Latar Belakang Masalah Sisa-Sisa Budaya Feodalisme Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada Masyarakat Perkebunan di PTPN II Tandem Hilir I Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang)

BAB I PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang Masalah

Salah satu tantangan terberat yang dihadapi dunia ini adalah globalisasi dengan segala aspek. Globalisasi merupakan suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, berhubungan, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Globalisasi disini meliputi sektor sosial, ekonomi, politik maupun budaya dan kemudian dapat pula membawa dampak positif maupun negatif. Globalisasi membuat semakin terbukanya dunia pasar untuk produk ekspor Indonesia dengan syarat harus mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini membuka kesempatan bagi pengusaha di Indonesia untuk menciptakan produk- produk berkualitas, kreatif, dan dibutuhkan oleh pasar dunia. Globalisasi juga membuat masyarakat semakin mudah dalam mengakses modal investasi dari luar negeri. Apabila investasinya bersifat langsung, misalnya dengan pendirian pabrik di Indonesia maka akan membuka lapangan kerja. Hal ini bisa mengatasi kelangkaan modal di Indonesia. Kemudian globalisasi dapat meningkatkan kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi alat untuk mempromosikan produk Indonesia. Akibat dari globalisasi adalah munculnya modernisasi baik dalam bidang teknologi, sosial maupun budaya. Modernisasi membuat masyarakat kepada era yang lebih maju. Ini dikarenakan modernisasi membentuk pola pikir masyarakat agar lebih Universitas Sumatera Utara modern. Modernisasi membawa dampak bagi para penganutnya baik itu dampak positif maupun dampak yang negatif. Modernisasi dapat membuat masyarakat menjadi semakin konsumtif tanpa mengetahui manfaat yang akan diperoleh dari adanya penggunaan sesuatu yang diarahkan oleh konsep modernisasi. Sama halnya dengan masyarakat perkebunan yang sedang berkembang. Mereka akan dengan terbuka menerima kemajuan-kemajuan yang dibawa oleh pengaruh dari globalisasi, baik di bidang teknologi, sosial dan budaya yang masuk. Kemajuan- kemajuan tersebut dapat dilihat secara langsung dengan mulai banyaknya masyarakat perkebunan yang telah menggunakan alat-alat berteknologi canggih, seperti handphone dengan fitur lengkap. Kemudian dalam menjalin hubungan kerja sama sebagai suatu proses dari globalisasi pada berbagai macam sektor salah satunya pada sektor perdagangan dengan negara luar, sektor migas Indonesia juga mengandalkan hasil non migas untuk diekspor misalnya usaha di bidang perkebunan. Pada masa kolonial sampai dengan saat ini, sejarah indonesia tidak terlepas dari adanya sektor perkebunan. Ini dikarenakan, pada sektor perkebunan memiliki peranan yang penting dalam menentukan pendapatan masyarakat sekitar di bidang perekonomian. Namun pada masa inilah kemudian terkenal dengan sistem feodalisme. Adanya perusahaan perkebunan di wilayah Sumatera secara tidak langsung telah memotivasi orang-orang dari berbagai etnis untuk mengadu nasib di tanah yang memiliki beberapa macam jenis tanaman perkebunan. Mereka datang dari berbagai daerah dengan motivasi yang sama yaitu untuk memperbaiki taraf hidup. Universitas Sumatera Utara Maka seperti halnya dengan wilayah perkebunan lain, Sumatera Utara juga merupakan salah satu propinsi di kepulauan Sumatera yang terkenal sebagai daerah perkebunan di Indonesia. Dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil perkebunan ternyata diperlukan pula peningkatan kualitas dari sumber daya masyarakat sebagai tenaga kerja pelaksana memiliki andil yang cukup besar, misalnya para