Strategi Harga Analisis Perilaku Industri Pengolahan Susu di Indonesia .1 Strategi Produk

Development dalam industri pengolahan susu. Departemen ini memiliki peranan penting dalam perusahaan dan menjadi indikator kemajuan dari suatu perusahaan. Kedua, menciptakan produk baru yang berbeda dari produk yang telah diproduksi sebelumnya. Penciptaan produk baru ini harus berdasarkan pertimbangan dan perhitungan bahwa produk baru akan disukai konsumen. Dalam produk susu tuntutan konsumen menjadi penting dalam pengembangan produk. Sebagai contoh tuntutan produk yang kaya akan kandungan gizi dalam meningkatkan kecerdasan otak anak, kesehatan tulang, penambah berat badan, susu kesehatan, susu non fat, serta kebutuhan susu untuk ibu hamil serta menyusui semakin tinggi mengingat arus informasi yang semakin deras. Ketiga, melakukan diferensiasi produk dimana perusahaan tidak hanya memproduksi susu tetapi juga memproduksi produk lain. Hal ini dimaksudkan agar saat konsumen merasa bosan atau tidak menyukai produk yang satu maka mereka dapat memilih untuk mengkonsumsi produk yang lainnya yang diproduksi oleh perusahaan yang sama. Sebagai contah PT Nestle selain memproduksi produk susu olahan, PT Nestle memproduksi juga kopi dengan merek Nescafe, bubur bayi dengan merek Nestle Bubur Bayi, coklat dengan merek KIT KAT dan masih banyak produk lainnya yang dikeluarkan oleh PT Nestle untuk menarik minat konsumen.

5.2.2 Strategi Harga

Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa struktur pasar industri pengolahan susu berbentuk oligopoli. Dimana dalam pasar oligopoli adanya saling ketergantungan dan saling mempengaruhi antara suatu perusahaan dengan pesaing-pesaing lainnya. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa penetapan harga oleh suatu perusahaan dalam industri pengolahan susu akan dipengaruhi oleh penetapan harga pesaingnya. Pada pasar oligopoli ketat, kolusi antar perusahaan sangat rawan terjadi. Jika hal tersebut terjadi maka yang akan dirugikan ialah konsumen, dimana perusahaan-perusahaan tersebut berkolusi menetapkan harga tinggi pada produknya. Kesepakatan dalam penyesuaian harga pada oligopoli salah satunya untuk mencegah terjadinya pemotongan harga. Penentuan harga dapat dipertimbangkan dari perilaku konsumen. Beberapa konsumen mengasumsikan bahwa semakin mahal harga suatu produk maka kualitas produk tersebut semakin tinggi. Namun bukan berarti konsumen akan selalu memilih produk yang berharga mahal, sebagian akan memilih produk yang serupa namun dengan harga yang lebih murah. Namun jika dibandingkan dengan produk luar, umumnya susu olahan impor masih lebih mahal daripada susu olahan domestik sehingga susu domestik masih diminati oleh masyarakat. Namun harga susu internasional saat ini sedang mengalami penurunan dan kurs rupiah terhadap dolar Amerika cenderung menguat, menyebabkan harga produk impor menjadi turun dan lebih rendah dari harga Susu Segar Dalam Negeri SSDN. Tidak dapat dipungkiri bahwa harga susu olahan di Indonesia masih dipengaruhi harga bahan baku susu, sisi transportasi dan distribusi. Hampir 70 persen bahan baku susu Indonesia masih impor dari luar negeri, sehingga kenaikan harga bahan baku susu bubuk di pasaran dunia mempengaruhi harga produk olahan susu domestik. Penetapan harga susu olahan selain dipengaruhi oleh biaya input industri dipengaruhi juga faktor luar, seperti kenaikan harga susu Internasional membuat produsen lokal ikut menaikan harga jual produk susu olahannya. Hal itu yang menyebabkan harga susu relatif mahal. Salah satu produk yang terkena dampaknya ialah produk susu untuk bayi dan balita. Sehingga untuk masyarakat menengah ke bawah masih kesulitan untuk membeli susu. Perkembangan arus informasi yang pesat menyebabkan masyarakat mulai menyadari bahwa susu merupakan sumber makanan bergizi yang penting bagi pertumbuhan bayi dan anak. Berdasarkan hal tersebut, produsen susu menawarkan produk susu dalam kemasan lebih kecil atau berbentuk saset agar dapat menekan harga susu sehingga terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah. Salah satu produsen susu yang memasang strategi ini adalah PT Nestle Indonesia. Produk yang mereka kategorikan sebagai popularly positioned products ini sudah memberi sumbangan hingga sepertiga dari total pendapatan Nestle Indonesia. Melihat potensi yang sangat besar terhadapan strategi segmentasi menengah kebawah, banyak produsen yang mulai melirik strategi tersebut. Salah satunya ialah PT Sari Husada. Produk susu PT Sari Husada yang dikeluarkan untuk segmentasi ini tidak menggunakan merek yang sudah ada tetapi memilih mengeluarkan merek baru bernama Gizikita. Ada beberapa produk keluaran Gizikita, diantaranya produk susu bagi ibu hamil dan menyusui dengan harga Rp 2.000 per saset, produk bubur tim anak berusia satu hingga dua tahun dengan harga Rp 1.500 per saset dan produk suplemen vitamin untuk anak yang dijual dengan harga Rp 500 per saset.

5.2.3 Strategi Promosi