PENGEMBANGAN MINI CHEM BOOK BERORIENTASI SETS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERKAIT KOMPETENSI LARUTAN PENYANGGA

(1)

PENGEMBANGAN MINI-CHEM BOOK

BERORIENTASI SETS UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA TERKAIT KOMPETENSI

LARUTAN PENYANGGA

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh Nor Harisah 4301410039

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (Q.S Al-Insyirah : 5-6)

2. Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan itu adalah untuk dirinya sendiri. (Q.S Al-Ankabut: 6)

3. Optimis, karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar.

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibu tercinta, serta keluargaku atas doa yang tak pernah putus, dukungan dan semangat yang selalu tercurah untukku.

2. Sahabat-sahabatku Yan Sandi Nurfitrasari, Deni Ardiyanti, Dwi Anita Sari, Afrilia Mada, Rizqiatun Nikmah dan sahabatku di PGSBI Chemist Education 2010 yang selalu mengajarkan arti persahabatan.

3. Sahabat-sahabat Kost Dinasti dan extraordinary people, serta sahabat Orienka thanks for all happiness moments.

4. Seluruh Civitas Akademica Jurusan Kimia Unnes 5. Dan semuanya yang telah memberikan motivasi


(5)

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengembangan

Mini-chem Book berorientasi SETS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa terkait Kompetensi Larutan Penyangga.”

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan FMIPA UNNES yang telah memberikan izin penelitian. 2. Ketua Jurusan Kimia yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ibu Dra. Woro Sumarni, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah tulus dan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ersanghono Kusuma, M.S. dan Bapak Prof. Drs. Achmad Binadja, Apt., Ph.D, sebagai dosen penguji.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala SMA N 1 Pati yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Ibu Rinsana Dewi, S.Pd dan Ibu Pudji Utami, S.Pd, sebagai guru kimia SMAN 1 Pati yang telah membantu dan memberikan arahan kepada peneliti dalam melakukan penelitian.

8. Ibu Galuh sebagai teknisi laboratorium yang telah membantu jalannya praktikum.


(6)

vi

9. Siswa-siswa SMA N 1 Pati, khususnya kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 yang telah membantu kesuksesan jalannya penelitian.

10.Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.

11.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca demi kebaikan di masa yang akan datang.

Semarang, 4 Juni 2014 Penulis


(7)

vii

ABSTRAK

Harisah, Nor. 2014. Pengembangan Mini-chem Book Berorientasi SETS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa terkait Kompetensi Larutan Penyangga. Skripsi. Jurusan Kimia., Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Woro Sumarni, M.Si.

Kata kunci: hasil belajar; SETS; mini-chem book

Buku merupakan bahan ajar yang berisi informasi positif untuk menuntun siswa berpikir, bersikap, dan menjadi bagian penting dalam pembelajaran di sekolah. Pada umumnya isi buku ajar berorientasi pada bahan pelajaran yang formal sehingga menjejali siswa dengan konsep-konsep yang harus dihafal, dan tidak mengajak siswa untuk menemukan makna serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan bermasyarakat. Sebagian besar buku ajar juga berukuran besar, memuat sedikit gambar, dan tidak berwarna sehingga bagi siswa buku tersebut tidak menarik. Hal inilah yang membuat minat baca siswa menjadi rendah dan berdampak pada ketuntasan hasil belajar siswa Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kelayakan mini-chem book berorientasi SETS (2) mengetahui pengaruh penggunaannya terhadap peningkatan hasil belajar siswa, (3) mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan mini-chem book. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). Validasi desain mini-chem book dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat kevalidan sebelum produk tersebut ditujukan pada siswa. Uji skala produk skala kecil dilakukan terhadap 10 siswa kelas XI. Uji coba skala besar mengambil XI IPA 2 sebagai kelas uji coba 1 yang menggunakan mini-chem book dalam pembelajaran dan XI IPA 3 sebagai kelas uji coba 2 yang tidak menggunakan

mini-chem book dalam pembelajaran. Hasil pengembangan mini-chem book

dinyatakan valid dengan kategori sangat baik dan sangat layak diterapkan. Perhitungan N-gain dari kelas uji coba 1 sebesar 0,62, sedangkan kelas uji coba 2 sebesar 0,40. Hasil uji thitung (7,59) lebih dari tkritis (1,67). Hasil tersebut

menunjukkan pembelajaran menggunakan mini-chem book memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar. Rata-rata nilai afektif kelas uji coba 1 sebesar 96%, sedangkan kelas uji coba 2 sebesar 89%. Rata-rata nilai psikomotorik kelas uji coba 1 sebesar 92% dan kelas uji coba 2 sebesar 91%. Hasil keseluruhan nilai aspek afektif dan psikomotorik kelas uji coba 1 lebih besar daripada kelas uji coba 2. Hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan mini-chem book positif dengan 23 siswa memberi tanggapan baik dari jumlah 31 siswa.


(8)

viii

ABSTRACT

Harisah, Nor. 2014. Developing SETS-Oriented Mini-chem Book to Improve Student Learning Outcome Related to The Competence of Buffer Solution. Final Project. Chemistry Department. Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University. Advisor Dra. Woro Sumarni, M.Si.

Keyword: learning outcome; SETS; Mini-chem book

Book is defined as a learning material that contains positive information as student guidance of thinking, behaving, and become an important part of learning at school. Generally, the content of a learning book is concept oriented which tends to force the students to memorize such concepts of science, and the reader cannot find the meaning and relevance with environment, technology, and society. Moreover, since most of learning books have a large size with a few picture, and colorless font and page, they are uninteresting for students. The circumtance leads to a decrease in students’ reading interest which unfortunately impacts to their learning outcomes completeness. This research aims to (1) knowing the feasibility of SETS-oriented mini-chem book (2) knowing the improvement of student’s learning outcomes (3) knowing the students’ response to the learning process using mini-chem book. This research is study of Research and Development (R&D). Mini-chem book design has been validated by the expert to know the level of validity before the product is used by the students. The small-scale test was done using 10 students of XI grade. The large-scale test took XI-Science 2 as 1st experiment group that using mini-chem book on learning and XI-Science 3 as 2nd experiment group that not using mini-chem book on learning. The development result of mini-chem book was declared valid with very good category and very feasible. N-gain calculation from 1st experiment group is 0,62, while 2nd experiment group is 0,40. The tcount (7,59) more than tcritic (1,67). This

result show that learning with mini-chem book gives a positive effect to the learning outcome. Affective average value of 1st experiment group is 96%, while 2nd experiment have affective average value 89%. psychomotor average value of 1st experiment group is 92%, while 2nd experiment have psychomotor average value 91%. The total score for both affective and psychomotor aspects of 1st experiment group was greater than 2nd experiment group. The students response is positive with 23 out of 31 students gave a good response for learning with mini-chem book.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Kimia ... 9

2.2 Implementasi Kurikulum 2013 ... 13

2.3 Model Penelitian dan Pengembangan ... 15

2.4 Peran Bahan Ajar dalam Pembelajaran Sains (Kimia) ... 17

2.5 Pengembangan Bahan Ajar Buku ... 18

2.6 Science, Environment, Technology, and Society (SETS) ... 21

2.7 Kespesifikan Mini-chem book yang Dikembangkan ... 24

2.8 Kerangka Berpikir ... 27

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.2 Objek Penelitian ... 28

3.3 Model Penelitian ... 28

3.4 Sampel Uji Coba Skala Kesil dan Skala Besar ... 29

3.5 Prosedur Penelitian ... 29

3.6 Tahap Pendefinisian ... 30

3.7 Tahap Rancangan ... 34

3.8 Tahap Pengembangan ... 34

3.9 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.10 Instrumen Penelitian ... 38


(10)

x

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.2 Hasil Pengembangan ... 55

4.3 Pembahasan ... 85

5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 99

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kriteria Bahan Ajar Mini-chem Book ... 39

3.2 Kriteria Penilaian Daya Beda ... 42

3.3 Kriteria Validasi Penilaian Lembar Observasi Afektif dan Psikomotorik 44 3.4 Kriteria Penilaian Reliabilitas ... 45

3.5 Kriteria Penilaian Respon Siswa dan guru terhadap Mini-chem Book .... 47

3.6 Kategori Penilaian Tiap Aspek Lembar Respon Siswa dan Guru ... 47

3.7 Kriteria Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik ... 50

3.8 Kriteria Rata-Rata tiap aspek lembar afektif dan psikomotorik ... 51

3.9 Kriteria Deskriptif Presentase Kelayaakn Mini-Chem Book... 52

4.1 Karakter Silabus Hasil Pengembangan ... 58

4.2 Karakter Indikator Kognitif pada RPP ... 60

4.3 Karakter Indikator Afektif pada RPP ... 62

4.4 Karakter Kegiatan Pembelajaran pada RPP ... 63

4.5 Karakter keterkaitan Unsur SETS dalam Bahan Ajar ... 66

4.6 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Penilaian Tes ... 72

4.7 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Penilaian Non Tes ... 72