karyawan umum yang merupakan kelompok mayoritas di perkebunan. Di Desa Tandem Hilir dengan hasil sumber daya alam berupa tembakau ini nantinya akan digunakan sebagai bahan baku rokok. Masyarakat perkebunan di Desa Tandem Hilir ini terus-menerus memasok tembakau tersebut bahkan meskipun sejak tahun 2005 pasokan tembakau untuk Indonesia mulai dikurangi dikarenakan adanya larangan merokok. Perusahaan dalam hal ini terkait dengan pemerintah menjalin kerja sama dengan pihak asing agar hasil perkebunan ini nantinya dapat di ekspor ke luar negeri karena dirasa akan lebih menguntungkan mereka. http:barlanti.multiply.comjournalitem3Uniknya_Masyarakat_Perkebunan.diakse s pada tanggal 27 Nopember 2010 pukul 14.40 WIB Kehidupan para buruh perkebunan memiliki keterikatan dan ketergantungan kepada pihak penguasa perkebunan sehingga hal ini menghambat gerak sosial para buruh perkebunan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada generasi mereka selanjutnya. Dari sinilah masyarakat perkebunan mulai menerima pengaruh globalisasi guna menuju kepada masyarakat yang modern. Lalu berangkat dari permasalahan inilah yang terus-menerus memaksa masyarakat perkebunan untuk bekerja padahal upah yang mereka terima hanya dapat mencukupi kehidupan selama mereka berkerja. Hal ini dikarenakan sebagian besar Universitas Sumatera Utara dari masyarakat perkebunan memang diikutsertakan sebagai pekerja namun lebih kepada buruh kasar yang hanya ada pada musim tanam dan musim panen tiba. Kemudian ketika mereka tidak sedang bekerja, mereka akan menjadi kuli-kuli kontrak pada pekerjaan lainnya. Pekerja yang ditempatkan di kantor pada perusahaan milik pemerintah ini adalah orang-orang yang dirasa memiliki kemampuan di bidang perkebunan. Akan tetapi ada masyarakat perkebunan yang karena faktor keturunan dapat memperoleh pekerjaan serta tempat tinggal yang disediakan oleh pihak perkebunan. Masyarakat perkebunan bertempat tinggal di sekitar perkebunan tersebut karena perusahaan menganggap bahwa akan lebih mudah dan terjangkau apabila disediakan tempat tinggal bagi para pekerja. Namun kondisi sosial yang tercipta menimbulkan pengklasifikasian masyarakat perkebunan berdasarkan jabatannya di perusahaan karena adanya pembedaan dari segi struktur tempat tinggal antara kepala perusahaan, staf dan buruh. Di perkebunan dapat ditemukan tiga jenis pemukiman yang khas yaitu pemukiman perkebunan khusus diperuntukkan bagi kepala bagian administrasi yang berada di sekitar perusahaan, kemudian ada pemukiman perkebunan yang dihuni oleh staf perkebunan yang terdiri dari kepala tata usaha maupun kepala bagian staf perusahaan dan pemukiman perkebunan bagi para karyawan perusahaan perkebunan baik karyawan kantor kebun, maupun karyawan pabrik yang ada di lingkungan tersebut. Pada pemukiman perkebunan tersebut akan ditemukan beraneka ragam etnis dari berbagai daerah. Hal tersebut kemudian yang akan dapat mengakibatkan terjadinya stratifikasi sosial di dalam masyarakat perkebunan itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Kemudian adanya perbedaan pemukiman pada kelas-kelas sosial pada masyarakat perkebunan secara tidak langsung telah dikelompok-kelompokkan di perkebunan ini akan menjadi tempat berkumpulnya berbagai etnis pada satu lingkungan perkebunan dan berinteraksi dalam jangka waktu yang lama. Interaksi yang terus-menerus akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur, perilaku, sikap dan watak sebagai suatu bentukkan dari adanya komunikasi yang saling mempengaruhi diantara individu maupun kelompok tertentu sehingga tidak mengherankan ketika memasuki pemukiman masyarakat perkebunan akan ditemukan suatu masyarakat