Efektivitas Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima

Dengan adanya pembangunan pertisipatif dan berkelanjutan memungkinkan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan yang memperhatikan kaum marjinal, tanpa mengabaikan aspek lingkungan. Dalam pembangunan partisipatif masyarakat tidak hanya menjadi objek pembangunan dan penerima kebijakan, tetapi juga sebagai pengambil keputusan. Diharapkan dengan pembangunan yang partisipatif dapat menciptakan peraturan yang kondusif dan menghasilkan kebijakan yang tetap bertolak ukur pada ketiga indikator pembangunan berkelanjutan. Dan pembangunan yang partisipatif dan berkelanjutan juga dapat meminimalisir permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh PKL.

2.6 Efektivitas Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima

Meskipun pentingnya peranan Pedagang Kaki Lima dalam penyerapan tenaga kerja, kenyataannya tindakan pemerintah kota tampaknya bertentangan dengan pengakuan akan pentingnya peranan sektor ini. Demikian pula perencana kota masih memandang secara ambigu terhadap sektor ini. Bagi kebanyakan perencana dan penentu kebijakan kota, pelaku sektor informal, terutama PKL, dan kawasan kumuh perkotaan, adalah gangguan terhadap keindahan dan keteraturan kota. Pandangan modernis ini justru sering sejalan dengan pandangan golongan masyarakat atas dan menengah. Perlu saatnya para perencana dan penentu kebijakan kota memikirkan alternatif- alternatif lain dalam memandang persoalan PKL dan kawasan kumuh ini. Pandangan alternatif ini antara lain seperti yang diungkapkan oleh Sandercock 1998 bahwa perencanaan kota seharusnya dapat mengenali suara kelompok-kelompok yang berbeda di dalam masyarakat. Kita dapat berspekulasi bahwa pemecahan akar persoalan Universitas Sumatera Utara tumbuhnya kawasan kumuh dan pedagang kaki lima terletak di pedesaan dan dengan demikian kebijakan tutup pintu diberlakukan supaya orang-orang tidak bermigrasi dari desa ke kota, akan tetapi tetap penting untuk mengenali bahwa kota adalah milik kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Pelaku sektor informal, termasuk PKL, adalah bagian yang tak terpisahkan dari sebuah kota. http:www.akatiga.orgindex.phpartikeldanopinikemiskinan110-kota-untuk-siapa diakses pada hari kamis 06-01-2010 pukul 16.10 WIB Penggusuran ataupun lebih dikenal dengan relokasi bukanlah merupakan jalan keluar yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan PKL. Munculnya penggangguran adalah efek langsung penggusuran ini, karena pedagang eks PKL ini kehilangan pekerjaannya untuk menghidupi keluarga. Dan ini menjadi permasalahan baru yang harus difikirkan bagaimana solusinya, dan penggusuran ini hanya merupakan solusi sementara. Karena meskipun para pedagang kaki lima tidak kembali berjualan ke lokasi semula, karena masih dalam penjagaan Satpol PP, maka PKL tersebut membuka di tempat yang baru lagi. Keberadaan PKL merupakan kegagalan negara menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi warga negaranya. Padahal seperti yang tercantum dalam kovenan ekosob, hak untuk mendapatkan pekerjaan adalah salah satu hak asasi manusia yang wajib dipenuhi oleh negara. http:analisadaily.comindex.php?option=com_contentview=articleid=34043:pengg usuran-pkl-antara-mengganggu-keindahan-kota-dan-hak-ekosob catid=78:umumItemid=131 Universitas Sumatera Utara

2.7. Pembangunan Jalan