4.8 Contoh Saran Perbaikan terhadap Mini-chem Book ... 73

4.9 Rata-rata Hasil Validasi Aspek Kelayakan Isi, Kebahasaan, dan Penyajian dalam Mini-chem Book ... 76

4.10 Perolehan Nilai Pretest dan Postest Kelas Uji Coba 1 dan 2 ... 77

4.11 Perolehan Hasil N-Gain Kelas Uji Coba 1 dan 2 ... 78

4.12 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest kelas uji coba 1 dan 2 .... 78

4.13 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Satu Pihak Kanan Data Postest ... 79

4.14 Rata-rata Nilai Tiap Aspek Afektif Pada Kelas Uji Coba 1 dan 2 ... 79

4.15 Rata-rata Nilai Aspek Psikomotorik Pada Kelas Uji Coba 1 dan 2 ... 81

4.16 Respon Siswa pada Uji Coba Skala Kecil ... 82

4.17 Respon Siswa Kelas XI IPA 2 pada Uji Coba Skala Besar ... 83


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Ranah Belajar pada Kurikulum 2013 ... 13

2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 28

3.1 Diagram Alir Pengembangan Mini-chem Book ... 30

4.1 Halaman Depan Mini-chem Book ... 53

4.2 Contoh ilustrasi Gambar dalam Mini-chem Book ... 55

4.3 Contoh Penerapan Aspek Karakter Silabus dalam Mini-chem Book ... 59

4.4 Contoh Penerapan Karakter dari RPP dalam Mini-chem Book... 61

4.5 Contoh Penugasan Soal pada Kegiatan Pembelajaran dalam RPP ... 64

4.6 Keterkaitan unsur SETS ... 65

4.7 Keterkaitan SETS dalam Alat Evaluasi Kognitif ... 69

4.8 Fisik dan Karakter Alat Evaluasi Non Tes... 71

4.9 Diagram Batang Nilai Pretest, Posttest, dan N-gain Dua Kelas Uji Coba 88 4.10 Diagram Batang Aspek Afektif Tiap Karakter ... 90

4.11 Diagram Batang Aspek Psikomotorik Tiap Karakter ... 92


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kisi – kisi Soal Uji Coba ... 106

2 Instrumen Kognitif (Soal) ... 107

3 Analisis Uji Coba Soal ... 113

4 Tabulasi Hasil Uji Coba Soal Pilihan ... 114

5 Soal Pretest ... 115

6 Soal Postest ... 119

7 Uji N-gain ... 124

8 Uji Kesamaan Dua Varians ... 126

9 Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Satu Pihak Kanan) ... 127

10 Analisis Hasil Belajar Afektif ... 129

11 Analisis Hasil Belajar Psikomotorik ... 133

12 Reliabilitas Lembar Observasi Afektif ... 137

13 Reliabilitas Lembar Observasi Psikomotorik ... 140

14 Hasil Analisis Angket Respon Siswa Kelas Besar, Kecil, dan Guru ... 143

15 Reliabilitas Angket Respon Siswa ... 148

16 Silabus ... 150

17 RPP ... 153

18 Hasil Validasi Mini-Chem Book ... 191


(14)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Salah satu persoalan yang masih banyak terjadi dalam proses belajar mengajar adalah ketika guru hanya menjelaskan dengan metode ceramah pada siswa, sehingga siswa hanya mendengarkan dan cenderung kurang kreatif. Qomar (2012:73) menyatakan bahwa guru yang memerankan dirinya sendiri sebagai aktor tunggal menjadikan ia sendiri yang pintar, sedangkan siswa menjadi pelaku yang pasif.

Guru yang awalnya sebagai sumber belajar, pada saat ini seharusnya mengarah sebagai fasilitator yang mampu mengusahakan sumber belajar untuk menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar. Hal ini menuntut kehadiran sebuah bahan ajar agar menjembatani permasalahan keterbatasan kemampuan daya serap siswa dan keterbatasan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Selain itu, kehadiran bahan ajar dapat berguna untuk memahami dan memberikan perlakuan sesuai dengan karakteristik siswa secara individual, menjembatani persoalan rendahnya aktualisasi diri siswa, sehingga materi-materi yang kurang dipahami dapat dieksplorasi kembali melalui bahan ajar (Lestari, 2013).

Berdasarkan hasil monitoring, supervisi, dan evaluasi keterlaksanaan KTSP Tahun 2009 yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan SMA, ditemukan bahwa masih banyak guru yang belum mampu mengembangkan bahan ajar secara


(15)

mandiri. Data survei peneliti di sekolah menunjukkan bahwa masih jarang guru yang menulis bahan ajar sendiri. Guru lebih banyak mengandalkan buku paket atau bahan ajar yang disusun oleh guru lain.

Sementara itu, dalam realitas pendidikan di lapangan, banyak pendidik yang masih menggunakan bahan ajar yang konvensional, yaitu bahan ajar yang tinggal pakai. Oleh karena itu, bahan ajar menjadi tidak kontekstual, tidak menarik, monoton, dan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Seorang pendidik dituntut kreativitasnya untuk mampu menyusun bahan ajar yang inovatif, variatif, menarik, kontekstual, dan sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta didik . Apabila hal tersebut terpenuhi, maka pembelajaran akan lebih menarik dan mengesankan bagi siswa. Dengan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, secara otomatis dapat memicu terjadinya proses pembelajaran yang efektif (Prastowo, 2012).

Kondisi lain yang mendukung pentingnya bahan ajar adalah relevansi dengan kebutuhan dan kondisi siswa saat ini. Hal ini juga akan berpengaruh pada proses pembelajaran dan hasil belajar yang ingin dicapai. Selain itu, Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan bahan ajar yang disesuaikan denagn kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang menyatukan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan pengamatan sikap (attitude). Untuk pelaksanaan penyusunannya, kurikulum 2013 adalah bagian dari kelanjutan pengembangan Kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) dengan


(16)

mencakup 3 kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) secara terpadu (Kemendikbud, 2013).

Bahan ajar adalah sarana pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo & Jasmadi, 2008:40). Dalam usaha ketercapaian kompetensi oleh siswa, maka bahan ajar yang dipakai adalah bahan ajar berbasis kompetensi. Oleh karena itu, kurikulum 2013 dipakai dalam penyusunan bahan ajar.

Sumber belajar yang paling sering digunakan oleh siswa dan guru adalah buku pelajaran (Adisendjaja dan Romlah, 2007). Buku pelajaran ini biasanya cenderung berukuran besar dan susah untuk dibawa kemanapun, selain itu buku pelajaran kebanyakan berisi bacaan yang terlalu panjang pada setiap halamannya dan gambar yang sedikit sehingga kurang menarik. Maka dari itulah minat baca siswa terhadap buku pelajaran menjadi rendah. Dan nantinya akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Ada banyak faktor yang menyebabkan kemampuan membaca anak-anak Indonesia tergolong rendah. Salah satunya yaitu ketiadaan sarana dan prasarana, khususnya buku-buku bacaan yang bermutu. Dan banyaknya keluarga di Indonesia yang belum mentradisikan kegiatan membaca. Padahal jika ingin menciptakan anak-anak yang memiliki pikiran luas dan baik akhlaknya, mau tidak mau kegiatan membaca perlu ditanamkan sejak dini (Darlius, 2010: 66-67).


(17)

Bahan ajar yang dikembangkan melalui penelitian ini bernama mini chemistry book atau disebut mini-chem book. Bahan ajar ini berbeda dari yang biasa dipakai karena berukuran kecil sehingga mudah di bawa kemanapun dan berisi uraian bacaan yang relatif pendek pada setiap halamannya. Selain itu, buku ini dilengkapi dengan tampilan yang menarik dengan berisi banyak gambar dan warna. Siswa cenderung menyukai bacaan yang menarik dengan sedikit uraian dan banyak gambar atau warna (Wardhani, 2012). Gambar dapat meningkatkan minat baca karena gambar dapat membantu pembaca berimajinasi. Imajinasi dapat membantu seseorang meningkatkan kinerja ingatannya (Suharnan, 2005) dan membantu mengingat kata-kata verbal (Slavin, 2012).

Penelitian sebelumnya telah dilaksanakan oleh Wahyudi (2009) mengenai pemberian pop quiz dan penggunaan media buku saku yang berorientasi SETS di SMA Negeri 1 Ungaran dan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Selain itu, penelitian juga telah dilakukan oleh Kusnadi (2010) mengenai pembelajaran dengan menggunakan media Chem-mini book berorientasi CEP dalam pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif terhadap hasil belajar siswa.

