Informan ke-8 Profil Informan

mengalami praktek KKN, ia pun tidak dapat mengatakan pernah atau tidak karena memang terkadang tidak terlihat tapi dapat dirasakan keberadaannya. Hal ini yang kemudian mengakibatkan masyarakat sudah menganggap ini menjadi suatu hal yang biasa saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa atasan memang memiliki fungsi dan peran yang berbeda dengan bawahan. Namun ada saatnya bawahan akan sangat diperlukan oleh atasan. Dalam pengambilan keputusan pun biasanya hanya diwakilkan. Jadi dapat dikatakan bahwa Pak Sembiring selaku karyawan sering diikutsertakan dalam peran mengambil keputusan dari suatu kebijakan dan kemudian menjalankan hasil dari kebijakan yang telah diputuskan. Pengaruh di kehidupan sehari-hari Pak Sembiring sendiri tidak begitu dirasakannya, hanya tingkat keamanan yang telah menjadi kebiasaannya sebagai satpam sering terbawa sampai di lingkungan tempat tinggalnya.

4.3.8 Informan ke-8

1. Nama : Hendrik Sidabutar, S.E 2. Usia : 36 tahun 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. SukuAgama : batakKristen 5. Pendidikan terakhir : S1 Ekonomi Bapak Hendrik ini adalah salah seorang Kepala bagian tata usaha di Perkebunan Tandem Hilir I dan bertempat tinggal di Jl. Listrik Desa Tandem Hilir I PTPN II. Ia sudah bekerja menjadi seorang kepala bagian tata usaha sejak tahun 2001 dengan Universitas Sumatera Utara golongan IIIc dan memiliki tempat tinggal di wilayah PTPN II sejak tahun 2002. Menurutnya, bertempat tinggal di PTPN merupakan satu keuntungan lain dari beberapa fasilitas perusahaan yang masih dapat ia dan keluarganya nikmati. Ia tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membayar sewa perumahan. Pak Sidabutar berpendidikan terakhir sampai sarjana ekonomi dan sewaktu dirinya mulai bekerja di perkebunan, ia mengakui bahwa dirasa sudah cukup pas apabila ia berada pada posisi sebagai KTU. Apalagi penetapan golongan di perkebunan berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Kondisi lingkungan di sekitar perkebunan zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu. Sekarang, akuinya, sudah saling berinteraksi antara sesama masyarakat. Jadi perbedaan pun menurutnya, tidak ada lagi sekarang. Beda mungkin pada waktu dulu masa-masa orde baru yang memang sudah ada pembedaan antara kepala bagian dengan karyawan yang dibawahinya. Walaupun sebenarnya ia sendiri merupakan karyawan yang diterima dari proses pencarian tenaga ahli yang memang benar-benar kompeten dalam bidang yang ada di perkebunan dan pada waktu masa reformasi 1998, dirinya direkrut untuk dijadikan karyawan di perkebunan. Kemudian, sepengetahuan beliau perselisihan di wilayah perkebunan tidak ada terjadi. Karena, perselisihan menurutnya dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam proses berjalannya produksi. Lain halnya dengan perbedaan pendapat, perbedaan diantara setiap karyawan itu sudah biasa karena setiap orang memiliki perbedaan pendapat. Universitas Sumatera Utara Jika ditinjau lebih dalam sebenarnya, praktek KKN dapat terjadi bukan hanya ada di wilayah perkebunan saja, tetapi saat ini sudah dapat kita temukan birokrasi manapun. Sedangkan di wilayah perkebunan sendiri, apabila dikatakan ada atau tidaknya praktek KKN menurutnya, tidak ada. Pak Sidabutar pun mengatakan bahwa apabila dirinya ditanya mengenai pernah atau tidaknya ia mengalami praktek KKN, ia pun menjawab tidak pernah atau tidak ada karena memang sekarang ini sudah mengenal yang namanya transparansi. Atasan dengan fungsi dan peran pasti akan berbeda dengan bawahan. Namun ada saatnya bawahan akan sangat diperlukan oleh atasan, dalam hal ini yang menjadi atasan dari Pak Sidabutar adalah manager yang membawahi seluruh karyawan yang ada di perkebunan Tandem Hilir tersebut. Dalam pengambilan keputusan pun memang biasanya hanya diwakilkan oleh orang-orang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa Pak Sidabutar selaku KTU bukan hanya memutuskan suatu kebijakan saja tetapi ia juga harus menjalankan hasil dari kebijakan yang telah diputuskan tersebut. Pengaruh yang dirasakan di kehidupan sehari-hari Pak Sidabutar sendiri tidak ada terbawa sampai di lingkungan tempat tinggalnya. Karena atasan mengetahui batasan yang menjadi wewenangnya di lingkungan perkebunan.

4.3.9 Informan ke-9