4.3.4 Informan ke-4
1. Nama
: H. Sudarman, S.P 2.
Usia : 49 tahun
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki 4.
SukuAgama : JawaIslam
5. Pendidikan terakhir
: S1 Pertanian Bapak Sudarman yang merupakan salah seorang karyawan di Perkebunan
Tandem Hilir I, ia juga bertempat tinggal di sekitar wilayah PTPN II sejak tahun 1990. Ia sudah bekerja di PTPN sejak tahun 1987 dengan golongan IVb sebagai
kepala gudang bagian managerial. Ia melihat bahwa, bertempat tinggal di PTPN selain jangkauan yang mudah dari perusahaan disamping itu ia juga dapat menghemat
biaya pengeluaran yang dapat dialokasikannya ke pendidikan anak-anaknya. Ia juga tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membayar sewa perumahan. Denagn
penghasilan yang ia terima beserta istrinya yang juga bekerja, ternyata dapat membantu mempertahankan ekonomi rumah tangga mereka serta dapat menyokong
pendidikan anak-anaknya. Penetapan golongan di PTPN berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki oleh
karyawan tersebut. Karena memang Bapak Sudarman berpendidikan terakhir sampai Sarjana, maka posisi sebagai kepala bagian bidang manajerial di perkebunan untuk
seorang lulusan sarjana pertanian ini sudah tepat. Kemudian, kondisi di sekitar perkebunan di PTPN II tandem Hilir ini berbeda
dengan di perkebunan-perkebunan yang lain, ini disebabkan karena di PTPN II
Universitas Sumatera Utara
Tandem Hilir sudah tidak lagi diterapkan budaya-budaya pada masa kolonialisme terdahulu sehingga para karyawannya pun tidak takut lagi untuk mengemukakan
aspirasinya yang berkenaan dengan keberlangsungan perusahaan untuk kedepannya. Apapun pendapat dari seluruh karyawan tanpa memandang ia dari golongannya,
perusahaan dengan tangan terbuka menerimanya apabila itu memang dibutuhkan dan sejalan dengan perusahaan. Maka perbedaan dalam mengemukakan pendapat di sini
tidak begitu terbatasi seperti dahulu pada masa kolonialisme Belanda yang masih menerapkan sistem feodalismenya di wilayah perkebunan di Indonesia. Walaupun
memang tidak menutup kemungkinan masih ada sedikit budaya yang terlestarikan di masyarakat.
Menurutnya, perselisihan di antara karyawan sesekali ada terjadi, tetapi tidak sampai menimbulkan pertikaian antara mereka itu sendiri yang berkepanjangan.
Perselisihan diantara setiap karyawan apalagi dalam perbedaan dalam berpendapat itu sudah biasa karena memang setiap orang memiliki prinsip yang berbeda pula antara
yang satu dengan yang lainnya. Diskriminasi pun tidak ia temukan selama ia bekerja di PTPN II ini, karena di PTPN
ini semua dapat membaur dengan baik. Sebagai atasan, ia harus mengetahui dan mampu dalam memanajemen anggotanya yang dalam hal ini para karyawannya
sebagai bawahan. Bukan malah memperlakukannya seperti layaknya kuli. Menurut Bapak Sudarman, praktek KKN bukan saja hanya terjadi di wilayah
perkebunan, akan tetapi pada saat ini sudah dapat ditemukan di sektor manapun. Sedangkan apabila dikatakan ada atau tidaknya praktek KKN di wilayah perkebunan
Universitas Sumatera Utara
menurutnya, dapat dibilang ada keberadaannya tetapi tidak secara langsung dapat dirasakan. Bapak Sudarman juga mengatakan bahwa apabila dirinya sampai saat ini
tidak pernah mengalami praktek KKN. Walaupun hal tersebut dianggap oleh masyarakat sudah menjadi suatu hal yang lumrah.
Atasan memiliki fungsi dan peran yang berbeda dengan bawahan. Namun ada saatnya bawahan akan sangat diperlukan oleh atasan, dalam hal ini yang menjadi
atasan dari Bapak Sudarman adalah manager yang membawahi seluruh karyawan di PTPN II kebun Tandem Hilir. Jadi dapat dikatakan bahwa Bapak Sudarman selaku
kepala bagian bidang managerial selain memutuskan, ia juga harus mampu menjalankan hasil dari kebijakan yang telah diputuskan.
Di dalam kehidupan sehari-hari Bapak Sudarman, pengaruh pengambilan keputusan yang memang biasanya hanya diwakilkan oleh beberapa karyawan yang
dianggap mumpuni untuk memecahkan suatu permasalahan yang berkenaan dengan perusahaan tidak terbawa di wilayah tempat tinggalnya.
4.3.5 Informan ke-5