Pada pembelajaran kimia terutama materi larutan penyangga erat kaitannya dengan peristiwa di kehidupan sehari-hari siswa sehingga di harapkan setelah mempelajari materi ini siswa dapat menerapkannya dalam pemecahan masalah secara kontekstual.

Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 1 Pati, bahan ajar yang dipakai oleh siswa adalah bahan ajar yang biasa beredar dipasaran. Bahan ajar ini


(18)

susah dibawa kemana-mana karena isinya yang tebal, cenderung monoton, kurang gambar, dan materi yang kurang ringkas, sehingga siswa susah memahami materi. Serta isi materi lebih terpaku pada toeri-teori dan tidak ada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan keterkaitan dalam bidang yang lain, sehingga siswa sulit untuk memahami konsep kimia yang bersifat abstrak. Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi sebagian siswa SMA/MA (Supardi dan Indraspuri, 2010: 574). Selain itu, siswa menganggap penjelasan materi di kelas terlalu cepat, sehingga siswa sulit untuk mengikuti pelajaran dengan baik.

Maka dari itu, bahan ajar seperti mini-chem book di harapkan menjadi salah satu komponen penting dalam pembelajaran siswa. Dengan adanya mini-chem book siswa dapat mempelajari sendiri materi yang belum di mengerti di dalam maupun di luar kelas.

Berdasarkan hasil observasi oleh Binadja (2006:21) terhadap contoh-contoh bahan pembelajaran kimia dalam bentuk buku maupun dalam bentuk bahan lain yang layak di kategorikan untuk keperluan pembelajaran kimia, dapat diketahui bahwa belum ada bahan pembelajaran dalam bentuk teks yang sepenuhnya bervisi dan berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology and society) yang di gunakan untuk pembelajaran di SMA.

Selain siswa dapat menggunakan buku teks kimia SMA, Mini-chem book

berorientasi SETS dapat menjadi salah satu bahan ajar dalam pembelajaran kimia di kelas dan di pelajari siswa secara mandiri di luar kelas. Maka dari itu Mini-chem book berisi materi pokok larutan penyangga dan materi larutan penyangga


(19)

yang dikaitkan dengen SETS dan dikemas secara menarik dengan gambar atau ilustrasi supaya menarik minat siswa untuk belajar. Dipilih materi larutan penyangga karena pada materi ini banyak sekali penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan dan banyak juga keterkaitannya dalam lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Sedangkan dalam bahan ajar yang dipakai siswa belum ada penjabaran penerapan dan keterkaitannya seperti pada mini-chem book. Visi SETS (Science, Environment, Technology and Society) merupakan cara pandang ke depan yang membawa ke arah pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik (Binadja, 2006).

Mini-chem book digunakan untuk memotivasi siswa dalam belajar dan penggunaan visi SETS dalam buku ini bertujuan untuk memberikan makna dari setiap materi yang diberikan kepada siswa dan merangsang siswa agar siswa aktif mencari sumber-sumber belajar yang baru, baik melalui internet, artikel/koran, majalah atau yang lainnya.

Dengan dasar pertimbangan tersebut sangat dimungkinkan

“Pengembangan Mini-chem Book berorientasi SETS untuk meningkatkan hasil belajar siswa terkait kompetensi larutan penyangga” untuk mengatasi


(20)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Seberapa valid mini-chem book berorientasi SETS terkait kompetensi larutan penyangga layak/valid?

2. Apakah mini-chem book berorientasi SETS yang digunakan dalam pembelajaran berpengaruh pada hasil belajar siswa terkait kompetensi larutan penyangga?

3. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran menggunakan

mini-chem book berorientasi SETS yang telah dikembangkan?

4. Apa kelebihan dan kelemahan penggunaan mini-chem book berorientasi SETS dalam pembelajaran larutan penyangga?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui kelayakan mini-chem book berorientasi SETS terkait kompetensi larutan penyangga.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan mini-chem book berorientasi SETS dalam peningkatan hasil belajar siswa terkait kompetensi larutan penyangga.

3. Mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran menggunakan

mini-chem book berorientasi SETS.

4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan yang diperoleh dalam penggunaan mini-chem book dalam pembelajaran larutan penyangga.


(21)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoritis dan praktis yaitu:

1. Secara Teoritis

Dengan adanya pengembangan mini-chem book diharapkan menambah variasi bahan ajar yang dapat dipakai siswa dalam pembelajaran dan menambah pengetahuan khususnya tentang keterkaitan unsur SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dengan konsep materi dalam ilmu kimia.

2. Secara Praktis 1. Bagi peserta didik

Peserta didik dengan mandiri dapat mempelajari mini-chem book berorientasi SETS yang telah dikembangkan dan diharapkan dapat memaksimalkan hasil belajar dan adanya mini-chem book dapat menjadi penunjang dalam pembelajaran peserta didik ketika membahas materi tentang larutan penyangga dan keterkaitannya dalam unsur SETS.

2. Bagi Guru

Mini-chem book berorientasi SETS sebagai bahan ajar dapat membantu guru dalam proses pembelajaran kepada peserta didik mengenai materi larutan penyangga dan keterkaitan materi larutan penyangga dalam unsur SETS.


(22)

9

2.1 Pembelajaran Kimia

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2).

Definisi lain dari pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik secara langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan media pembelajaran (Rusman, 2011: 134).

Pembelajaran menurut Mulyasa (2006: 255) pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan pengertian ilmu kimia itu sendiri.

Kimia sebagai proses diartikan sebagai kerja ilmiah, sedangkan kimia sebagai produk diartikan sebagai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori (Soekardjo dan Lis, 2009: 2). Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi sebagian siswa SMA/MA (Supardi dan Indraspuri, 2010: 574). Kesulitan ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia


(23)

itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985: 5–9), yaitu sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak tersebut, ilmu kimia yang dipelajari merupakan penyederhanaan dari ilmu yang sebenarnya, ilmu kimia berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal, dan beban materi yang harus dipelajari dalam pembelajaran kimia sangat banyak.

Menurut Mulyasa (2006: 133–134), mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. membentuk sikap positif terhadap kimia dan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa 2. memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat

bekerja sama dengan orang lain

3. memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis

4. meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat


(24)

5. memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan hubungan timbal balik antara guru dan siswa dengan langkah yang ditentukan oleh guru. Langkah pembelajaran tersebut mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama seperti perolehan hasil belajar yang maksimal ataupun peningkatan hasil belajar.

2.1.1 Hasil Belajar

Slameto (2010:2) menyatakan bahwa ”Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Definisi lain mengenai hasil belajar yaitu menurut Sudjana (2005:3) merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menempuh proses belajar. Hasil belajar pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan psikomotorik (bertindak). Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan serta perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Sudjana 2005:3).

Sedangkan menurut Rifa’i dan Anni (2012:69) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung apa yang


(25)

dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Menurut Benyamin S Bloom dalam Anni (2007:70) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain). 1) Ranah Kognitif dimana ranah ini berkenaan dengan hasil belajar berupa pengetahuan kemampuan dan kemahiran intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan (knowlelge),

pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis),sintesis

(synthesis) dan penilaian (evaluation). 2) Ranah Afektif ini berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek, yaitu penerimaan (receiving), penanggapan

(responding), penilaian (valuing), organisasi (organization), dan internalisasi. 3) Ranah Psikomotorik, ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Simpson (Gay,1986) dalan Anni (2007:10-12) ada 7 yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing

(guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt respons), penyesuaian (adaptation), kreativitas (originality).

Pengertian - pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar yang mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan adanya hasil belajar pada siswa bisa digunakan sebagai tolak ukur bagi guru untuk


(26)

mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum dan bagi siswa dapat dijadikan sebagai tolak ukur kemampuan siswa pada suatu materi.

2.2 Implementasi Kurikulum 2013

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah pe[Comments]ningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013).

Gambar 2.1 Ranah belajar pada kurikulum 2013 Hasil Belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, invatif, dan afektif di kelas


(27)

Mulyasa (2013) menyatakan implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan, karena Kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama: Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Kedua: Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Ketiga: ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah (Kemendikbud, 2013).


(28)

2.3 Model Penelitian dan Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan (research and develpment/ R&D) digunakan apabila peneliti bermaksud menghasilkan produk tertentu, dan sekaligus menguji keefektifan produk tersebut. Dengan metode R&D diharapkan dapat ditemukan dan diuji produk-produk baru yang berguna bagi kehidupan manusia, lembaga, dan masyarakat. Metode penelitian ini bersifat longitudinal, sehingga penelitian dilakukan secara bertahap, dan setiap tahap mungkin digunakan metode yang berbeda (Sugiyono, 2012).

