1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Seberapa valid mini-chem book berorientasi SETS terkait kompetensi larutan
penyangga layakvalid? 2.
Apakah mini-chem book berorientasi SETS yang digunakan dalam
pembelajaran berpengaruh pada hasil belajar siswa terkait kompetensi larutan penyangga?
3. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran menggunakan
mini-chem book berorientasi SETS yang telah dikembangkan? 4.
Apa kelebihan dan kelemahan penggunaan mini-chem book berorientasi SETS dalam pembelajaran larutan penyangga?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut: 1.
Mengetahui kelayakan mini-chem book berorientasi SETS terkait kompetensi larutan penyangga.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan mini-chem book berorientasi SETS dalam
peningkatan hasil belajar siswa terkait kompetensi larutan penyangga. 3.
Mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran menggunakan
mini-chem book berorientasi SETS. 4.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan yang diperoleh dalam penggunaan mini- chem book dalam pembelajaran larutan penyangga.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoritis dan praktis yaitu:
1. Secara Teoritis
Dengan adanya pengembangan mini-chem book diharapkan menambah
variasi bahan ajar yang dapat dipakai siswa dalam pembelajaran dan menambah pengetahuan khususnya tentang keterkaitan unsur SETS Science, Environment,
Technology, and Society dengan konsep materi dalam ilmu kimia.
2. Secara Praktis
1. Bagi peserta didik
Peserta didik dengan mandiri dapat mempelajari mini-chem book berorientasi
SETS yang telah dikembangkan dan diharapkan dapat memaksimalkan hasil
belajar dan adanya mini-chem book
dapat menjadi penunjang dalam pembelajaran peserta didik ketika membahas materi tentang larutan
penyangga dan keterkaitannya dalam unsur SETS. 2.
Bagi Guru Mini-chem book berorientasi SETS
sebagai bahan ajar dapat membantu guru dalam proses pembelajaran kepada peserta didik mengenai materi larutan
penyangga dan keterkaitan materi larutan penyangga dalam unsur SETS.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Kimia
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta
didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto, 2010: 2.
Definisi lain dari pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik secara langsung dalam proses kegiatan
belajar mengajar maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan media pembelajaran Rusman, 2011: 134.
Pembelajaran menurut Mulyasa 2006: 255 pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan pengertian ilmu kimia itu sendiri.
Kimia sebagai proses diartikan sebagai kerja ilmiah, sedangkan kimia sebagai produk diartikan sebagai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori Soekardjo dan Lis, 2009: 2. Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi sebagian siswa SMAMA Supardi dan
Indraspuri, 2010: 574. Kesulitan ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia
itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp 1985: 5 –9, yaitu
sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak
tersebut, ilmu kimia yang dipelajari merupakan penyederhanaan dari ilmu yang sebenarnya, ilmu kimia berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya
sekedar memecahkan soal-soal, dan beban materi yang harus dipelajari dalam pembelajaran kimia sangat banyak.
Menurut Mulyasa 2006: 133 –134, mata pelajaran kimia di SMAMA
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1.
membentuk sikap positif terhadap kimia dan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
2. memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
bekerja sama dengan orang lain 3.
memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis
dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara
lisan dan tertulis 4.
meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari
pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
5. memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan hubungan timbal balik antara guru dan siswa dengan langkah yang
ditentukan oleh guru. Langkah pembelajaran tersebut mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama seperti perolehan hasil belajar yang maksimal ataupun
peningkatan hasil belajar.
2.1.1 Hasil Belajar
Slameto 2010:2 menyatakan bahwa ”Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Definisi lain mengenai hasil belajar yaitu menurut Sudjana 2005:3 merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menempuh proses belajar.
Hasil belajar pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif intelektual, afektif sikap, dan psikomotorik bertindak.
Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan serta perubahan
aspek lain yang ada pada individu yang belajar Sudjana 2005:3. Se
dangkan menurut Rifa’i dan Anni 2012:69 hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan
belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung apa yang
dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah
berupa penguasaan konsep. Menurut Benyamin S Bloom dalam Anni 2007:70 menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah
kognitif cognitive domain, ranah afektif affective domain, dan ranah psikomotorik psychomotoric domain. 1 Ranah Kognitif dimana ranah ini
berkenaan dengan hasil belajar berupa pengetahuan kemampuan dan kemahiran intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan knowlelge,
pemahaman comprehension, penerapan application, analisis analysis,sintesis synthesis dan penilaian evaluation. 2 Ranah Afektif ini berkenaan dengan
sikap yang terdiri atas 5 aspek, yaitu penerimaan receiving, penanggapan responding, penilaian valuing, organisasi organization, dan internalisasi. 3
Ranah Psikomotorik, ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori
jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Simpson Gay,1986 dalan Anni 2007:10-12 ada 7 yaitu persepsi perception, kesiapan set, gerakan terbimbing
guided response, gerakan terbiasa mechanism, gerakan kompleks complex overt respons, penyesuaian adaptation, kreativitas originality.
Pengertian - pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar
yang mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan adanya hasil belajar pada siswa bisa digunakan sebagai tolak ukur bagi guru untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum dan bagi siswa dapat dijadikan sebagai tolak ukur kemampuan siswa pada suatu materi.
2.2 Implementasi Kurikulum 2013