memuat indikator peningkatan psikomotorik meliputi menyiapkan alat dan bahan, keterampilan menggunakan
alat, melaksanakan percobaan, kerjasama kelompok, kebersihan, hasil praktikum, dan kemampuan deskripsi hasil. Selanjutnya diukur validitas dan reliabilitas
lembar observasi menggunakan langkah sebagai berikut :
1. Validitas lembar observasi aspek afektif dan aspek psikomotorik