Metode pengembangan (development research) dengan menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D model) dari Thiagarajan, Semmel & Semmel mempunyai beberapa tahapan. Tahapan model pengembangan meliputi tahap pendefinisian (define), tahap perancangan

(design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate). Menurut Trianto (2007 : 65), secara garis besar keempat tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 4 langkah pokok, yaitu: (a) analisis siswa, (b) analisis tugas, (c) analisis konsep, dan (d) perumusan tujuan pembelajaran.

2. Tahap Perencanaan (Design)


(29)

dari tiga langkah yaitu, (a) penyusunan tes acuan patokan yang merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran khusus. Tes ini merupakan suatu alat yang mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar, (b) pemilihan bahan ajar yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, dan (c) pemilihan format.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (a) validasi bahan ajar oleh para pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan siswa. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut pada skala lebih luas dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya. Kemudian dilakukan revisi akhir produk sebelum bahan ajar benar-benar digunakan.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.

Target selesainya penelitian harus melewati langkah-langkah seperti dijelaskan di atas. Pada uji coba skala lebih, peneliti melakukan uji coba di kelas besar mengikuti alokasi waktu yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran materi larutan penyangga yaitu empat pertemuan. Dalam penelitian ini hanya


(30)

dilakukan sampai pada tahap pengembangan (develop). Penyebaran (Disseminate) hanya dilakukan sebagai bagian dari tingkatan dari sosialisasi hasil penelitian yang sifatnya tidak mengikat.

2.4 Peran Bahan Ajar dalam Pembelajaran Sains (Kimia)

Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian sistem dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Komponen tersebut adalah siswa, guru, lingkungan serta sarana (media) yang mendukung proses pembelajaran tersebut. Guru merupakan fasilitator dalam suatu proses pembelajaran. Akan tetapi, guru tidak mungkin memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Sejalan dengan hal tersebut guru harus menyediakan sumber belajar yang diperlukan siswa. Bentuk sumber belajar adalah bahan ajar yang dapat digunakan siswa dalam pembelajaran. Bahan ajar adalah bahan atau materi yang disusun oleh guru secara sistematis yang digunakan siswa didalam pembelajaran, dapat berbentuk buku, modul, handout, LKS, dan dan dalam bentuk lainnya (Arlitasari, Pujiyanto dan Budhiarti, 2013).

Sains (Kimia) merupakan ilmu yang didalamnya berisi konsep konsep mengenai gejala alam yang sering ditemui siswa dalam lingkungan sehari hari. Sains (Kimia) kebanyakan memuat konsep mempunyai arti jelas yang sudah disepakati oleh tokoh kimia, namun pada kenyataannya siswa sering mempunyai konsep yang berbeda-beda (Berg,1997:10). Oleh karena itu, dengan adanya bahan ajar siswa mampu memahami konsep kimia dengan benar dan mendorong kemampuan berpikir sebagai ilmuwan. Bahan ajar digunakan untuk membantu memecahkan masalah pendidikan dan memberi informasi positif karena dapat


(31)

menuntun siswa untuk berpikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut (Yusfiani & Situmarang, 2011). Bahan ajar menjadi bagian penting dalam pembelajaran di sekolah, dengan demikian buku ajar kimia bermutu dan inovatif sangat diperlukan oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) karena berfungsi ganda sebagai media pembelajaran dan sekaligus sebagai memperbaiki karakter baik siswa (Situmorang, 2013).

2.5 Pengembangan Bahan Ajar Buku

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu membuat siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung pemaparan materi pembelajaran.

2. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya.

3. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa.

4. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri. (Widodo & Jasmadi,2008:50)

Sebuah bahan ajar yang baik harus mencakup: (1) petunjuk belajar; (2) kompetensi yang akan dicapai; (3) informasi pendukung; (4) latihan-latihan; (5) petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja (LK); dan (6) evaluasi. Selain itu, bahan


(32)

ajar layak jika memenuhi kelayakan isi, bahasa, serta penyajian. Sebuah tes keterbacaan dibutuhkan untuk menguji sebuah bahan ajar agar diketahui oleh siswa (Lestari, 2013:3).

Menurut Prastowo (2011: 172) bahan ajar berbentuk buku teks pelajaran terdiri atas lima komponen, yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, serta penilaian. Selain itu, isi kandungannya harus mengacu kepada kompetensi dasar yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Serta ada lima langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan buku teks pelajaran, sebagaimana diperinci satu persatu dalam uraian berikut: 1. Memperhatikan kurikulum dengan cara menganalisisnya.

Analisis kurikulum ini meliputi analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang mesti dikuasai oleh peserta didik. Dari kompetensi dasar, kemudian dijabarkan ke dalam indikator- indikator pencapaian hasil belajar dan materi pokok. Selanjutnya , dengan menyusun peta bahan ajar, kita dapat menemukan materi-materi yang diperlukan untuk menyusun materi pokok. Dari materi tersebut, baru dimulai proses penulisan.

2. Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan standar-standar kompetensi yang akan disediakan oleh buku kita.

Untuk menentukan judul, pada umumnya berdasarkan materi pokok yang disajikan. Jadi, jika kita sudah menentukan materi pokok, maka itulah yang dijadikan judul masing-masing bab dari buku yang kita susun. Sementara, judul bukunya disesuaikan dengan mata pelajaran.


(33)

3. Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.

Menurut Bobbi DePorter dalam bukunya Quantum Writer, ada dua strategi yang bisa digunakan untuk mengatur curah gagasan yang akan kita tuliskan, yaitu dengan peta pikiran dan strategi kerangka.

4. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan

Dalam mengumpulkan referensi, sebaiknya menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya. Referensi yang bisa digunakan misalnya buku ilmiah, jurnal penelitian, surat kabar, majalah, laporan-laporan hasil penelitian, internet dan sebagainya.

5. Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Sebagai contoh, untuk peserta didik yang duduk di bangku setingkat SMA, upayakan membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 per kalimat dan dalam satu paragraf terdiri atas 3-7 kalimat.

Dalam teknik penyusunan bahan ajar cetak, ada beberapa ketentuan yang hendaknya kita jadikan pedoman, di antaranya sebagai berikut:

1. Judul atau materi yang disajikan harus berintikan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik.

2. Untuk menyusun bahan ajar cetak, ada enam hal lain yang perlu dimengerti yaitu: 1) susunan tampilannya jelas dan menarik, 2) bahasa yang mudah meliputi mengalirnya kosakata, jelasnya kalimat, dan jelasnya hubungan antarkalimat, serta kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, 3) mampu


(34)

menguji pemahaman, 4) adanya stimulan yaitu menyangkut enak tidaknya bahan ajar cetak dilihat, tulisannya mendorong pembaca untuk berpikir, dan menguji stimulan, 5) kemudahan dibaca yaitu terkait keramahan bahan ajar cetak terhadap mata, 6) materi instruksional. Hal ini menyangkut pemilihan teks, bahan kajian, dan lembar kerja (Prastowo 2012:73).

2.6

Science, Environment, Technology, and Society

(SETS)

Pendidikan SETS mencakup topik dan konsep yang berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. SETS membahas tentang hal- hal bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat dibahas dan dapat dilihat. Membicarakan unsur-unsur SETS secara terpisah yaitu sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, berarti unsur ini selanjutnya dicoba untuk menghubungkan keberadaan konsep sains dalam semua unsur SETS agar bisa didapatkan gambaran umum dari peran konsep tersebut tersebut dalam unsur-unsur SETS yang lainnya oleh Binadja (2006).

Pendekatan SETS merupakan cara pembelajaran dengan cara mengaaitkan hal yang dipelajari dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang sesuai secara timbal balik sebagai satu bentuk keterkaitan terintegratif (Binadja, Wardhani dan Nugroho, 2008). Titik pusat pembelajaran sains berwawasan SETS ini adalah menghubungkan antara konsep sains yang dipelajari dan implikasinya terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat (Binadja, 2009). Pendekatan SETS juga menyediakan kondisi yang baik untuk penggunaan pembelajaran yang dapat mempengaruhi pelaksanaan akademik, kemajuan sains lingkungan dan pandangan sosial budaya (Rosario, 2009).


(35)

Menurut Nuray, Morgil dan Secken, (2010) bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan SETS berpengaruh positif terhadap hubungan antara peserta didik dengan dunia nyata, mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan berfikir kritis dalam memberikan solusi pada suatu pokok permasalahan di lingkungan sekitar. Siswa belajar lebih memahami suatu topik secara mendalam jika dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan metode konvensional. Selain itu, pendekatan SETS mempunyai tujuan untuk menstimulasi siswa agar tertarik pada sains dan untuk membantu mereka mengetahui seberapa besar hubungan sains dengan kehidupan sehari-harinya (Bennett, Hogart, dan Lubben, 2005). Keterkaitan sains terhadap teknologi, lingkungan, dan masyarakat membuat siswa yang awalnya hanya mengetahui, mengenal, dan menerapkan fakta dan rumus untuk menyelesaikan masalah menjadi terbiasa dengan konsep berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah (Zoller, 2013).

