Dimensi Sosial Budaya Terkait dengan Permasalahan Pedagang Kaki Lima

aktivitasnya. Usaha kecil merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan pembanguan nasional dan pembangunan ekonomi. Usaha kecil adalah usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi dalam peningkatan masyarakat.serta mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya Limbong, 2005.

2.4. Dimensi Sosial Budaya Terkait dengan Permasalahan Pedagang Kaki Lima

Para PKL adalah aset, sehingga sumberdaya manusia tersebut harus diberdayakan sesuai dengan kemampuannya. Selama ini para PKL tumbuh dan berkembang semat- mata hanya karena inisiatif dari pedagang sendiri. Hal tersebut dapat disebabkan karena interaksi social antara para PKL denhgan Pemerintah Kota tiak berjalan dengan baik.Suatu interaksi sosial terjadi apabila memenuhi 2 dua syarat, yaitu: a. adanya kontak sosial social contact b. adanya komunikasi. Kontak sosial dapat saja terjadi antara pihak Pemerintah Kota Medan dengan para PKL dimana para pedagang yang melakukan aktivitasnya di pasar tetapi mendapat tanggapan yang negatif dari pihak Pemko. Disamping itu, komunikasi diantara PKL dan pihak Pemko juga tidak sesuai dengan yang diharapkan.Pemerintah Kota tidak mampu membaca kehendak para PKL dan demikian juga dengan sebaliknya sehingga kedua belah pihak hanya bersikukuh pada keinginan masing-masing.Hal ini menyebabkan tidak berlangsung suatu interaksi sosial yang baik. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana disadari bahwa para PKL umumnya banyak berasal dari kelompok yang kurang mendapat pendidikan yang baik dan kurang terampil, tidak mempunyai pengetahuan hukum dan kesadaran terhadap ketertiban lingkungan yang cukup, serta miskin sehingga wajar bilamana interaksi sosial antara pihak Pemerintah Kota dengan PKL tidak memberikan hasil yang memuaskan. Apalagi kondisi ekonomi pun belum dapat memulihkan ekonomi masyarakat bahkan jumlah pengangguran cenderung semakin meningkat. Hal ini merupakan potensi yang akan mengancam kerawanan sosial misalnya pencurian dan perampokan. Oleh karena itu, penciptaan lapangan kerja melalui sektor informal terutama PKL harus mendapat respon yang positif dari Pemerintah Kota. Kebijakan pemerintah yang melarang keberadaan sektor informal justru berpotensi menimbulkan kerawanan politik dan sosial. Hoebel dan Lywllyn menyatakan bahwa hukum mempunyai fungsi yang penting demi keutuhan masyarakat,yaitu; a. menetapkan hubungan antara para warga masyarakat dengan menetapkan perilaku mana yang dipebolehkan dan mana yang dilarang; b. membuat alokasi wewenang authority dan menentukan dengan seksama pihak- pihak yang secara sah dapat melakukan paksaan dengan sekaligus memilih sanki- sanksi yang tepat dan efektif; c. penyelesian perselisihan; d. menyesuaikan pola-pola hubungan dengan perubahan kondisi kehidupan. Universitas Sumatera Utara 2.5. Pelibatan Masyarakat Marginal dalam Perencanaan Pembangunan yang Pertisipatif dan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka” Fauzi, 2004 Menurut Munasinghe 1993, pembangunan berkelanjutan mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: 1. tujuan ekonomi economic objective 2. tujuan ekologiecological objective dan 3. tujuan sosial social objective. Ketiga indikator dari pembangunan berkelanjutan sustainable development adalah suatu kesatuan tujuan yang harus diperhatikan oleh pengambil kebijakan. Dalam suatu pembangunan yang berkelanjutan, Setiap kebijakan memiliki efek atau dampak bagi pedagang kaki lima itu sendiri dan juga bagi lingkungan. Dua kriteria yang digunakan yaitu internal dan eksternal. Internal yaitu bagaimana dampak terhadap PKL dalam hal peningkatan ekonomi, rasa keadilan dan eksternal yaitu bagaimana keterkaitannya dengan lingkungan. Adapun Dampak yang muncul pasca relokasi Pasar, yaitu terbagi menjadi tiga sub dampak yaitu ; pertama dampak sosial ekonomi, kedua sosial budaya dan ketiga dampak terhadap