Development dalam industri pengolahan susu. Departemen ini memiliki peranan
penting dalam perusahaan dan menjadi indikator kemajuan dari suatu perusahaan. Kedua, menciptakan produk baru yang berbeda dari produk yang telah diproduksi
sebelumnya. Penciptaan produk baru ini harus berdasarkan pertimbangan dan perhitungan bahwa produk baru akan disukai konsumen. Dalam produk susu
tuntutan konsumen menjadi penting dalam pengembangan produk. Sebagai contoh tuntutan produk yang kaya akan kandungan gizi dalam meningkatkan
kecerdasan otak anak, kesehatan tulang, penambah berat badan, susu kesehatan, susu non fat, serta kebutuhan susu untuk ibu hamil serta menyusui semakin tinggi
mengingat arus informasi yang semakin deras. Ketiga, melakukan diferensiasi produk dimana perusahaan tidak hanya
memproduksi susu tetapi juga memproduksi produk lain. Hal ini dimaksudkan agar saat konsumen merasa bosan atau tidak menyukai produk yang satu maka
mereka dapat memilih untuk mengkonsumsi produk yang lainnya yang diproduksi oleh perusahaan yang sama. Sebagai contah PT Nestle selain memproduksi
produk susu olahan, PT Nestle memproduksi juga kopi dengan merek Nescafe, bubur bayi dengan merek Nestle Bubur Bayi, coklat dengan merek KIT KAT dan
masih banyak produk lainnya yang dikeluarkan oleh PT Nestle untuk menarik minat konsumen.
5.2.2 Strategi Harga
Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa struktur pasar industri pengolahan susu berbentuk oligopoli. Dimana dalam pasar oligopoli adanya saling
ketergantungan dan saling mempengaruhi antara suatu perusahaan dengan
pesaing-pesaing lainnya. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa penetapan harga oleh suatu perusahaan dalam industri pengolahan susu akan dipengaruhi
oleh penetapan harga pesaingnya. Pada pasar oligopoli ketat, kolusi antar perusahaan sangat rawan terjadi.
Jika hal tersebut terjadi maka yang akan dirugikan ialah konsumen, dimana perusahaan-perusahaan tersebut berkolusi menetapkan harga tinggi pada
produknya. Kesepakatan dalam penyesuaian harga pada oligopoli salah satunya untuk mencegah terjadinya pemotongan harga.
Penentuan harga dapat dipertimbangkan dari perilaku konsumen. Beberapa konsumen mengasumsikan bahwa semakin mahal harga suatu produk maka
kualitas produk tersebut semakin tinggi. Namun bukan berarti konsumen akan selalu memilih produk yang berharga mahal, sebagian akan memilih produk yang
serupa namun dengan harga yang lebih murah. Namun jika dibandingkan dengan produk luar, umumnya susu olahan
impor masih lebih mahal daripada susu olahan domestik sehingga susu domestik masih diminati oleh masyarakat. Namun harga susu internasional saat ini sedang
mengalami penurunan dan kurs rupiah terhadap dolar Amerika cenderung menguat, menyebabkan harga produk impor menjadi turun dan lebih rendah dari
harga Susu Segar Dalam Negeri SSDN. Tidak dapat dipungkiri bahwa harga susu olahan di Indonesia masih
dipengaruhi harga bahan baku susu, sisi transportasi dan distribusi. Hampir 70 persen bahan baku susu Indonesia masih impor dari luar negeri, sehingga
kenaikan harga bahan baku susu bubuk di pasaran dunia mempengaruhi harga
produk olahan susu domestik. Penetapan harga susu olahan selain dipengaruhi oleh biaya input industri dipengaruhi juga faktor luar, seperti kenaikan harga susu
Internasional membuat produsen lokal ikut menaikan harga jual produk susu olahannya. Hal itu yang menyebabkan harga susu relatif mahal.
Salah satu produk yang terkena dampaknya ialah produk susu untuk bayi dan balita. Sehingga untuk masyarakat menengah ke bawah masih kesulitan untuk
membeli susu. Perkembangan arus informasi yang pesat menyebabkan masyarakat mulai menyadari bahwa susu merupakan sumber makanan bergizi
yang penting bagi pertumbuhan bayi dan anak. Berdasarkan hal tersebut, produsen susu menawarkan produk susu dalam
kemasan lebih kecil atau berbentuk saset agar dapat menekan harga susu sehingga terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah. Salah satu produsen susu yang
memasang strategi ini adalah PT Nestle Indonesia. Produk yang mereka kategorikan sebagai popularly positioned products ini sudah memberi sumbangan
hingga sepertiga dari total pendapatan Nestle Indonesia. Melihat potensi yang sangat besar terhadapan strategi segmentasi
menengah kebawah, banyak produsen yang mulai melirik strategi tersebut. Salah satunya ialah PT Sari Husada. Produk susu PT Sari Husada yang dikeluarkan
untuk segmentasi ini tidak menggunakan merek yang sudah ada tetapi memilih mengeluarkan merek baru bernama Gizikita. Ada beberapa produk keluaran
Gizikita, diantaranya produk susu bagi ibu hamil dan menyusui dengan harga Rp 2.000 per saset, produk bubur tim anak berusia satu hingga dua tahun dengan
harga Rp 1.500 per saset dan produk suplemen vitamin untuk anak yang dijual dengan harga Rp 500 per saset.
5.2.3 Strategi Promosi