Peran Bahan Ajar dalam Pembelajaran Sains Kimia Pengembangan Bahan Ajar Buku

dilakukan sampai pada tahap pengembangan develop. Penyebaran Disseminate hanya dilakukan sebagai bagian dari tingkatan dari sosialisasi hasil penelitian yang sifatnya tidak mengikat.

2.4 Peran Bahan Ajar dalam Pembelajaran Sains Kimia

Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian sistem dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Komponen tersebut adalah siswa, guru, lingkungan serta sarana media yang mendukung proses pembelajaran tersebut. Guru merupakan fasilitator dalam suatu proses pembelajaran. Akan tetapi, guru tidak mungkin memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Sejalan dengan hal tersebut guru harus menyediakan sumber belajar yang diperlukan siswa. Bentuk sumber belajar adalah bahan ajar yang dapat digunakan siswa dalam pembelajaran. Bahan ajar adalah bahan atau materi yang disusun oleh guru secara sistematis yang digunakan siswa didalam pembelajaran, dapat berbentuk buku, modul, handout, LKS, dan dan dalam bentuk lainnya Arlitasari, Pujiyanto dan Budhiarti, 2013. Sains Kimia merupakan ilmu yang didalamnya berisi konsep konsep mengenai gejala alam yang sering ditemui siswa dalam lingkungan sehari hari. Sains Kimia kebanyakan memuat konsep mempunyai arti jelas yang sudah disepakati oleh tokoh kimia, namun pada kenyataannya siswa sering mempunyai konsep yang berbeda-beda Berg,1997:10. Oleh karena itu, dengan adanya bahan ajar siswa mampu memahami konsep kimia dengan benar dan mendorong kemampuan berpikir sebagai ilmuwan. Bahan ajar digunakan untuk membantu memecahkan masalah pendidikan dan memberi informasi positif karena dapat menuntun siswa untuk berpikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut Yusfiani Situmarang, 2011. Bahan ajar menjadi bagian penting dalam pembelajaran di sekolah, dengan demikian buku ajar kimia bermutu dan inovatif sangat diperlukan oleh siswa Sekolah Menengah Atas SMA karena berfungsi ganda sebagai media pembelajaran dan sekaligus sebagai memperbaiki karakter baik siswa Situmorang, 2013.

2.5 Pengembangan Bahan Ajar Buku

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu membuat siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran sebagai berikut: 1. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung pemaparan materi pembelajaran. 2. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya. 3. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa. 4. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri. Widodo Jasmadi,2008:50 Sebuah bahan ajar yang baik harus mencakup: 1 petunjuk belajar; 2 kompetensi yang akan dicapai; 3 informasi pendukung; 4 latihan-latihan; 5 petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja LK; dan 6 evaluasi. Selain itu, bahan ajar layak jika memenuhi kelayakan isi, bahasa, serta penyajian. Sebuah tes keterbacaan dibutuhkan untuk menguji sebuah bahan ajar agar diketahui oleh siswa Lestari, 2013:3. Menurut Prastowo 2011: 172 bahan ajar berbentuk buku teks pelajaran terdiri atas lima komponen, yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, serta penilaian. Selain itu, isi kandungannya harus mengacu kepada kompetensi dasar yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Serta ada lima langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan buku teks pelajaran, sebagaimana diperinci satu persatu dalam uraian berikut: 1. Memperhatikan kurikulum dengan cara menganalisisnya. Analisis kurikulum ini meliputi analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang mesti dikuasai oleh peserta didik. Dari kompetensi dasar, kemudian dijabarkan ke dalam indikator- indikator pencapaian hasil belajar dan materi pokok. Selanjutnya , dengan menyusun peta bahan ajar, kita dapat menemukan materi-materi yang diperlukan untuk menyusun materi pokok. Dari materi tersebut, baru dimulai proses penulisan. 2. Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan standar-standar kompetensi yang akan disediakan oleh buku kita. Untuk menentukan judul, pada umumnya berdasarkan materi pokok yang disajikan. Jadi, jika kita sudah menentukan materi pokok, maka itulah yang dijadikan judul masing-masing bab dari buku yang kita susun. Sementara, judul bukunya disesuaikan dengan mata pelajaran. 3. Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi. Menurut Bobbi DePorter dalam bukunya Quantum Writer, ada dua strategi yang bisa digunakan untuk mengatur curah gagasan yang akan kita tuliskan, yaitu dengan peta pikiran dan strategi kerangka. 4. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan Dalam mengumpulkan referensi, sebaiknya menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya. Referensi yang bisa digunakan misalnya buku ilmiah, jurnal penelitian, surat kabar, majalah, laporan-laporan hasil penelitian, internet dan sebagainya. 5. Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Sebagai contoh, untuk peserta didik yang duduk di bangku setingkat SMA, upayakan membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 per kalimat dan dalam satu paragraf terdiri atas 3-7 kalimat. Dalam teknik penyusunan bahan ajar cetak, ada beberapa ketentuan yang hendaknya kita jadikan pedoman, di antaranya sebagai berikut: 1. Judul atau materi yang disajikan harus berintikan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik. 2. Untuk menyusun bahan ajar cetak, ada enam hal lain yang perlu dimengerti yaitu: 1 susunan tampilannya jelas dan menarik, 2 bahasa yang mudah meliputi mengalirnya kosakata, jelasnya kalimat, dan jelasnya hubungan antarkalimat, serta kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, 3 mampu menguji pemahaman, 4 adanya stimulan yaitu menyangkut enak tidaknya bahan ajar cetak dilihat, tulisannya mendorong pembaca untuk berpikir, dan menguji stimulan, 5 kemudahan dibaca yaitu terkait keramahan bahan ajar cetak terhadap mata, 6 materi instruksional. Hal ini menyangkut pemilihan teks, bahan kajian, dan lembar kerja Prastowo 2012:73.

2.6 Science, Environment, Technology, and Society SETS