lingkungan. Adapun dampak sosial ekonomi dan sosial budaya yang bersifat positif yaitu 1. meningkatnya kelayakan dan kenyamanan usaha Universitas Sumatera Utara 2. terbukanya kesempatan kerja 3. perubahan status PKL menjadi pedagang legal 4. menurunnya budaya premanisme keamanan pasar stabil. Adapun dampak sosial ekonomi dan sosial budaya yang bersifat negatif yaitu : 1. menurunnya modal dan pendapatan 2. meningkatnya biaya operasional 3. menurunnya aktivitas pasar produksi, distribusi dan konsumsi, 4. melemahnya jaringan sosial pelanggan 5. menurunnya kesempatan pedagang untuk ikut dalam kelompok kelompok sosial nonformal. Dampak terhadap lingkungan memberikan implikasi yang positif yaitu 1. tertatanya lingkungan dengan baik 2. pengolahan limbah pasar 3. penghijauan sekitar pasar reloksi, sehingga lingkungan pasar menjadi asri dan tidak terlihat kesan kumuh ramah lingkungan. Kebijakan mengenai relokasi pasar jika dikaitkan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan maka kebijakan tersebut tidak dapat digolong sebagai kebijakan pembangunan berkelanjutan, karena dari tiga syarat hanya satu syarat yang terpenuhi yaitu ramah lingkungan environmental protection atau tidak terjadinya degradasi lingkungan. Sebaliknya peningkatan ekonomi economic growth dan keadilan social equity tidak terpenuhi. Universitas Sumatera Utara Pentingnya proses pelibatan masyarakat marjinal dalam perencanaan dan penganggaran partisipatif bagi pengembangan kapasitas masyarakat. Melalui proses ini telah terjadi alih dan akumulasi pengetahuan serta meningkatnya perasaan memiliki atas hasil yang diperoleh dan budaya berdiskusi. Handayani, 2006 pada saat itu partisipasi masyarakat lebih sebagai jargon pembangunan, dimana partisipasi lebih diartikan pada bagimana upaya mendukung program pemerintah dan upaya-upaya yang pada awal dan konsep pelaksanaanya berasal dari pemerintah. Berbagai keputusan umumnya sudah diambil dari atas, dan sampai ke masyarakat dalam bentuk sosialisasi yang tidak bisa ditolak. Sejalan dengan dikedepankannya prinsip tata pemerintahan yang baik terutama di tingkat KabupatenKota, maka konsep perencanaan pembangunan partisipatif mulai digagas dan dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia Keterlibatan dalam sektor informal lebih akibat keterpaksaan daripada pilihan Hugo karena tekanan dari sistem ekonomi yang tidak memberi tempat bagi mereka yang kurang berpendidikan dan ketrampilan . Terkait dengan partisipasi politik, pelaku sektor informal lebih dianggap sebagai obyek ketimbang partisipan. Padahal mereka merupakan sumber daya politik dan ekonomi. Sebagai sumber daya politik, mereka kerap dijadikan obyek yang dikendalikan oleh organisasi massa yang berafiliasi dengan partai pemerintah. Melalui cara ini, pemerintah melakukan kontrol terhadap kelompok- kelompok yang dianggap berpotensi menimbulkan konflik dan masalah keamanan. Oleh karena itu, kaum informal hampir tidak pernah bisa memanfaatkan sumber daya politiknya. Sedangkan sebagai sumber daya ekonomi terkait dengan ketersediaan tenaga kerja yang murah. Hal ini dapat dilihat sebagai bentuk eksploitasi. Sebagai perbandingan, Rachbini dan Hamid, 1994 Universitas Sumatera Utara Dengan adanya pembangunan pertisipatif dan berkelanjutan memungkinkan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan yang memperhatikan kaum marjinal, tanpa mengabaikan aspek lingkungan. Dalam pembangunan partisipatif masyarakat tidak hanya menjadi objek pembangunan dan penerima kebijakan, tetapi juga sebagai pengambil keputusan. Diharapkan dengan pembangunan yang partisipatif dapat menciptakan peraturan yang kondusif dan menghasilkan kebijakan yang tetap bertolak ukur pada ketiga indikator pembangunan berkelanjutan. Dan pembangunan yang partisipatif dan berkelanjutan juga dapat meminimalisir permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh PKL.

2.6 Efektivitas Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima