Informan ke-9 Profil Informan

Jika ditinjau lebih dalam sebenarnya, praktek KKN dapat terjadi bukan hanya ada di wilayah perkebunan saja, tetapi saat ini sudah dapat kita temukan birokrasi manapun. Sedangkan di wilayah perkebunan sendiri, apabila dikatakan ada atau tidaknya praktek KKN menurutnya, tidak ada. Pak Sidabutar pun mengatakan bahwa apabila dirinya ditanya mengenai pernah atau tidaknya ia mengalami praktek KKN, ia pun menjawab tidak pernah atau tidak ada karena memang sekarang ini sudah mengenal yang namanya transparansi. Atasan dengan fungsi dan peran pasti akan berbeda dengan bawahan. Namun ada saatnya bawahan akan sangat diperlukan oleh atasan, dalam hal ini yang menjadi atasan dari Pak Sidabutar adalah manager yang membawahi seluruh karyawan yang ada di perkebunan Tandem Hilir tersebut. Dalam pengambilan keputusan pun memang biasanya hanya diwakilkan oleh orang-orang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa Pak Sidabutar selaku KTU bukan hanya memutuskan suatu kebijakan saja tetapi ia juga harus menjalankan hasil dari kebijakan yang telah diputuskan tersebut. Pengaruh yang dirasakan di kehidupan sehari-hari Pak Sidabutar sendiri tidak ada terbawa sampai di lingkungan tempat tinggalnya. Karena atasan mengetahui batasan yang menjadi wewenangnya di lingkungan perkebunan.

4.3.9 Informan ke-9

1. Nama : H. Taufan Saputra, S.E 2. Usia : 50 tahun 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. SukuAgama : JawaIslam Universitas Sumatera Utara 5. Pendidikan terakhir : S1 Ekonomi Pak Taufan adalah salah seorang manager di Perkebunan Tandem Hilir I dan bertempat tinggal di sebelah kantor PTPN II. Ia sudah bekerja sejak tahun 1989 dengan golongan IVb dan bertempat tinggal di wilayah PTPN II sejak tahun 1995. Menurut beliau, bertempat tinggal di PTPN merupakan salah satu usaha dari perusahaan dalam penyediaan sarana agar para karyawan dapat dengan mudah menjangkau kebun dengan jarak yang relatif dekat. Mereka tidak perlu jauh-jauh menjangkau perkebunan dan hanya membutuhkan waktu yang cepat. Artinya, perusahaan juga melihat kesejahteraan para karyawan mulai dari cara mereka bekerja hingga cara mereka menjangkau perkebunan ini. Pak Taufan tidak memiliki pekerjaan sampingan lain Karena memang penghasilan yang ia miliki bersama istrinya yang juga bekerja cukup memadai untuk membiayai kebutuhan keluarga mereka sehari-hari. Pak Taufan merupakan lulusan sarjana ekonomi. Di wilayah perkebunan ini penetapan golongan berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki oleh karyawan itu sendiri. Pak Taufan sendiri dengan pendidikan terakhir sarjana ini baru beberapa tahun dipindahtugaskan ke kebun Tandem Hilir dan ditempatkan sebagai manager. Menurutnya ini merupakan suatu tanggung jawab baru yang dapat meningkatkan kreadibilitasnya dalam pekerjaan. Menurutnya, kondisi lingkungan di sekitar perkebunan sekarang berbeda dengan dahulu ketika ia pertama kali mulai bekerja di perkebunan. Walaupun memang waktu itu dirinya belum bekerja di PTPN II tetapi ia sudah bekerja di perkebunan sejak Universitas Sumatera Utara tahun 1989 yaitu sekitar 22 tahun ia telah mengabdikan diri di perkebunan. Kalau sekarang, akuinya, pemimpin sudah mulai mengerti bagaimana menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pimpinan di perkebunan. Berbeda dengan masa-masa pertama kali dirinya bekerja, perusahaan sangat menyerahkan kekuasaan sepenuhnnya kepada penguasa sehingga menimbulkan terjadinya penyalahgunaan terhadap kekuasaan. Meskipun sudah mulai membaur antara sesama masyarakat disini tetapi sisa-sisa budaya pada masa lalu seperti budaya peninggalan zaman Belanda masih dapat dirasakan di wilayah perkebunan. Menurutnya, perselisihan tidak ada karena di perkebunan Tandem Hilir ini permasalahan apapun selalu dibicarakan dengan musyawarah sebelum memutuskan sesuatu. Sehingga mencegah terjadinya perselisihan diantara setiap karyawan yang memang pribadi dari setiap orang itu berbeda-beda. Praktek KKN yang juga merupakan sisa-sisa peninggalan pada masa kolonial Belanda bukan hanya ada di wilayah perkebunan, tetapi pada saat ini di manapun selama ada kesempatan untuk dimanipulasi maka akan ada saja ruang untuk KKN. Tapi sebenarnya, pemaknaan KKN pada masa ssekarang ini memang berbeda pada masa kolonial Belanda. Pada masa itu, KKN memang dilakukan tetapi dengan maksud perekrutan karyawan untuk dipekerjakan di perkebunan hanya bagi mereka yang punya hubungan kekerabatan maupun lowongan hanya bagi mereka yang memiliki kedekatan dengan penguasa di perkebunan. Pak Taufan pun mengatakan bahwa apabila dirinya ditanya mengenai pernah atau tidaknya ia mengalami praktek KKN, ia pun mengatakan tidak ada. Universitas Sumatera Utara Seorang atasan memiliki fungsi dan peran yang berbeda dengan bawahan. Akan tetapi ada kecenderungan bawahan akan sangat diperlukan oleh atasan. Dalam pengambilan keputusan pun memang biasanya hanya diwakilkan oleh beberapa krani dan perwakilan dari PAPAM saja yang diikutsertakan. Sehingga tidak terlalu lama dalam proses perdebatan untuk menghasilkan suatu kebijakan tersebut. Maka kemudian ketika memang sudah disepakati dan dihasilkanlah keputusan semua elemen perkebunan diharuskan untuk mematuhi dan menjalankannya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran di perkebunan maka siapapun pelakunya harus dikenakan sanksi yang sudah ditetapkan. Pengaruhnya di kehidupan sehari-hari Pak Taufan tidak ada karena memang ia sudah lama dan terbiasa dengan kondisi yang ada dan terjadi. 4.4 Interpretasi Data 4.4.1 Sisa-Sisa Budaya Feodalisme Dalam Lingkungan PTPN II