Dalam pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, kesesuaian bahan ajar perlu dikaitkan dengan keberadaan informasi kemenyeluruhan keterkaitan antar konsep pembelajajaran yang ingin diperkenalkan kepada peserta didik dalam konteks SETS. Sedangkan kecukupan bahan ajar juga harus dikaitkan dengan kecukup luasan serta dalamnya bahan ajar subjek tersebut dibahas serta diperlakukan dalam konteks kesalingterkaitan unsur SETS (Binadja, 2005).

Berikut indikator kesesuaian dan kecukupan bahan ajar bervisi dan pendekatan SETS yaitu:

1. Sejalan dengan rencana pembelajarannya 2. Memberi peluang penampilan visi SETS


(36)

Penampilan Visi SETS ditandai setidaknya dengan keberadaan keempat unsur SETS yang ingin disalingkaitkan dalam proses .

3. Memungkinkan penampilan ciri-ciri pendekatan SETS yaitu: 1) tetap memberi penekanan pada subjek pembelajarannya, 2) peserta didik di bawa ke situasi untuk setidaknya memahami kemanfaatan konsep sains yang terkait dengan konsep yang dibelajarkan dalam subjek pembelajaran ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat, 3) peserta didik diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi tersebut, 4) peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara konsep yang dibelajarkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut, 5) peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian penggunaan konsep sains, terkait dengan konsep yang dibelajarkan tersebut, bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan, 6) Dalam konteks konstruktivisme, memberi peluang peserta didik untuk dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik bersangkutan.

4. Memberi peluang kepada pendidiknya untuk dapat melakukan evaluasi bervisi SETS berdasarkan bahan pembelajaran tersebut.

5. Bahan pembelajarannya tersedia, dan sedapat mungkin mencukupi, untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang direncanakan.


(37)

2.7 Kespesifikan

Mini-chem Book

yang Dikembangkan

Bahan ajar yang akan dikembangkan pada penelitian ini adalah mini-chem book (mini chemistry book) yang merupakan buku berukuran kecil (14x17 cm) dan ringan sehingga praktis untuk dibawa kemana-mana dan kapan saja dibaca.

Mini-chem book ini berisi materi tambahan yang dikemas secara menarik dengan orientasi SETS atau dalam bahasa Indonesia disebut Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). Dalam konteks pendidikan SETS, tujuan pengajaran dan pembelajaran sebagian besar diarahkan untuk memperluas pemahaman peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Ruang lingkup pendidikan sains perlu melampaui belajar tentang teori-teori ilmiah, fakta, dan keterampilan teknis. Oleh karena itu, tujuan mendasar pendidikan SETS adalah untuk membekali peserta didik untuk memahami dan menempatkan perkembangan ilmiah, teknologi, lingkungan, dan sosial.

Dengan menggunakan mini-chem book berorientasi SETS diharapkan peserta didik lebih termotivasi dalam belajar karena isinya ringkas tetapi berisi point materi penting, sehingga peserta didik diharapkan dapat menerapkan materi dalam kehidupan sehari-hari baik dari tinjauan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Mini-chem book memiliki susunan sebagai berikut :

1. Judul

Judul adalah nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat mengisyaratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab itu. Judul bahan ajar dalam penelitian ini adalah “Mini-chem book Larutan Penyangga SMA kelas XI Semester 2”.


(38)

2. Kompetensi yang Dicapai

Kompetensi disertakan dalam mini-chem book ini bertujuan agar siswa mengetahui kompetensi yang nantinya akan mereka capai, sehingga siswa mempunyai acuan untuk memudahkan dalam belajar.

3. Daftar Isi dan Kata Kunci

Daftar isi adalah lembar halaman yang menjadi petunjuk pokok isi buku beserta nomor halaman. Kata kunci adalah istilah penting yang diringkas dalam buku.

4. Peta Konsep

Peta konsep merupakan saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi (Hudojo et al, 2002).

5. Pendahuluan

Pendahuluan dalam mini-chem book ini berisi penjelasan orientasi SETS dan keterkaitan materi dengan unsur SETS.

6. Bagian Pendukung Materi

Sebelum masuk ke masing-masing penjelasan materi, terdapat stimulus berupa percakapan disertai gambar supaya siswa tertarik untuk mempelajari materi selanjutnya. Hal ini dapat juga sebagai apersepsi atau pengetahuan awal siswa agar siswa termotivasi untuk mempelajari materi tersebut. Setelah penjelasan materi selesai, terdapat uji mandiri untuk evaluasi siswa mengenai masing-masing penjelasan materi. Selain itu terdapat bagian telusur pustaka sebagai penugasan siswa, agar siswa terbiasa mencari dan mengumpulkan informasi


(39)

untuk mendukung penguasaan konsep materi. Pada bagian materi yang berisi perhitungan, terdapat contoh-contoh perhitungan soal untuk mempermudah siswa dalam mengerjakan soal uji mandiri.

7. Isi Materi

Materi yang ada dalam mini-chem book adalah larutan penyangga yang terdiri dari pengerian larutan penyangga, prinsip kerja larutan penyangga, membuat larutan penyangga, menentukan pH larutan penyangga, manfaat larutan penyangga, larutan penyangga dalam konteks SETS. Materi yang terakhir ini di fokuskan pada penjabaran unsur SETS dalam hubungannya dengan materi larutan penyangga.

8. Rangkuman Teori dan Rumus

Berisi ringkasan semua materi larutan penyangga yang dibagi menjadi teori dan rumus.

9. Daftar pustaka

Daftar Pustaka adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang dan penerbit. Adanya daftar pustaka ini bertujuan untuk mencantumkan daftar referensi dalam pembuatan mini-chem book.

Dengan susunan mini-chem book tersebut diharapkan mampu menjadi salah satu media yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk menarik perhatian dan minat peserta didik dalam pembelajaran kimia baik di dalam maupun di luar kelas secara mandiri.


(40)

2.8 Kerangka Berpikir


(41)

28

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Pati yang beralamat di Jalan Panglima Sudirman 24 Pati, Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian sesuai dengan masalah yang diambil yaitu terkait materi larutan penyangga yang dipelajari pada semester genap bulan Febuari-Maret 2014.

3.2. Objek Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan bantuan tim ahli sebagai validator mini-chem book yang dikembangkan, sedangkan uji coba kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pati dengan objek penelitian adalah siswa kelas XI.

3.3. Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development / R & D). Menurut Sugiyono (2010: 407) definisi metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu serta menguji keefektifan dari produk yang telah dihasilkan tersebut.

Trianto (2010: 206) mengemukakan bahwa penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah proses atau langkah-langkah


(42)

dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut dapat berbentuk benda atau perangkat keras (hardware) seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, dapat pula berbentuk perangkat lunak (software) seperti program komputer, model pembelajaran, dan sebagainya. Penelitian ini mengembangkan bahan ajar mini-chem book berorientasi SETS untuk meningkatkan hasil belajar terkait kompetensi larutan penyangga, kemudian menguji keefektifan produk.

3.4. Sampel Uji Coba Skala Kecil dan Skala Besar

Sampel uji coba skala kecil dalam penelitian ini adalah siswa dalam jumlah terbatas yaitu 10 anak dari kelas XI SMA N 1 Pati. Sedangkan untuk sampel uji coba skala besar diambil dua kelas dari populasi yaitu kelas XI-IPA 2 dan XI-IPA3 SMA N 1 Pati. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pemilihan sampel dengan cara pertimbangan dari guru.

3.5. Prosedur Penelitian

Pengembangan penelitian ini mengikuti model 4-D (four D-models) yang disarankan oleh Thiagrajan, Semmel dan Semmel (1974). Tetapi pada pelaksanaannya hanya dilaksanakan sampai pada tahap ke 3 pengembangan yaitu 3D yang terdiri dari Define (pendefinisian), Design (perancangan), dan develop

(pengembangan), secara ringkas dapat ditampilkan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut:


(43)

Gambar 3.1. Diagram Alir Pengembangan Mini-chem book

3.6. Tahap Pendefinisian

Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan

mini-chem book dan mengumpulkan informasi yang berkaitan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan penelitian. Dalam proses ini dilaksanakan sebagai berikut :

Pendefinisian

Membuat Naskah Perbaikan Naskah Mini-chem book

Validasi pakar/ahli

Uji Coba Kelas Kecil

Revisi Akhir Produk

Studi literatur

Revisi I

Revisi II Uji Coba Kelas Besar

Produk Jadi

Perancangan

Pengembangan Analisis kebutuhan


(44)

3.5.1. Analisis Kebutuhan

Dalam bagian awal ini peneliti melakukan analisis masalah yang diperoleh dengan observasi langsung. Analisis kebutuhan dibagi menjadi dua yaitu:

3.5.1.1. Analisis Kebutuhan Siswa

Analisis disini yaitu menelaah karakteristik siswa untuk merancang pengembangan mini-chem book. Dari observasi di SMA N 1 Pati, kebanyakan siswa masih belum tertarik dengan mata pelajaran kimia dan potensi siswa dalam belajar juga masih rendah. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh bahan ajar yang mereka pakai belum menarik minat siswa untuk belajar dan isinya terlalu monoton dengan materi serta rumus-rumus kimia.

