Informan ke-6 Profil Informan

4.3.6 Informan ke-6

1. Nama : Siti Hajar 2. Usia : 48 tahun 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. SukuAgama : MelayuIslam 5. Pendidikan terakhir : SMA Ibu Siti Hajar atau yang biasa dipanggil Bu Nizar adalah salah seorang karyawan di Perkebunan Tandem Hilir I dan tinggal sekitar perumahan di PTPN II. Ia sudah bekerja sebagai karyawan pelaksana sejak tahun 1985 dan bertempat tinggal di wilayah PTPN II sejak tahun 1985, tetapi memang ia dari kecil sudah tinggal bersama orang tuanya di perkebunan dan sampai sekarang ia sudah memiliki keluarga. Bertempat inggal di sekitar wilayah PTPN yang merupakan beberapa fasilitas yang disediakan oleh perusahaan yang dapat ia peroleh. Selain dapat memudahkan ia menjangkau ke kantor, tinggal di perkebunan dapat memberikan manfaat tersendiri bagi dirinya dan keluarga. Apalagi Bu Nizar memiliki seorang suami yang sama- sama bekerja di PTPN-II. Bu Nizar tidak memiliki pekerjaan sampingan tetapi penghasilan yang diperolehnya dari gaji setiap bulan yang ia dan suaminya dapatkan dimanfaatkan untuk biaya kehidupannya sehari-hari. Bu Nizar memiliki pendidikan terakhir sampai SMA, dengan golongan IIa menurutnya posisi sebagai karyawan pelaksana yang ia tempati sekarang sudah cukup lumayan. Ia bekerja di PTPN II pun karena ada yang menawarkan pekerjaan pada posisi tersebut kepadanya. Universitas Sumatera Utara Menurut Bu Nizar, selama ia tinggal dan menetap selama bertahun-tahun di wilayah perkebunan, ia merasa ada perbedaan saat ia kecil dengan saat sekarang. Kondisi lingkungan di sekitar perkebunan dengan wilayah tempat tinggalnya dahulu masih susah ditemukan interaksi antara pemukiman di tempat tinggal para staf dengan tempat tinggal karyawan biasa. Berbeda dengan sekarang yang lebih terbuka interaksi di antara para karyawan baik itu staf maupun karyawan pelaksana dan satpam lebih sering terlihat. Menurut Bu Nizar, perselisihan yang terjadi di perkebunan hanya perselisihan antara sesama saja. Biasanya dikarenakan misalnya, ada masalah kecil diantara sesama karyawan karena ketidakcocokan antara satu orang dengan orang lain itu biasa. Di wilayah perkebunan praktek KKN ada tetapi bentuk-bentuknya seperti apa saja yang tidak dapat diketahui secara langsung. Jadi, bila ditanya pernah atau tidaknya ia mengalami praktek KKN, ia tidak dapat mengatakan secara tepatnya pernah atau tidak karena kadang tidak terlihat akan tetapi dapat dirasakan keberadaannya. Inilah yang mengakibatkan masyarakat menganggap ini menjadi hal yang biasa. Diantara atasan dan bawahan pasti akan ada yang berbeda. Karena secara birokrasi, tidak mungkin fasilitas yang diterima oleh kepala tata usaha dengan buruh kasar sama padahal tanggung jawab yang diemban oleh kepala tata usaha jauh lebih berat daripada buruh kasar yang bekerja tetapi tidak secara keseluruhan menanggungjawabi apa yang nantinya akan terjadi di perusahaan. Dan biasanya memang ada ketergantungan antara atasan dengan bawahan. Dalam memutuskan Universitas Sumatera Utara suatu kebijakan biasanya atasan memiliki kebijaksanaan tersendiri seperti dengan hanya memanggil beberapa karyawan yang mempunyai pengaruh diantara karyawan yang lain, yakni sebagai wakil dari karyawan-karyawan yang lain. Menurut Bu Nizar, biasanya dirinya hanya menjalankan hasil dari kebijakan yang telah diputuskan tersebut. Akan tetapi siapapun itu, apabila ia melanggar peraturan yang telah ditetapkan maka ia harus menerima sanksi yang telah dibuat dan diatur di perusahaan. Bagi Bu Nizar, dalam kehidupan sehari-harinya ini, pengaruh dari kekuasaan yang dilakukan di kantor tidak begitu dirasakan di wilayah rumahnya. Ini karena antara atasan dan bawahan hanya sedikit sekali diterapkan di kantor, apabila ia sebagai atasan diharuskan untuk memutuskan sebuah kebijakan di lingkungan perkebunan dan dirasa baik bagi keberlangsungan perusahaan ya tidak ada masalah.

4.3.7 Informan ke-7