yang unik. Masyarakat yang terbentuk melalui proses pembedaan yang telah terbentuk dari adanya budaya feodalisme pada masyarakat perkebunan. Dengan demikian secara tidak langsung perkebunan membentuk suatu masyarakatbudaya lama http:macheda.blog.uns.ac.id20100520masyarakat- perkebunan-dan-orde-kolonial diakses pada tanggal 27 Nopember 2010 pukul 14.47 WIB Budaya ialah gagasan, tindakan dan karya manusia dalam kehidupan masyarakat Koentjaraningrat, 2009: 144. Budaya juga merupakan suatu bentuk tindakan yang telah dibiasakan oleh manusia melalui belajar. Budaya dapat dibentuk melalui proses dalam suatu sistem tatanan di masyarakat tertentu. Masyarakat terdiri dari berbagai macam individu yang mendiami suatu wilayah tertentu. Di dalam masyarakat perkebunan masih dapat terlihat sisa-sisa dari budaya pada masa kolonial Belanda. Hal ini dikarenakan pada masyarakat perkebunan ada kecenderungan penguasaan terhadap satu kelompok dengan kelompok yang lain seperti sistem tuan Universitas Sumatera Utara tanah. Inilah yang nantinya akan membentuk suatu paham yakni paham feodal atau lebih dikenal dengan feodalisme. Terciptanya paham feodal seperti masih dapat ditemukan sistem tuan tanah dalam masyarakat perkebunan ternyata dapat membuktikan bahwa feodalisme telah ada dan dibawa oleh nenek moyang masyarakat di perkebunan sendiri karena salah satu faktor yang sangat cepat untuk mempengaruhi adalah faktor kultural atau kebudayaanhttp:barlanti.multiply.comjournalitem3Uniknya_Masyarakat_Perkeb unan. diakses pada tanggal 27 Nopember 2010 pukul 14.40 Budaya feodalisme mendorong terbentuknya korupsi, kolusi dan nepotisme pada masyarakat perkebunan baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan, maupun dalam kehidupan sosial sehari-hari. Akibat dari adanya pengaruh budaya feodalisme yang dianut oleh masyarakat perkebunan inilah yang membuat mereka terbagi dalam kelompok-kelompokkelas- kelas tertentu. Ini disebabkan dari ciri masyarakat yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Setiap masyarakat mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Apabila suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan materiil daripada kehormatan maka gejala tersebut akan menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda. Lapisan masyarakat memiliki banyak bentuk, akan tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam kelas, yaitu kelas ekonomis, politis, dan yang didasarkan pada jabatan- jabatan tertentu dalam masyarakat Soekanto, 2009:197-199. Universitas Sumatera Utara Lapisan masyarakat telah ada sejak masyarakat mengenal kehidupan bersama. Lapisan masyarakat atau stratifikasi sosial lebih diidentikkan dengan adanya dua kelompok atau lebih yang bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu dimana setiap anggota-anggotanya memiliki kekuasaan, hak-hak istimewa dan penghargaan yang tidak sama pula Narwoko dan Suyanto, 2004: 132 Di dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat perkebunan, antara kelas yang satu dengan kelas yang lain memiliki pembedaan dalam proses sosialisasi. Hal ini diakibatkan dari adanya budaya yang telah terbentuk pada masyarakat perkebunan itu sendiri. Mulai dari perbedaan dalam pembagian kerja, upah yang diterima, fasilitas perumahan maupun interaksi diantara mereka. Maka dalam hal ini untuk lebih memahami dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kondisi kehidupan yang secara langsung maupun tidak langsung ternyata telah mengelompokkan masyarakat itu sendiri. Peranan masyarakat disini sangat penting untuk menjalin interaksi dan proses sosial antar sesama masyarakat tanpa adanya pembedaan perlakuan.

1.3. Perumusan Masalah