Salah satu usaha untuk memenuhi hal diatas adalah membuat bahan ajar yang dikemas secara menarik dengan gambar dan memakai orientasi SETS agar siswa tertarik untuk belajar kimia tidak hanya dalam konteks sains saja tetapi juga mempelajari materi dalam konteks lingkungan, teknologi dan masyarakat. Sehingga penelitian ini diharapkan adanya proses pembelajaran yang mampu meningkatkan minat dan potensi siswa dalam belajar kimia dengan bahan ajar yang menarik.

3.5.1.2. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2012) Ada tiga tahapan dalam analisis bahan ajar, yaitu analisis kurikulum, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar.


(45)

1. Menganalisis kurikulum

Langkah pertama ini ditunjukkan untuk menentukan kompetensi-kompetensi yang di butuhkan bahan ajar. Dengan demikian, diharapkan bahan ajar yang dibuat mampu membuat siswa menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, digunakan kurikulum 2013 sebagai acuan membuat perangkat pembelajaran. Pertama membuat silabus dengan menentukan kompetensi inti, dan kompetensi dasar yang ingin dicapai oleh siswa. Hal ini menyangkut kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dalam mata pelajaran kimia.

Langkah kedua yaitu membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan merujuk dari kompetensi dasar untuk menyusun indikator kompetensi. Untuk pembuatan bahan ajar, maka dalam hal ini harus diidentifikasi kompetensi-kompetensi dasar yang diharapkan bisa dikuasai oleh siswa. Selanjutnya, menganalisis indikator yang akan dipakai sebagai acuan untuk menentukan kompeten tidaknya seseorang, sehingga dapat diketahui kompetensi yang spesifik, yang nantinya dijadikan pertimbangan dalam menentukan bahan ajar yang tepat.

Langkah ketiga adalah menentukan materi pokok yang disusun sedemikian rupa agar siswa menguasai kompetensi yang ditetapkan. Materi pokok yang akan digunakan dalam bahan ajar ini adalah larutan penyangga karena materi ini cukup sulit bagi siswa dan banyak keterkaitannya dengan unsur SETS.


(46)

2. Menganalisis Sumber Belajar

Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan bahan ajar perlu dilakukan analisis. Adapun kriteria analisis terhadap sumber belajar tersebut dilakukan berdasarkan ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Sumber belajar yang dipakai dalam penelitian ini antara lain dari buku paket kimia, jurnal, internet, dan lain-lain.

3. Memilih dan Menentukan Bahan Ajar

Langkah ini bertujuan memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Maka langkah-langkah untuk menentukan dan membuat bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan kompetensi dasar yang dicapai siswa, serta menetapkan jenis dan bentuk bahan ajar berdasarkan analisis kurikulum dan analisis sumber bahan. Dalam penelitian ini dipilih pengembangan mini-chem book karena buku berukuran kecil ini mudah untuk dibawa kemana-mana dan susunan buku lebih praktis untuk dipelajari siswa.

3.5.2. Studi Literatur

Selain analisis masalah siswa dan kebutuhan bahan ajar, dilakukan studi literatur untuk mencari informasi pengembangan bahan ajar mini-chem book, penelitian-penelitian sebelumnya dan sumber bahan ajar yang dipakai dalam penyusunan. Sehingga didapatkan data-data yang akan digunakan sebagai dasar dalam membuat desain mini-chem book.


(47)

3.7. Tahap Rancangan

Setelah menganalisis kebutuhan, maka selanjutnya adalah merancang

mini-chem book. Tahap ini akan diuraikan dalam beberapa langkah , yaitu : 3.7.1. Membuat Naskah Bahan Ajar

Pada bagian ini, peneliti harus menyusun sebuah naskah yang nantinya menjadi pedoman pembuatan mini-chem book. Hal ini meliputi sketsa visual berisi objek gambar, grafik, diagram, objek foto dan isi pesan visual dalam bentuk teks. 3.7.2. Perbaikan Naskah Bahan Ajar

Tahap perbaikan naskah bahan ajar digunakan untuk menyempurnakan desain yang sudah dibuat, yang kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan produk media mini-chem book.

3.7.3. Mini-chem Book

Pada tahap ini desain dari naskah mini-chem book yang sudah disempurnakan mulai dimasukkan dan mulai disusun dengan menggunakan komputer untuk membuat layout dan isinya, sehingga dihasilkan mini-chem book

yang diharapkan.

3.8. Tahap Pengembangan

Proses pengembangan merupakan bagian utama dari penelitian ini, untuk bisa melakukan pengembangan maka pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

3.8.1. Validasi Ahli/Pakar

Pada tahap ini dilakukan proses validasi desain naskah bahan ajar untuk mengetahui kelayakan mini-chem book yang sudah dibuat. Proses ini dilakukan


(48)

oleh ahli/pakar mengenai aspek kelayakan isi, kebahasaan, dan penyajian bahan ajar. Adapun yang dipilih sebagai ahli/pakar dalam validasi ini yaitu :

1. Dosen Kimia UNNES

Ahli/pakar kimia yang diminta untuk melakukan pengujian bahan ajar ini adalah dua dosen kimia yang ahli dalam penyusunan bahan ajar. Sarannya sangat diperlukan untuk dijadikan masukan bahkan rujukan dalam pengembangan penelitian ini.

2. Guru Kimia SMA

Pada proses ini dilakukan validasi mini-chem book oleh dua guru kimia SMA N 1 Pati. Saran dari dua guru kimia akan dijadikan masukan dalam penyusunan mini-chem book.

3.8.2. Revisi I

Revisi I dilakukan berdasarkan analisis dari hasil validasi para ahli/pakar. Tahap ini dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada mini-chem book dari masukan-masukan ahli/pakar.

3.8.3. Uji coba skala kecil

Uji coba skala kecil ini dilaksanakan secara langsung kepada siswa dalam jumlah terbatas, yaitu 10 siswa untuk mengetahui tanggapan dari keterbacaan

mini-chem book. 3.8.4. Revisi II

Setelah mini-chem book diuji cobakan skala kecil, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis kendala yang muncul kemudian direvisi sebagai bahan ajar yang valid untuk melakukan uji coba skala besar.


(49)

3.8.5. Uji coba skala besar

Tujuan utama dari uji coba skala besar adalah untuk menguji efektivitas penggunaan mini-chem book dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pada penelitian ini dipakai dua kelas uji coba yaitu kelas uji coba 1 (XI-IPA 2) yang menggunakan mini-chem book dalam pembelajaran dan kelas uji coba 2 (XI-IPA 3) yang tidak menggunakan mini-chem book dalam pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran ini siswa pada dua kelas uji coba akan memperoleh pretest (soal-soal mengenai pengetahuan awal siswa) sebelum siswa memperoleh materi yang akan disampaikan. Setelah menerima materi pembelajaran maka siswa pada dua kelas uji coba akan diberi posttest untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

Kemudian setelah proses pemakaian mini-chem book pada kelas uji coba 1 (XI-IPA 2) selesai, maka siswa dan guru sebagai observer diberi angket sebagai bahan evaluasi dan analisis kekurangan bahan ajar untuk bahan pertimbangan dalam revisi akhir.

3.8.6. Revisi Akhir Produk

Revisi akhir produk dilakukan setelah dilakukan analisis hasil uji coba berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa kelas uji coba 1 dan guru observer pada tahap uji coba skala besar. Tujuan dari revisi ini adalah untuk perbaikan akhir sebelum mini-chem book benar-benar siap digunakan.


(50)

3.9 Metode Pengumpulan Data.

3.9.1. Metode Tes (analisis validitas dan reliabilitas)

Metode tes merupakan metode yang digunakan untuk mengukur keterampilan dasar dan pencapaian atau prestasi (Suharsimi, 2009:223). Tes yang dilakukan adalah posttest dan pretest. Tes ini bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar kimia larutan penyangga pada aspek kognitif.

3.9.2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya (Suharsimi, 2009:231). Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan mengambil dokumen atau data-data yang mendukung penelitian berupa nama-nama siswa sebagai sampel penelitian beserta nilai terdahulu. Data ini akan digunakan sebagai analisis tahap awal.

