Tabel 4. Jumlah Produksi Susu Berdasarkan Jenis Produksi Tahun 2009
Lokasi Nama
Perusahaan Susu
Bubuk Susu
Kental Manis
Susu Cair Total
Persen
Jawa Timur
Nestle 40,7
71,6 4,1
116,4 Frisian Flag
27,7 -
- 27,7
Nutricia 6,5
- -
6,5 Greenfields
- -
39,8 39,8
Sekar Tanjung
- -
16,3 16,3
Total Jawa Timur 74,9
71,6 60,2
206,7 23,6
Jawa Barat Indolakto
5 164,3
47,8 217,1
Ultra Jaya 2,9
6 89,9
98,8 Danone
Dairy -
- 13,8
13,8 Cisarua
- -
0,2 0,2
Kalbe 6
- -
6
Total Jawa Barat 13,9
170,3 151,7
335,9 38,4
Jawa Tengah
Sari Husada 41,3
- -
41,3 Tigraksa
4,9 -
- 4,9
Total Jawa Tengah 46,2
- -
46,2 5,3
Jakarta Frisian Flag
- 187,6
61,2 248,8
Diamon -
- 0,3
0,3
Total Jakarta -
187,6 61,5
249,1 28,4
Other 28,4
4,3 Total Keseluruhan
164,7 429,5
282,1 876,3
100,0
Sumber: CIC Consulting 2009
4.3.3 Perkembangan Nilai Impor
Impor  dalam  industri  pengolahan  susu  terdiri  dari  impor  bahan  baku  dan impor  produk  susu  olahan.  Kedua  impor  tersebut  sangat  berkaitan  dan
berpengaruh  dalam  industri  pengolahan  susu  terutama  menjadi  salah  satu  faktor pemicu  daya  saing  industri  pengolahan  susu  dalam  negeri  dengan  produk  luar
yang semakin marak. Masih  rendahnya  populasi  sapi  perah  di  Indonesia  hingga  saat  ini
mendorong ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku susu dan produk susu
impor  masih  terus  berlangsung  hingga  sekarang.  Namun  dalam  2  tahun  terakhir ini impornya cenderung terus menurun.
Menurut  sumber  Badan  Pusat  Statistik,  pada  tahun  2004  lalu  impor  susu dan  produk  susu  baru  tercatat  sebesar  165.411  ton,  yang  kemudian  meningkat
menjadi  173.084  ton  pada  tahun  berikutnya  dengan  nilai  US  399.165. Dalam  2 tahun  berikutnya  impor  terus meningkat  dan  mencapai  198.217  ton  pada  tahun
2007 senilai US 637.007. Pada tahun 2008 impor menurun menjadi 180.913 ton dan menurun lagi menjadi hanya 166.504 ton pada tahun 2009 dengan nilai US
411.612. Tabel 5.Perkembangan Impor Susu dan Produk Susu Indonesia 2004-2009
Tahun Volume
Kenaikan Nilai
Kenaikan Ton
US 2004
165.411 -
329.383 -
2005 173.084
4,6 399.165
21,2 2006
188.128 8,7
416.183 4,3
2007 198.219
5,4 637.007
53,1 2008
180.913 -8,7
665.029 4,4
2009 166.504
-8,0 411.612
-38,1 Rata-rata persen per tahun
0,4 9,0
Sumber : BPS diolah Sementara  dengan  semakin  pesatnya  perdagangan  Internasional,  maka
semakin  mempermudah  produk  luar  masuk  ke  dalam  negeri  sehingga  semakin banyak  produk-produk  luar  dalam  pasar  domestik  yang  menambah  tingkat
persaingan  industri  pengolahan  susu  domestik.  Masalah  lain  dari  permasalah impor susu ialah terkait tarif Bea Masuk BM pada bahan baku susu impor dan
produk  susu  olahan.  Sebelumnya  yakni  tahun  2003  pemerintah  pernah menerapkan BM produk susu olahan impor sebesar 5 persen. Kebijakan tersebut
dirasa sudah cukup melindungi industri pengolahan susu domestik. Namun, pada Januari 2009 justru kebijakan baru BM tersebut muncul dan menjadikan BM susu
pada  posisi  nol persen. Dibebaskannya  bea  masuk  tersebut  diputuskan  melalui Peraturan Menteri Keuangan RI No. 145 Tahun 2008 tertanggal 7 Oktober 2008
dan  diperbaharui  dengan  Permenkeu No.  19PMK.0112009 tertanggal  13 Februari 2009 yang menyatakan bahwa tarif  bea masuk untuk produk olahan susu
menjadi  0 persen.  Padahal  dalam  peraturan  World  Trade  Organization  WTO, bea  masuk  susu  olahan  impor  akan  menjadi  nol  persen  pada  tahun  2017
mendatang. Ironisnya bahan baku susu impor masih dikenakan tarif Bea Masuk 5 persen.
4.4 Jumlah Perusahaan dan Status Penanaman Modal