Informan ke-7 Profil Informan

suatu kebijakan biasanya atasan memiliki kebijaksanaan tersendiri seperti dengan hanya memanggil beberapa karyawan yang mempunyai pengaruh diantara karyawan yang lain, yakni sebagai wakil dari karyawan-karyawan yang lain. Menurut Bu Nizar, biasanya dirinya hanya menjalankan hasil dari kebijakan yang telah diputuskan tersebut. Akan tetapi siapapun itu, apabila ia melanggar peraturan yang telah ditetapkan maka ia harus menerima sanksi yang telah dibuat dan diatur di perusahaan. Bagi Bu Nizar, dalam kehidupan sehari-harinya ini, pengaruh dari kekuasaan yang dilakukan di kantor tidak begitu dirasakan di wilayah rumahnya. Ini karena antara atasan dan bawahan hanya sedikit sekali diterapkan di kantor, apabila ia sebagai atasan diharuskan untuk memutuskan sebuah kebijakan di lingkungan perkebunan dan dirasa baik bagi keberlangsungan perusahaan ya tidak ada masalah.

4.3.7 Informan ke-7

1. Nama : Samarela Sembiring, S.P 2. Usia : 51 tahun 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. SukuAgama : KaroKristen 5. Pendidikan terakhir : S1 Pertanian Pak Sembiring atau yang lebih akrab dipanggil Pak Sam adalah salah seorang karyawan di Perkebunan Tandem Hilir I dan bertempat tinggal di sekitar areal Tandem Hilir I PTPN II. Ia sudah bekerja sejak tahun 1985 dengan golongan IVa dan bertempat tinggal di wilayah PTPN II sejak tahun 1995. Menurutnya, bertempat tinggal di PTPN merupakan pemanfaatan dari beberapa fasilitas perusahaan yang Universitas Sumatera Utara masih dapat ia dan keluarganya nikmati. Ia tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membangun rumah tempaynya tinggal. Golongan yang diterima oleh Pak Sembiring ternyata didasarkan pada pendidikan terakhir yang dimilikinya. Karena Pak Sembiring yang berpendidikan terakhir sampai sarjana, maka dirasa sudah cukup apabila ia diletakkan di perkebunan ini dengan kapasitasnya sebagai lulusan pertanian. Kondisi lingkungan di sekitar perkebunan berbeda. Menurutnya, kondisi lingkungan perkebunan saat ini sudah mulai membaur antara sesama masyarakat di perkebunan. Maka perbedaan pun tidak begitu tampak lagi sekarang. Beda pada waktu dulu semasa ia kecil, selain karena letak pemukiman ynag memang sudah dibedakan antara kepala bagian dengan karyawan yang dibawahinya. Ini diketahuinya karena memang ia tinggal di perkebunan sejak kecil. Keluarga dalam hal ini adik Pak Sembiring sendiri merupakan pekerja di perkebunan juga sehingga ia pun mendapatkan kesempatan kerja di perkebunan yang sama. Menurutnya, perselisihan sesekali pasti ada terjadi, akan tetapi tidak sampai menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Karena, perselisihan diantara setiap karyawan itu sudah biasa karena memang setiap orang memiliki perbedaan pendapat. Praktek KKN sebenarnya bukan hanya ada di wilayah perkebunan saja, akan tetapi pada saat ini sudah bisa ditemukan di manapun. Sedangkan di wilayah perkebunan sendiri, apabila dikatakan ada atau tidaknya praktek KKN menurutnya, dapat dikatakan ada tetapi memang tidak secara langsung dirasakan. Pak Sembiring pun mengatakan bahwa apabila dirinya ditanya mengenai pernah atau tidaknya ia Universitas Sumatera Utara mengalami praktek KKN, ia pun tidak dapat mengatakan pernah atau tidak karena memang terkadang tidak terlihat tapi dapat dirasakan keberadaannya. Hal ini yang kemudian mengakibatkan masyarakat sudah menganggap ini menjadi suatu hal yang biasa saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa atasan memang memiliki fungsi dan peran yang berbeda dengan bawahan. Namun ada saatnya bawahan akan sangat diperlukan oleh atasan. Dalam pengambilan keputusan pun biasanya hanya diwakilkan. Jadi dapat dikatakan bahwa Pak Sembiring selaku karyawan sering diikutsertakan dalam peran mengambil keputusan dari suatu kebijakan dan kemudian menjalankan hasil dari kebijakan yang telah diputuskan. Pengaruh di kehidupan sehari-hari Pak Sembiring sendiri tidak begitu dirasakannya, hanya tingkat keamanan yang telah menjadi kebiasaannya sebagai satpam sering terbawa sampai di lingkungan tempat tinggalnya.

4.3.8 Informan ke-8