3.9.3. Metode Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui responden (Suharsimi, 2009:225). Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang kelayakan mini-chem book ditinjau dari aspek kelayakan isi, aspek bahasa ,aspek penyajian/kegrafisan dalam bahan ajar, respon peserta didik dan guru terhadap pembelajaran menggunakan mini-chem book. Angket yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:


(51)

1. Angket I

Angket ini diperuntukkan bagi ahli/pakar dari dosen kimia UNNES, dan guru kimia SMA. Instrumen ini digunakan untuk menilai mini-chem book beserta evaluasi, saran, dan masukan dari ahli ,dan guru kimia. Data hasil dari angket ini digunakan untuk merevisi draf mini-chem book I membentuk draf mini-chem book

II yang siap untuk dilakukan uji coba ke lapangan. 2. Angket II

Angket ini digunakan untuk mengetahui respon peserta didik dan guru setelah pembelajaran menggunakan mini-chem book. Angket yang akan diberikan pada peserta didik dan guru terdiri dari aspek pemahaman, relevansi, dan kepuasan.

3.9.4. Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik saat belajar menggunakan mini-chem book dan meliputi indikator-indikator yang ingin dicapai pada pembelajaran larutan penyangga.

3.10. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat pengumpulan data secara cermat dan sistematis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa silabus dan rpp berbasis kurikulum 2013, bahan ajar (mini-chem book beserta lembar diskusi dan LKS praktikum), lembar observasi berupa lembar observasi psikomotorik dan afektif serta angket respon siswa, alat evaluasi berupa soal uji coba, soal pretest

dan posttest yang diambil dari soal uji coba yang valid, dan lembar validasi mini-chem book.


(52)

3.11 Analisis Data

Analisis data dibagi menjadi dua tahap yaitu analisis data tahap awal dan tahap akhir.

3.10.1. Analisis Data Tahap Awal

3.10.1.1. Instrumen penilaian Mini-chem book

Kevalidan mini-chem book yang dikembangkan dinilai melalui lembar penilaian dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Validitas media ajar Mini-chem book (komponen kelayakan isi, bahasa, dan penyajian) oleh para ahli.

Perhitungan rata-rata respon validator terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan mini-chem book dan aspek-aspek yang diamati melalui lembar validasi. Hasil penilaian akan dibandingkan dengan kriteria kevalidan bahan ajar seperti tertera pada tabel 3.1 :

Tabel 3.1 Kriteria Bahan ajar Mini-chem book Berdasarkan Rata-rata Skor Responden

Rata-rata skor responden Kriteria

Skor ≤ 1 Tidak Baik

1 < Skor ≤ 2 Kurang Baik

2 < Skor ≤ 3 Baik

3 < Skor ≤ 4 Sangat Baik

Media pembelajaran mini-chem book yang dikembangkan dikatakan valid atau berhasil apabila rata-rata skor minimal validator terhadap produk pengembangan adalah 3,5 (Sangat Baik atau Sangat layak).


(53)

3.10.1.2. Instrumen penilaian tes (tes hasil belajar kognitif) 3.10.1.2.1. Analisis instrumen penilaian tes objektif

Instrumen penilaian tes objektif dianalisis berdasarkan validitas butir soal. Validitas butir soal tes dianalisis berdasarkan daya beda, tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas butir soal tersebut. Rumus untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda adalah sebagai berikut :

1. Validitas butir soal

Validitas instrumen tes hasil belajar adalah validitas isi artinya tes harus sesuai dengan isi kurikulum yang berlaku (Widodo, 2009). Di samping valid secara keseluruhan, butir tes juga harus valid.

Validitas butir dihitung dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Adapun rumus yang digunakan adalah :

=

− t

St

Keterangan :

= koefisien korelasi biserial

= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.

= rerata skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

( p = �

ℎ ℎ )

q = proporsi siswa yang menjawab salah ( q = 1- p )


(54)

kemudian harga

diuji dengan uji t, yaitu :

t

=

ᵞ i √

-√ -ᵞ i

Jika t lebih besar dari t e 0,95 dan dk = n-2 maka butir tes adalah valid. 2. Reliabilitas

Suatu tes yang reliabel adalah selain mempunyai validitas yang tinggi, juga harus mempunyai koefisien reliabilitas yang cukup besar. Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Dalam mencari reliabilitas instrumen tes di pakai rumus KR-21 :

r=

t

Dimana:

k = jumlah item dalam instrumen M = mean skor total

s = varians total

(Sugiyono, 2010)

Jika harga reliabilitas minimum 0,6 soal sudah dikatakan reliabel. 3. Taraf kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah derajat atau tingkat kesulitan yang dimiliki oleh sebuah soal. Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui taraf kesukaran soal dalam instrument ini adalah :


(55)

Keterangan :

P : indeks kesukaran soal

B : banyaknya siswa yang menjawab benar JS : jumlah peserta tes

Kriteria taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut : 0,00 ≥ P < 0,30 adalah soal sukar

0,30 ≥ P < 0,70 adalah soal sedang

0,70 ≥ P ≤ 1,00 adalah soal mudah (Suharsimi, 2009) 4. Daya beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Nilai yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut deskriminasi (D).

D =

J

J

= � − �

Dimana :

J = banyaknya peserta kelompok atas J = banyaknya peserta kelompok bawah

B = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

� = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar � = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Suharsimi, 2009) Dengan kategori daya beda seperti tertera pada tabel 3.2:

Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Daya Beda

Daya Beda Kriteria Penilaian

DB = 0.00 Sangat jelek

0.00 < DB ≤ 0.20 Jelek

0.20 < DB ≤ 0.70 Baik


(56)

Jika daya beda memiliki nilai negatif, maka soal tidak dapat dipakai atau harus direvisi.

3.10.1.3. Instrumen penilaian non tes

Instrumen penilaian non-tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar pada aspek psikomotorik dan afektif.

3.10.1.3.1 Instrumen penilaian aspek afektif dan aspek psikomotorik

Peningkatan hasil belajar siswa pada aspek afektif dan aspek psikomotorik diukur dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi afektif yang dikembangkan yaitu lembar observasi sikap siswa dalam proses pembelajaran di kelas yang memuat indikator peningkatan afektif meliputi kerjasama, teliti, mandiri, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Sedangkan lembar observasi psikomotorik yang dikembangkan yaitu lembar observasi aktivitas siswa dalam melakukan percobaan di laboratorium yang memuat indikator peningkatan psikomotorik meliputi menyiapkan alat dan bahan, keterampilan menggunakan alat, melaksanakan percobaan, kerjasama kelompok, kebersihan, hasil praktikum, dan kemampuan deskripsi hasil. Selanjutnya diukur validitas dan reliabilitas lembar observasi menggunakan langkah sebagai berikut :

1. Validitas lembar observasi aspek afektif dan aspek psikomotorik

Dalam penelitian ini, validasi instrumen penilaian lembar observasi afektif dan lembar observasi psikomotorik diukur berdasarkan validitas konstruk menggunakan validitas konstruk oleh pakar/ahli (Widodo, 2009).


(57)

Hasil rata-rata skor penilaian validator terhadap lembar observasi afektif dan psikomotorik pada pembelajaran dengan menggunakan mini-chem book akan dibandingkan dengan kriteria kevalidan bahan ajar seperti tertera pada tabel 3.3 : Tabel 3.3. Kriteria validasi penilaian lembar observasi afektif dan psikomotorik

Rata-rata skor penilaian Kriteria

3 < skor ≤ 4 sangat baik, sangat memenuhi kriteria, dan bagus 2 < skor ≤ 3 baik, cukup memenuhi criteria

1< skor ≤ 2 sedang, kurang memenuhi criteria skor ≤ 1 sangat kurang, tidak memenuhi criteria

Lembar observasi afektif dan psikomotorik dkatakan valid apabila hasil rata-rata skor penilaian berada pada kriteria baik/sangat baik.

2. Reliabilitas lembar observasi aspek afektif dan aspek psikomotorik

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diujikan pada objek yang sama. Reliabilitas lembar observasi afektif dan psikomotorik diukur dengan menggunakan reliabilitas antar penilai (interaters reliability).

Dalam penelitian ini, ada dua observer atau penilai untuk menilai aspek afektif dan psikomotorik. Kemudian data yang diperoleh di analisis dengan rumus:

= ��−��

� − ��

Dimana,

Vp = ∑(�� ) − ∑ ��

Ve = jumlah kuadrat total – Vp – jumlah kuadrat antar rater Jumlah kuadrat total = ∑ + ∑ … – ∑ ��


(58)

Jumlah kuadrat antar rater = ( ∑ +(∑ … )) – ((∑ ��) ) keterangan:

r : reliabilitas penilaian untuk seorang rater atau tingkat kesepahaman seluruh rater

Vp : varians untuk responden (jumlah kuadrat antar subjek) Ve : varians untuk kesalahan (jumlah residu)

k : jumlah rater (Mardapi, 2012: 88-89)

� : jumlah skor seluruh rater

N : jumlah siswa a : skor rater 1 b : skor rater 2 ....dst

Instrumen dikatakan reliabel jika r yang didapatkan dari perhitungan lebih besar dari 0,7.

Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas r11 Kriteria Penilaian

r ≤ 0,20 Sangat Rendah

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah

0,40 ≤ r < 0,70 Sedang

0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi

0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

3. Reliabilitas Angket Respon Siswa

Reliabilitas angket respon siswa diukur dengan menggunakan reliabilitas

alfa cronbach. Pengujian reliabilitas dengan teknik ini dilakukan untuk jenis data interval/essay.Rumus koefisien reliabilitas alfa cronbach:


(59)

Dimana:

K = mean kuadrat antara subyek ∑ = mean kuadrat kesalahan

= varians total

Rumus untuk varians total dan varians item :

=

∑ ��

∑ ��

=

Dimana:

JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item JKs = jumlah kuadrat subyek

(Sugiyono, 2010:365) 3.10.1.3.3. Analisis Deskriptif Respon Siswa dan Guru Terhadap Penggunaan Mini-chem Book

Pada analisis tahap akhir ini, digunakan data hasil pengisisan angket respon dari siswa dan guru dalam pembelajaran menggunakan mini-chem book. Terdapat 21 aspek pada angket yang memuat indikator yaitu 1) minat dan motivasi siswa, 2) pemberian informasi yang menarik, 3) mengkaitkan materi dengan unsur SETS, 4) pemahaman siswa terhadap konsep materi larutan penyangga, 5) merangsang siswa untuk aktif mencari informasi tentang materi, 6) kemudahan dalam memahami dan mempelajari mini-chem book, 7) pembelajaran dengan mini-chem book bermanfaat dan menyenangkan, 8) penggunaan mini-chem book meningkatkan hasil belajar siswa. Masing-masing aspek diberi rentang 1 sampai 4. Jumlah skor dari 31 siswa dibandingkan dengan kriteria penilaian berdasarkan jumlah skor respon seperti tertera pada tabel 3.5.


(60)

Tabel 3.5. Kriteria Penilaian Respon Siswa dan Guru terhadap penggunaan Mini-chem book

Jumlah Skor Kriteria

75 – 84 Sangat Baik

54 – 74 Baik

33 – 53 Cukup

≤ 32 Kurang

Selain itu, tiap aspek angket di analisis untuk mengetahui rata-rata dari tiap aspek angket tersebut. Rumus yang digunakan :

Rata-rata tiap aspek = ℎ ℎ

Dari tiap aspek dalam penilaian dikategorikan seperti pada tabel 3.6:

Tabel 3.6. Kategori Penilaian Tiap Aspek Lembar Respon Siswa dan Guru Rata-rata skor tiap aspek Kategori

3 < x ≤ 4 Sangat Tinggi

2 < x ≤ 3 Tinggi

1< x ≤ 2 Rendah

0 < x ≤ 1 Sangat Rendah

Keterangan :

x = Rata-rata nilai tiap aspek

Pembelajaran sudah baik apabila rata-rata skor respon siswa dan guru terhadap pembelajaran larutan penyangga menggunakan mini-chem book yang diperoleh berada pada kriteria baik/sangat baik.

3.10.2 Analisis Data Tahap Akhir

3.10.2.1 Uji Peningkatan Hasil Belajar Kognitif

Setelah semua data terkumpul, untuk mengetahui signifikasi peningkatan hasil belajar siswa (pretest dan posttest) diolah secara kuantitatif dengan menggunakan rumus Normal-Gain. N-gain adalah selisih antara nilai pretest dan


(1)

Lembar Pengamatan : KARAKTER

Tabel : Rubrik Penilaian

NO ASPEK SKOR KETERANGAN Dilakukan pada

saat

A Kerjasama 4 Memunculkan ide untuk kelompok, mendengarkan pendapat sesama teman, menghargai saran teman.

DISKUSI KELOMPOK PRAKTIKUM 3 Memunculkan ide untuk kelompok, mendengarkan pendapat

sesama teman, kurang menghargai saran teman.

2 Memunculkan ide untuk kelompok, kurang mendengarkan pendapat sesama teman, kurang menghargai saran teman. 1 Memunculkan ide untuk kelompok tidak mendengarkan

pendapat sesama teman, tidak menghargai saran teman. B Teliti 4 Teliti dalam melaksanakan tugas, tertib dalam mengerjakan

tugas, menaati prosedur tugas yang diberikan, mematuhi waktu belajar yang telah ditentukan.

MENGERJAKAN TUGAS MANDIRI

MAUPUN KELOMPOK 3 Teliti dalam melaksanakan tugas, tertib dalam mengerjakan

tugas, menaati prosedur tugas yang diberikan.

2 Teliti dalam melaksanakan tugas, tertib dalam mengerjakan tugas.

1 Teliti dalam melaksanakan tugas.

C Mandiri 4 Selalu mandiri dalam mengerjakan tugas mandiri dari guru.

MENGERJAKAN TUGAS MANDIRI

DARI GURU 3 Kadang-kadang meminta bantuan teman apabila kesulitan

dalam mengerjakan tugas mandiri dari guru.

2 Sering minta bantuan teman mengerjakan tugas mandiri dari guru.

1 Selalu minta bantuan teman dalam mengerjakan tugas mandiri dari guru.

D Rasa ingin tahu

4 Selalu bertanya apabila tidak mengerti materi yang diajarkan, selalu mencari buku referensi untuk menambah pengetahuan.

PROSES PEMBELAJARAN

BERLANGSUNG 3 Selalu bertanya apabila tidak mengerti materi yang diajarkan,

kadang-kadang mencari buku referensi.

2 Kadang-kadang bertanya apabila tidak mengerti materi yang diajarkan, tidak pernah mencari buku referensi.

1 Tidak pernah bertanya apabila tidak mengerti materi yang diajarkan, tidak pernah mencari buku referensi.

E Komunika tif

4 Bahasa yang digunakan lugas dan dapat dipahami guru dan temannya.

3 Bahasa yang digunakan kurang dipahami oleh temannya.

2 Bahasa yang digunakan kurang dipahami guru dan temannya. 1 Tidak mampu berkomunikasi dengan baik (tidak bisa

memahami yang disampaikan guru dan temannya serta tidak berani mengemukakan pendapat.


(2)

No Nama Siswa Aspek yang Diamati Total skor

A B C D E

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(3)

Lampiran 18

HASIL VALIDASI MINI-CHEM BOOK

1.

Aspek Kelayakan Isi

Tabel 4.6 Hasil Validasi Substansi Aspek Kelayakan isi

mini-chem book

Penilaian

Validator

Skor penilaian

aspek

kelayakan isi

Skor

maksimal

Jumlah

indikator

Skor

Kriteria Perangkat

1

46

56

14

3

Baik/layak

2

51

56

14

4

Sangat baik/layak

3

56

56

14

4

Sangat baik/layak

4

53

56

14

4

Sangat baik/layak

Rata-rata

52

56

14

4

Sangat baik/layak

��

=

� ℎ

x 100%

��

=

,

x 100% = 92 %

2.

Aspek Kebahasaan

Tabel 4.6 Hasil Validasi Substansi Aspek Kebahasaan

mini-chem book

Penilaian

Validator

Skor penilaian

aspek

kebahasaan

Skor

maksimal

Jumlah

indikator

Skor

Kriteria Perangkat

1

45

52

13

4

Sangat baik/layak

2

44

52

13

4

Sangat baik/layak

3

52

52

13

4

Sangat baik/layak

4

52

52

13

4

Sangat baik/layak

Rata-rata

48

52

13

4

Sangat baik/layak

��

=

� ℎ

x 100%


(4)

3.

Aspek Penyajian

Tabel 4.6 Hasil Validasi Substansi Aspek Kebahasaan

mini-chem book

Penilaian

Validator

Skor penilaian

aspek

penyajian

Skor

maksimal

Jumlah

indikator

Skor

Kriteria Perangkat

1

36

40

10

4

Sangat baik/layak

2

38

40

10

4

Sangat baik/layak

3

39

40

10

4

Sangat baik/layak

4

40

40

10

4

Sangat baik/layak

Rata-rata

38

40

10

4

Sangat baik/layak

��

=

� ℎ

x 100%


(5)

Lampiran 19

DOKUMENTASI

Gambar 2.

Pretest

pada kelas XI IPA 2

Gambar 1. Pengisian angket pada uji coba kelas kecil

Gambar 4. Diskusi kelompok kelas XI IPA 3

Gambar 3. Proses pembelajaran kelas XI IPA 3

Gambar 6. Praktikum kelas XI IPA 2

Gambar 5. Praktikum kelas XI IPA 3


(6)